- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Bandingkan Krisis 1998 dengan Ancaman Krisis saat Ini, Rizal Ramli: Dulu Punya Bantal


TS
wolfvenom88
Bandingkan Krisis 1998 dengan Ancaman Krisis saat Ini, Rizal Ramli: Dulu Punya Bantal
TribunWow.com 16 Aug 2018 19:48
Ekonom senior Rizal Ramli memberikan perbandingan perekonomian krisis 1998 dan ancaman krisis yang akan dihadapi Indonesia saat ini.
Rizal Ramli - Kompas.com
TRIBUNWOW.COM - Ekonom senior Rizal Ramli memberikan perbandingan perekonomian krisis 1998 dan ancaman krisis yang akan dihadapi Indonesia saat ini.
Dilansir TribunWow.com, hal itu itu disampaikannya melalui video di akun Twitternya, @RamliRizal, Kamis (16/8/2018).
Dalam video berdurasi sekitar dua menit itu, Rizal Ramli membandingkan krisis 1998 dan ancaman krisis saat ini.
"Dr. Rizal Ramli Bandingkan Krisis 1998 dan Ancaman Krisis Saat Ini.
Memang ada perbedaannya. Akan tetapi saat 98 kita masih punya bantalan secara ekonomi ataupun sosial," tulis akun @Sahabat_Bangsa.
Dalam video itu, Rizal Ramli menjelaskan jika ada perbedaan perekonomian krisis 1998 dengan ekonomi saat ini.
Menurutnya, saat tahun 1998, Indonesia memiliki bantalan ekonomi.
"Tahun 98 dengan hari ini memang magnitude perekonomian finansial baru 50-lah kalau 98. Tapi jangan lupa 98 ada bantalan ekonomi, kita eksportir dari oil. 1,3 juga barel perhari. Petani di luar Jawa seneng," ungkap Rizal Ramli.
Dilanjutkannya, pada waktu itu semangat anti etnik kecil dibanding dengan hari ini.
"Pada waktu itu semangat anti etnik, kecil dibandingkan hari ini. hari ini sampai bawah," kata dia.
Rizal Ramli kemudian menyoroti upaya pemerintah yang tidak optimal dan tidak sanggup mengatasi masalah ekonomi saat ini.
"Krisis itu makin lama makin besar saya mohon maaf, memang pemerintah ini nggak mampu meramalkan apa yang terjadi dan mengambil langkah. Pak Jokowi mengakui itu sebelumnya, bahwa Indonesia sedang sakit," ujar Rizal Ramli.
"Habis itu kita gak punya bantalan, 98 ada bantalan. Kalau itu terjadi, siapapun presidennya bakal bisa set back 3 tahun minimum," imbuh dia.
Lantas, Mantan Menteri Keuangan itu mengatakan jika media saat ini tidak pernah menjelaskan krisis 1998 itu dengan benar.
"Tidak pernah menjelaskan krisis 98 itu, kenapa bisa sampai segitu, apa sih yang bagus, apa yang nggak langkah-langkahnya," ungkap Rizal.
"Jadi memori kolektif kita nggak banyak yang belajar dari krisis 98," ujar dia menambahkan.
menanggapi terkait defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) pada kuartal II 2018 yang mengalami kenaikan.
Rizal Ramli mempertanyakan ke mana tim ekonomi Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Naiknya defisit transaksi berjalan itu, kata dia, menekan kurs Rupiah.
Tak hanya itu, dirinya menyindir rencana Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati untuk melelang barang sitaan petugas Bea dan Cukai berupa minuman keras ilegal.
"Pak Jokowi ke mana Tim Ekonominya ?? Defisit Current Account kuartal II, US$ 8 miliar, 3% GDP. Ini yg menekan kurs Rupiah. Lebih tinggi dari kuartal I US$ 5,7 miliar. Ini juga lebih besar dari kuartal II-2017, US$ 5 miliar. Mosok hanya mau lelang miras," tulis Rizal Ramli, Jumat (10/8/2018).
Cuitan Rizal Ramli (Twitter)
Dikutip Kompas.com, Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) pada kuartal II 2018 mengalami kenaikan.
Ini sejalan dengan peningkatan aktivitas ekonomi domestik.
Pada periode tersebut, tercatat defisit transaksi berjalan tercatat mencapai 3 persen dari total produk domestik bruto (PDB) atau sebesar 8 miliar dollar AS.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Statistik BI Yati Kurniati mengatakan, defisit transaksi berjalan tersebut lebih tinggi dibandingkan pada kuartal I 2018.
"Defisit transaksi pada kuartal sebelumnya sebesar 5,7 miliar dollar AS atau 2,2 persen dari PDB," kata Yati dalam jumpa pers di Gedung BI, Jakarta, Jumat (10/8/2018).
Lebih lanjut, Yati menjelaskan penyebab kenaikan defisit transaksi berjalan tersebut.
Hal utama yang memengaruhinya adalah adanya penurunan surplus neraca perdagangan non-migas di tengah kenaikan defisit neraca perdagangan migas.
"Penurunan surplus neraca perdagangan non-migas terutama disebabkan naiknya impor bahan baku dan barang modal sebagai dampak dari kegiatan produksi dan investasi yang terus meningkat di tengah ekspor non-migas yang turun," jelas dia.
Namun demikian, Yati menegaskan bahwa defisit transaksi berjalan itu masih dalam batas aman hingga semester I 2018, lantaran berada di bawah tiga persen dari PDB
"Defisit transaksi berjalan masih 2,6 persen terhadap PBD sampai semester I 2018. Masih aman, yang jelas peningkatan defisit ini karena diikuti peningkatan kegiatan ekonomi," pungkas dia. (TribunWow.com/Rekarinta Vintoko)
http://wow.tribunnews.com/amp/2018/08/16/bandingkan-krisis-1998-dengan-ancaman-krisis-saat-ini-rizal-ramli-dulu-punya-bantalan-ekonomi
Ekonom senior Rizal Ramli memberikan perbandingan perekonomian krisis 1998 dan ancaman krisis yang akan dihadapi Indonesia saat ini.
Rizal Ramli - Kompas.com
TRIBUNWOW.COM - Ekonom senior Rizal Ramli memberikan perbandingan perekonomian krisis 1998 dan ancaman krisis yang akan dihadapi Indonesia saat ini.
Dilansir TribunWow.com, hal itu itu disampaikannya melalui video di akun Twitternya, @RamliRizal, Kamis (16/8/2018).
Dalam video berdurasi sekitar dua menit itu, Rizal Ramli membandingkan krisis 1998 dan ancaman krisis saat ini.
"Dr. Rizal Ramli Bandingkan Krisis 1998 dan Ancaman Krisis Saat Ini.
Memang ada perbedaannya. Akan tetapi saat 98 kita masih punya bantalan secara ekonomi ataupun sosial," tulis akun @Sahabat_Bangsa.
Dalam video itu, Rizal Ramli menjelaskan jika ada perbedaan perekonomian krisis 1998 dengan ekonomi saat ini.
Menurutnya, saat tahun 1998, Indonesia memiliki bantalan ekonomi.
"Tahun 98 dengan hari ini memang magnitude perekonomian finansial baru 50-lah kalau 98. Tapi jangan lupa 98 ada bantalan ekonomi, kita eksportir dari oil. 1,3 juga barel perhari. Petani di luar Jawa seneng," ungkap Rizal Ramli.
Dilanjutkannya, pada waktu itu semangat anti etnik kecil dibanding dengan hari ini.
"Pada waktu itu semangat anti etnik, kecil dibandingkan hari ini. hari ini sampai bawah," kata dia.
Rizal Ramli kemudian menyoroti upaya pemerintah yang tidak optimal dan tidak sanggup mengatasi masalah ekonomi saat ini.
"Krisis itu makin lama makin besar saya mohon maaf, memang pemerintah ini nggak mampu meramalkan apa yang terjadi dan mengambil langkah. Pak Jokowi mengakui itu sebelumnya, bahwa Indonesia sedang sakit," ujar Rizal Ramli.
"Habis itu kita gak punya bantalan, 98 ada bantalan. Kalau itu terjadi, siapapun presidennya bakal bisa set back 3 tahun minimum," imbuh dia.
Lantas, Mantan Menteri Keuangan itu mengatakan jika media saat ini tidak pernah menjelaskan krisis 1998 itu dengan benar.
"Tidak pernah menjelaskan krisis 98 itu, kenapa bisa sampai segitu, apa sih yang bagus, apa yang nggak langkah-langkahnya," ungkap Rizal.
"Jadi memori kolektif kita nggak banyak yang belajar dari krisis 98," ujar dia menambahkan.
menanggapi terkait defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) pada kuartal II 2018 yang mengalami kenaikan.
Rizal Ramli mempertanyakan ke mana tim ekonomi Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Naiknya defisit transaksi berjalan itu, kata dia, menekan kurs Rupiah.
Tak hanya itu, dirinya menyindir rencana Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati untuk melelang barang sitaan petugas Bea dan Cukai berupa minuman keras ilegal.
"Pak Jokowi ke mana Tim Ekonominya ?? Defisit Current Account kuartal II, US$ 8 miliar, 3% GDP. Ini yg menekan kurs Rupiah. Lebih tinggi dari kuartal I US$ 5,7 miliar. Ini juga lebih besar dari kuartal II-2017, US$ 5 miliar. Mosok hanya mau lelang miras," tulis Rizal Ramli, Jumat (10/8/2018).
Cuitan Rizal Ramli (Twitter)
Dikutip Kompas.com, Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) pada kuartal II 2018 mengalami kenaikan.
Ini sejalan dengan peningkatan aktivitas ekonomi domestik.
Pada periode tersebut, tercatat defisit transaksi berjalan tercatat mencapai 3 persen dari total produk domestik bruto (PDB) atau sebesar 8 miliar dollar AS.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Statistik BI Yati Kurniati mengatakan, defisit transaksi berjalan tersebut lebih tinggi dibandingkan pada kuartal I 2018.
"Defisit transaksi pada kuartal sebelumnya sebesar 5,7 miliar dollar AS atau 2,2 persen dari PDB," kata Yati dalam jumpa pers di Gedung BI, Jakarta, Jumat (10/8/2018).
Lebih lanjut, Yati menjelaskan penyebab kenaikan defisit transaksi berjalan tersebut.
Hal utama yang memengaruhinya adalah adanya penurunan surplus neraca perdagangan non-migas di tengah kenaikan defisit neraca perdagangan migas.
"Penurunan surplus neraca perdagangan non-migas terutama disebabkan naiknya impor bahan baku dan barang modal sebagai dampak dari kegiatan produksi dan investasi yang terus meningkat di tengah ekspor non-migas yang turun," jelas dia.
Namun demikian, Yati menegaskan bahwa defisit transaksi berjalan itu masih dalam batas aman hingga semester I 2018, lantaran berada di bawah tiga persen dari PDB
"Defisit transaksi berjalan masih 2,6 persen terhadap PBD sampai semester I 2018. Masih aman, yang jelas peningkatan defisit ini karena diikuti peningkatan kegiatan ekonomi," pungkas dia. (TribunWow.com/Rekarinta Vintoko)
http://wow.tribunnews.com/amp/2018/08/16/bandingkan-krisis-1998-dengan-ancaman-krisis-saat-ini-rizal-ramli-dulu-punya-bantalan-ekonomi
2
1.5K
16


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan