TS
yudsky
Mengenal Evolution Championship Series, Turnamen Game Fighting Terbesar!
Yeah! Salah satu turnamen gaming legendaris dan populer kembali diadakan di pertengahan tahun ini. Mungkin turnamen ini tidaklah sepopuler The International, karena genre game yang dipertandingkan juga cukup niche untuk saat ini, yaitu genre fighting. Mengingat kembali ke era 90-an, genre fighting adalah salah satu genre yang populer. Tapi semenjak era online gaming dan mobile gaming, genre yang populer beralih ke genre FPS, MOBA dan terakhir Battle Royale.
Cikal bakal turnamen EVO sendiri berawal di tahun 1996, berawal dari sebuah tempat arcade (ding dong) US sana. Kalau itu namanya adalah “Battle By The Bay”. Turnamen yang salah satunya diprakarsai oleh Cannon bersaudara (juga dikenal sebagai pendiri shoryuken.com dan GGPO, yang membuat perusahaan mereka dibeli Riot Games untuk bertanggung jawab pada netcode League Of Legend), diikuti oleh 40an orang dengan Super Street Fighter II Turbo dan Street Fighter Alpha 2 sebagai game yang dipertandingkan. Dan sejak 2002 berganti nama menjadi Evolution, atau EVO seperti yang kita kenal sekarang, dan sudah diikuti oleh ribuan pemain. Bahkan mulai tahun 2018, ada turnamen EVO yang diadakan di luar US dan berada di negara surganya genre fighting, Jepang.
Pada awalnya kompetisi diadakan memakai mesin arcade (ding-dong), karena kala itu masih jarang konversi game arcade ke console yang arcade perfect. Tapi semenjak 2014, berganti menggunakan console, baik PS3 maupun XBox 360. Selain itu, para gamer juga diperbolehkan membawa console sendiri untuk mengadakan turnamen sampingan, di luar turnamen utama.
Game yang dipertandingkan di turnamen EVO
game yang selalu ada sejak EVO pertama, meski berpindah ke side tournament
Seperti biasa, EVO terbagi kedalam 2 kategori turnamen. Yaitu turnamen utama dan sampingan. Di turnamen utama, biasanya diisi dengan game-game seri terbaru. Seperti Street Fighter V:AE (ini sih, seri game wajib ada), Tekken 7, Guilty Gear Xrd dan bahkan game yang baru rilis seperti Dragon Ball Fighter Z dan BlazBlue Cross Tag Battle (menggusur Marvel vs Capcom Infinite dari turnamen utama).
Sedang di turnamen sampingan, biasa diisi game-game klasik, meski ada juga game yang tergolong baru tapi “sepi” peminat atau sekedar untuk tester pihak developer. Sebagai contoh, di EVO 2018 ada turnamen kecil untuk Soul Calibur VI (belum rilis resmi). Selain itu juga ada King Of Fighter XIV dan Marvel Vs Capcom Infinite (tergusur dari turnamen utama).
Soul Calibur VI cuy!
Jika ada yang bertanya, apakah masih ada peminat game klasik? Oh, jangan salah. Berbeda dengan genre game kompetitif pada umumnya, pada game fighting, berbeda seri bisa berarti berbeda pula gameplaynya (meski judul gamenya sama). Dan setiap seri, memiliki mekanisme gameplay yang unik dan berbeda beda. Maka, jangan heran kalau game-game fighting klasik masih memiliki fanbase besar dan masih ada yang mengadakan kompetisi bersama (meski skalanya lebih kecil dibandingkan seri terbaru). Sebuah hal unik yang tidak ditemukan pada game kompetitif lain seperti MOBA, FPS apalagi sport macam FIFA/PES. Yang biasanya, seri yang terlalu lama akan ditinggalkan setelah ada seri baru.
Untuk turnamen utama EVO2018, diisi oleh:
Sang legenda, Daigo dan Justin
dua legenda sekaligus “ikon” EVO
Seperti halnya turnamen lainnya, pada turnamen EVO juga memiliki beberapa legenda yang sebagian besar masih aktif berkompetisi. Dan menurut saya, tidak ada nama lain yang lebih besar dan mendefinisikan apa itu EVO selain Daigo “The Beast” Umehara dan Justin Wong. Mungkin bagi yang tidak menggemari genre fighting tidak tau siapa mereka berdua (seperti halnya saya tidak hapal salah dua gamer pro jago MOBA haha…).
Berbicara tentang Daigo dan Justin, mereka masuk ke dalam kategori legenda hidup karena hal yang berbeda. Daigo dikenal sebagai jagoan dan legenda game Street Fighter, dan namanya masuk ke dalam Guiness Book World Record sebagai gamer yang paling banyak menjuarai turnamen mayor game Street Fighter. Selain jago Street Fighter, doski juga dikenal lihai memainkan Guilty Gear X2 (dan juga Capcom vs SNK2).
Bahkan, Daigo menciptakan moment yang menjadi ciri khas EVO dan bahkan masuk dalam sejarah perkembangan turnamen esport, yang terjadi pada EVO 2014 lalu. Kala itu, Daigo melawan Justin pada game Street Fighter III: Third Strike. Pada kondisi kritis, life bar Daigo sudah habis, yang berarti terkena 1 hit (apapun jenisnya) otomatis kalah. Justin yang melihat hal tersebut memutuskan melakukan Super Arts Chun Li yang terdiri dari 16 serangan combo, yang kalau dirasio, masak ga ada yang bakalan kena barang 1 hit. Dan saat itulah keajaiban terjadi, Daigo melakukan parrying yang membuat dia memutar balikkan keadaan. Buat yang belum tahu, parrying itu membuat karakter kita bisa menangkis apapun jenis serangan yang ada. Cuma, timingnya harus amat sangat presisi, hanya beberapa FRAME sebelum serangan lawan masuk. Dan itu di lakukan manual satu per satu. Dalam kasus di atas, berarti Daigo melakukan 16 parry beruntun! Dan hype para penonton amat sangat luar biasa!
Sedang untuk Justin Wong sendiri, dikenal ciamik memainkan Marvel Vs Capcom. Selain itu, berbeda dengan Daigo, Justin juga memainkan game fighting lainnya seperti Tekken, Street Fighter, Mortal Kombat dan Injustice (CMIIW). Justin sendiri tercatat sebagai pemenang EVO terbanyak, yaitu 9 kali. Dengan hampir semuanya adalah seri game Marvel vs Capcom. Sama seperti Daigo, Justin telah rutin mengikuti EVO sejak awal 2000an. Dan sejak saat itu, terutama setelah EVO 2004, banyak yang menganggap mereka sebagai rival.
EVO 2018
Evo 2018 kali ini diadakan pada 3-5 Agustus 2018 bertempat di Mandala Bay Resort. Pada turnamen kali ini ada beberapa hal menarik yang masuk catatan saya. Diantaranya adalah masuknya Dragon Ball Fighter Z (game fighting Dragon Ball terbaik selama ini), menggusur Marvel vs Capcom Infinite. Lalu ada turnamen sampingan untuk Soul Calibur VI, yang mana Bandai Namco bertujuan untuk mengadakan test dan masukan sebelum rilis di pasaran.
Lalu ada kemenangan fenomenal M.Bison di final Street Fighter V:AE. Kenapa fenomenal? Karena secara karakter, M.Bison tidak pernah masuk sebagai calon kuat juara di seri Street Fighter manapun. Hal ini terbukti sepanjang sejarah partisipasi karakter tersebut. Siapa playernya? Problem X dari UK (salah satu pemain M.Bison terbaik selain Galltu). Istimewanya, di final Problem X menghadapi Tokido dengan Akuma-nya, yang mana merupakan pemain dan karakter favorit juara (terlepas fakta Tokido juara tahun sebelumnya). Hal ini mengingatkan saya saat Luffy memenangkan Street Fighter IV di EVO 2014 lalu dengan karakter yang bukan favorit juara, Rose. Sedikit kecewa juga, karena di tahun ini player favorit saya, Itazan tidak hadir.
Final Dragon Ball Fighter Z menjadi pertandingan dengan jumlah penonton terbanyak di EVO2018 (online dan offline). Pertandingan yang dimenangkan oleh SonicFOX itu bahkan mengalahkan jumlah penonton game wajib di EVO, Street Fighter. Memang sih, secara grafis dan gameplay, Dragon Ball Fighter Z sangat keren! Belum lagi popularitasnya yang terhitung tinggi sebagai sebuah judul di berbagai media.
Sampai jumpa di EVO 2019!
Cikal bakal turnamen EVO sendiri berawal di tahun 1996, berawal dari sebuah tempat arcade (ding dong) US sana. Kalau itu namanya adalah “Battle By The Bay”. Turnamen yang salah satunya diprakarsai oleh Cannon bersaudara (juga dikenal sebagai pendiri shoryuken.com dan GGPO, yang membuat perusahaan mereka dibeli Riot Games untuk bertanggung jawab pada netcode League Of Legend), diikuti oleh 40an orang dengan Super Street Fighter II Turbo dan Street Fighter Alpha 2 sebagai game yang dipertandingkan. Dan sejak 2002 berganti nama menjadi Evolution, atau EVO seperti yang kita kenal sekarang, dan sudah diikuti oleh ribuan pemain. Bahkan mulai tahun 2018, ada turnamen EVO yang diadakan di luar US dan berada di negara surganya genre fighting, Jepang.
Pada awalnya kompetisi diadakan memakai mesin arcade (ding-dong), karena kala itu masih jarang konversi game arcade ke console yang arcade perfect. Tapi semenjak 2014, berganti menggunakan console, baik PS3 maupun XBox 360. Selain itu, para gamer juga diperbolehkan membawa console sendiri untuk mengadakan turnamen sampingan, di luar turnamen utama.
Game yang dipertandingkan di turnamen EVO
game yang selalu ada sejak EVO pertama, meski berpindah ke side tournamentSeperti biasa, EVO terbagi kedalam 2 kategori turnamen. Yaitu turnamen utama dan sampingan. Di turnamen utama, biasanya diisi dengan game-game seri terbaru. Seperti Street Fighter V:AE (ini sih, seri game wajib ada), Tekken 7, Guilty Gear Xrd dan bahkan game yang baru rilis seperti Dragon Ball Fighter Z dan BlazBlue Cross Tag Battle (menggusur Marvel vs Capcom Infinite dari turnamen utama).
Sedang di turnamen sampingan, biasa diisi game-game klasik, meski ada juga game yang tergolong baru tapi “sepi” peminat atau sekedar untuk tester pihak developer. Sebagai contoh, di EVO 2018 ada turnamen kecil untuk Soul Calibur VI (belum rilis resmi). Selain itu juga ada King Of Fighter XIV dan Marvel Vs Capcom Infinite (tergusur dari turnamen utama).
Soul Calibur VI cuy!Jika ada yang bertanya, apakah masih ada peminat game klasik? Oh, jangan salah. Berbeda dengan genre game kompetitif pada umumnya, pada game fighting, berbeda seri bisa berarti berbeda pula gameplaynya (meski judul gamenya sama). Dan setiap seri, memiliki mekanisme gameplay yang unik dan berbeda beda. Maka, jangan heran kalau game-game fighting klasik masih memiliki fanbase besar dan masih ada yang mengadakan kompetisi bersama (meski skalanya lebih kecil dibandingkan seri terbaru). Sebuah hal unik yang tidak ditemukan pada game kompetitif lain seperti MOBA, FPS apalagi sport macam FIFA/PES. Yang biasanya, seri yang terlalu lama akan ditinggalkan setelah ada seri baru.
Untuk turnamen utama EVO2018, diisi oleh:
- Street Fighter V: AE
- Tekken 7
- Super Smash Bros Wii U
- Super Smash Bros Meele
- BlazBlue Cross Tag Battle (baru)
- Guilty Gear Xrd Rev2
- Injustice 2
- Dragon Ball Fighter Z (baru)
Sang legenda, Daigo dan Justin
dua legenda sekaligus “ikon” EVOSeperti halnya turnamen lainnya, pada turnamen EVO juga memiliki beberapa legenda yang sebagian besar masih aktif berkompetisi. Dan menurut saya, tidak ada nama lain yang lebih besar dan mendefinisikan apa itu EVO selain Daigo “The Beast” Umehara dan Justin Wong. Mungkin bagi yang tidak menggemari genre fighting tidak tau siapa mereka berdua (seperti halnya saya tidak hapal salah dua gamer pro jago MOBA haha…).
Berbicara tentang Daigo dan Justin, mereka masuk ke dalam kategori legenda hidup karena hal yang berbeda. Daigo dikenal sebagai jagoan dan legenda game Street Fighter, dan namanya masuk ke dalam Guiness Book World Record sebagai gamer yang paling banyak menjuarai turnamen mayor game Street Fighter. Selain jago Street Fighter, doski juga dikenal lihai memainkan Guilty Gear X2 (dan juga Capcom vs SNK2).
Bahkan, Daigo menciptakan moment yang menjadi ciri khas EVO dan bahkan masuk dalam sejarah perkembangan turnamen esport, yang terjadi pada EVO 2014 lalu. Kala itu, Daigo melawan Justin pada game Street Fighter III: Third Strike. Pada kondisi kritis, life bar Daigo sudah habis, yang berarti terkena 1 hit (apapun jenisnya) otomatis kalah. Justin yang melihat hal tersebut memutuskan melakukan Super Arts Chun Li yang terdiri dari 16 serangan combo, yang kalau dirasio, masak ga ada yang bakalan kena barang 1 hit. Dan saat itulah keajaiban terjadi, Daigo melakukan parrying yang membuat dia memutar balikkan keadaan. Buat yang belum tahu, parrying itu membuat karakter kita bisa menangkis apapun jenis serangan yang ada. Cuma, timingnya harus amat sangat presisi, hanya beberapa FRAME sebelum serangan lawan masuk. Dan itu di lakukan manual satu per satu. Dalam kasus di atas, berarti Daigo melakukan 16 parry beruntun! Dan hype para penonton amat sangat luar biasa!
Sedang untuk Justin Wong sendiri, dikenal ciamik memainkan Marvel Vs Capcom. Selain itu, berbeda dengan Daigo, Justin juga memainkan game fighting lainnya seperti Tekken, Street Fighter, Mortal Kombat dan Injustice (CMIIW). Justin sendiri tercatat sebagai pemenang EVO terbanyak, yaitu 9 kali. Dengan hampir semuanya adalah seri game Marvel vs Capcom. Sama seperti Daigo, Justin telah rutin mengikuti EVO sejak awal 2000an. Dan sejak saat itu, terutama setelah EVO 2004, banyak yang menganggap mereka sebagai rival.
EVO 2018
Evo 2018 kali ini diadakan pada 3-5 Agustus 2018 bertempat di Mandala Bay Resort. Pada turnamen kali ini ada beberapa hal menarik yang masuk catatan saya. Diantaranya adalah masuknya Dragon Ball Fighter Z (game fighting Dragon Ball terbaik selama ini), menggusur Marvel vs Capcom Infinite. Lalu ada turnamen sampingan untuk Soul Calibur VI, yang mana Bandai Namco bertujuan untuk mengadakan test dan masukan sebelum rilis di pasaran.
Lalu ada kemenangan fenomenal M.Bison di final Street Fighter V:AE. Kenapa fenomenal? Karena secara karakter, M.Bison tidak pernah masuk sebagai calon kuat juara di seri Street Fighter manapun. Hal ini terbukti sepanjang sejarah partisipasi karakter tersebut. Siapa playernya? Problem X dari UK (salah satu pemain M.Bison terbaik selain Galltu). Istimewanya, di final Problem X menghadapi Tokido dengan Akuma-nya, yang mana merupakan pemain dan karakter favorit juara (terlepas fakta Tokido juara tahun sebelumnya). Hal ini mengingatkan saya saat Luffy memenangkan Street Fighter IV di EVO 2014 lalu dengan karakter yang bukan favorit juara, Rose. Sedikit kecewa juga, karena di tahun ini player favorit saya, Itazan tidak hadir.
Final Dragon Ball Fighter Z menjadi pertandingan dengan jumlah penonton terbanyak di EVO2018 (online dan offline). Pertandingan yang dimenangkan oleh SonicFOX itu bahkan mengalahkan jumlah penonton game wajib di EVO, Street Fighter. Memang sih, secara grafis dan gameplay, Dragon Ball Fighter Z sangat keren! Belum lagi popularitasnya yang terhitung tinggi sebagai sebuah judul di berbagai media.
Sampai jumpa di EVO 2019!
Diubah oleh yudsky 21-08-2018 11:23
0
1K
2
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan