JAKARTA – Defisit neraca perdagangan nasional periode Juli 2018 sebesar 2,03 milyar dollar AS, sebagai yang terburuk dalam lima tahun terakhir periode Juli 2013 itu, bagi pengamat Pangi Syarwi Chaniago, pertanda jeblok kebijakan ekonomi & politik pemerintahan Presiden Joko Widodo.

“Tetapi, memang, kondisi defisit itu tidak dimengerti masyarakat awam,” ujar direktur eksekutif Voxpol Center Research & Consulting (VCRC), Pangi Syarwi Chaniago, di Jakarta, Senin (20/8/2018). “Mereka hanya tahu hidup semakin sekarat dengan harga-harga kebutuhan bahan pokok melonjak tinggi, yang berarti pemerintah tidak mampu mengendalikan ekonomi rakyat.”

Pengamat Pangi Syarwi Chaniago.

Kondisi ekonomi jeblok sesuai neraca perdagangan defisit, katanya, ditandai rakyat dengan tariff listrik naik. Disusul harga bahan-bahan pokok terus melambung, bahkan harga bahan bakar minyak (BBM) dinaikkan malam hari tanpa soisialisasi.

Indikasi itu terlihat dari banyaknya impor bahan-bahan kebutuhan pokok, di tengah melimpahnya sumber daya alam sebagai pekerjaan pokok anak bangsa Indonesia seperti petani dan nelayan. Ekspor dan impor, ia menambahkan, ditangani Kementerian Perdagangan (Kemdag), Perindustrian (Kemenperian), dan swasta.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia pada Juli 2018 mencapai USD 16,24 milyar sementara nilai impor sebesar USD 18,27 milyar, atau mengalami defisit USD 2,03 milyar atau sekitar Rp 29,4 trilyun. Bulan lalu Juni 2018 nilai impor melonjak sampai 62,17% sementara nilai ekspor hanya naik 25,19%. Secara akumulasi sepanjang periode Januari-Juli 2018, defisit neraca perdagangan nasional USD 3,09 milyar atau sekitar Rp 44,78 trilyun. Sementara periode sama tahun sebelumnya mencatat surplus USD 7,39 milyar. (rinaldi/mb)

http://poskotanews.com/2018/08/21/pengamat-rakyat-hanya-tahu-harga-sembako-melonjak-tinggi/

yakin #2019gantipleciden