- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Kontroversi Spanduk Jangan Pilih Capres Jahat


TS
i.am.legend.
Kontroversi Spanduk Jangan Pilih Capres Jahat

Jakarta - Ajakan agar tak memilih capres jahat terus bergulir dan menuai kontroversi. Setelah digaungkan Mahfud Md, hari ini tersebar spanduk ajakan senada di JPO Cempaka Putih dan Kramat Sentiong, Jakarta Pusat.
Spanduk itu berwarna dasar merah dengan tulisan putih 'JANGAN PILIH CAPRES JAHAT -Masyarakat Anti Golput'. Ada ilustrasi surat suara di bagian kanan spanduk.
Ketua DPP NasDem Irma Suryani Chaniago yakin spanduk itu bermakna positif untuk capres petahana Joko Widodo (Jokowi). Sebab, katanya, Jokowi belum pernah mencelakakan orang.
"Karena Pak Jokowi selama hidup dan berkarier belum pernah mencelakakan orang, jadi tidak mungkin disebut jahat," kata Irma saat dihubungi, Selasa (21/8/2018).
Sekjen PSI Raja Juli Antoni memastikan spanduk itu bukan berasal dari koalisi Jokowi-Ma'ruf. Ia mengatakan tak ada instruksi dari Tim Kampanye Nasional terkait spanduk itu.
"Coba tanya kubu sebelah, apa mungkin mereka yang pasang? Kadang di politik ada strategi playing victim. Mudah-mudahan sih nggak, ya," ujar Raja Juli kepada detikcom.
PKB juga menilai isi spanduk itu memberikan dampak positif bagi Joko Widodo. Selain itu, spanduk-spanduk itu disebut menjadi salah satu wahana pencerahan politik untuk masyarakat.
"Iya, dan sebagai pencerahan politik untuk rakyat," kata Wasekjen PKB Daniel Johan kepada wartawan.
Sebelum munculnya spanduk ini, soal calon pemimpin jahat diutarakan Mahfud dalam acara pembekalan bacaleg Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Mahfud meminta tidak ada yang tak menggunakan suara di pilpres agar orang jahat tak terpilih.
Ketua DPP Partai Demokrat Jansen Sitindaon yakin pemimpin jahat yang dimaksud bukan Prabowo Subianto. Menurut Jansen, berbicara orang baik atau jahat dalam konteks memimpin negara lebih tepat jika dilontarkan kepada orang yang sudah pernah memimpin negara ini, misalnya Jokowi.
"Lebih tepat diujikan ke orang yang sudah memimpin negara ini. Dari kebijakannya itulah kita bisa mengukur negara ini jadi lebih baik atau tidak. Harga-harga lebih murah atau tidak. Nilai tukar rupiah tambah gagah atau malah amblas tak berdaya di depan mata uang asing," ujar Jansen.
Mahfud sudah menjelaskan maksud 'pemimpin jahat' yang disampaikannya itu. Lewat akun Twitter-nya, @mohmahfudmd, Mahfud menjelaskan pernyataan 'pemimpin jahat' dikutipnya dari salah satu perkataan rohaniwan Katolik, Franz Magnis-Suseno. Dia meminta masyarakat tidak menafsirkan pernyataan 'pemimpin jahat' secara liar.
"Tak perlu tafsir liar. Negara harus berjalan, pemimpin harus ada. Jadi jangan golput, pilihlah 1 dari alternatif-alternatif yang tersedia. Sulit ada pemimpin yang benar-benar baik karena semua manusia pasti ada kelemahannya. Kata Franz-Magnis: Bukan untuk mencari yang ideal, tapi untuk menghalangi yang jahat jadi pemimpin," cuit Mahfud, Selasa (21/8). (idh/elz)
capres jahat
=============
Mahfud M.D bukan orang yang senang menyimpan dendam. Dia juga bukan politikus karbitan, bukan politikus yang asal ngebacot cari perhatian publik. Lantas kemana arah kata-katanya? Mudah aja ketebak.
1. Kata-kata Mahfud keluar saat pembekalan bagi caleg PSI, sementara Mahfud tahu PSI adalah pendukung Jokowi. Jadi Mahfud ingin
semua partisan PSI tidak ada yang bergeser dukungannya kepada Jokowi dengan bermain mata dengan capres lain.
2. Mahfud tahu bahwa saat ini ancaman golput sangat besar, bisa lebih dari 31% dari DPT. Mahfud juga tahu bahwa pendukung Ahok tengah menimbang-nimbang untuk golput. Dan yang paling diuntungkan dari golput ini adalah kaum oposisi karena mereka yang kerap menyuarakan isu golput ini meskipun mereka penyumbang terbesar permasalahan pilkada Jakarta dan isu SARA yang menyeret Ahok. Nah, Mahfud mewanti-wanti agar jangan golput karena jika golput besar, capres jahat bisa terpilih.
3. Mahfud adalah Kepala BPIP yang tunduk kepada Presiden. Pastinya Mahfud paham kenapa dia sampai diberi wewenang untuk menjabat di BPIP. Itu karena ada capres jahat yang menggunakan isu SARA dan agama ke ranah politik.
4. Yang namanya capres, petahana atau bukan, saat pilpres, kedudukannya tetap capres. Oleh sebab itu isu capres jahat bisa merujuk kepada capres yang sangat bernafsu jadi presiden. Dan tentunya bukan petahana. Kalau Jokowi dianggap capres yang jahat, pasti Mahfud tak akan mau duduk di BPIP.
Kalau gw sendiri, ucapan Mahfud M.D lebih tertuju kepada capres yang menghalalkan segala cara untuk jadi presiden. Minimal membiarkan para anjing-anjing penjaganya untuk terus menyalak pada seseorang sementara dia memasang topeng manis diwajahnya seolah tidak bersalah dan berencana menemui orang yang disalak oleh anjing-ànjing penjaganya.

Diubah oleh i.am.legend. 22-08-2018 00:12
1
1.7K
19


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan