Pada bulan Juni 2016, di kala panen jagung rusak berantakan dan guna menghindari bencana kelaparan, Pemerintah Malawi menyarankan jutaan warganya untuk mulai makan Mbewa (tikus ladang) sebagai makanan alternatif selama periode kelaparan pada waktu itu. Mbewa atau Tikus Ladang sekarang adalah bagian dari budaya kuliner Malawi.

Setiap tahunnya di bulan April hingga Agustus, orang-orang yang melakukan perjalanan di Jalan Highway M1 di Malawi trayek Zomba ke Lilongwe sering kali bertemu dengan banyak anak muda di pinggiran jalan memegang tongkat dengan berjualan Mbawe.

Ada beberapa tipe Mbewa: Akapeta dan Akapuku. Akapeta agak sedikit berminyak (namun dagingnya sangat lembut) sementara Akapuku agak mengandung banyak lemak dan relatif lebih keras saat dikunyah. Mbewa ditangkap lalu direbus dalam panci dan dipanggang di atas api. Dagingnya tidak dipanggang cukup lama agar bulunya tidak rontok. Setelah memanggang, penjual menaruhnya di sebatang tongkat. Kemudian mereka diberi garam dan cabe rawit. Mbewa sebaiknya dimakan bersama dengan bulunya. Secara keseluruhan, dapat aku katakan rasa Mbewa ini mirip seperti daging ayam kampung kita yang empuk.

Tikus Mbewa tinggal di lubang di hutan atau di peternakan. Ada beberapa cara untuk menangkap Mbewa. Proses ideal untuk menangkap tikus adalah menjebak atau langsung menangkapnya ketika mereka berkeliaran dari tanah. Biasanya, pemuda Malawi mengambil sekam api dari semak semak dan menarunbya di lubang untuk membuat tikus-tikus tersebut pusing tujuh keliling. Juga, Mbewa kadang-kadang bisa ditemui di kebun yang baru saja dipanen sehingga orang orang tidak perlu membakar semak-semak. Makanan Mbewa sendiri adalah sayuran dan juga jagung sehingga membuat kualitas dagingnya bersih.



YouTube Video: Makan Tikus Afrika