AboeyyAvatar border
TS
Aboeyy
#IniIndonesiaku: Demi Bangsa, Rela Berhenti Jadi Kontraktor, lalu Masuk UWRF


Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) adalah sebuah ajang penjaringan untuk menemukan calon-calon bintang sastra Indonesia. UWRF berada di bawah naungan Yayasan Mudra Swari Saraswati, sebuah lembaga nirlaba yang memberikan apresiasi terhadap penulis-penulis Indonesia yang berbakat.



UWRF setiap tahun mengadakan kegiatan untuk memilih hingga 15 orang Penulis Emerging Indonesia. Semua kontestan yang terpilih akan diundang untuk menghadiri Festival yang bertempat di Bali, yang sepenuhnya dibiayai oleh UWRF.

Pemilihan peserta didasarkan pada sejumlah kriteria, yaitu kualitas karya, prestasi, konsistensi dalam berkarya, dan dedikasi pada pengembangan kesusastraan Indonesia. Seleksi dilakukan oleh Tim UWRF dan Dewan Kurator yang beranggotakan penulis-penulis senior Indonesia. Uwrf

UWRF 2018 akan dilangsungkan pada tanggal 24-28 Oktober nanti di Bali. Meski demikian, Yayasan Mudra Swari Saraswati telah mengumumkan 5 nama pemenangnya. Ke-5 penulis emerging ini akan bergabung bersama para penulis, pegiat, dan kreator seni dari seluruh dunia. Karya-karyanya yang terpilih akan diterjemahkan dalam bahasa Inggris, dan dibukukan dalam Antologi 2018.



Salah seorang dari 5 pemenang itu adalah Juliani Pratiwi (JP), yang berasal dari Rantau, Kalsel. (Juliani Pratiwi)

Sekurangnya ada 2 penulis Kalsel sebelum JP yang pernah masuk dalam UWRF ini, yaitu Ali Syamsudin Arsy, dan Sandi Firly. Namun di sini Ane khusus membahas profil JP, dengan alasan karena dia terpilih di tahun 2018, penulis muda dan pemula, dan berjenis kelamin perempuan.

Kalau 2 penulis di atas, menurut Ane wajarlah masuk UWRF, sebab mereka adalah penulis senior yang sudah banyak mencicipi rasa asam dan asinnya dunia kepenulisan. Sedangkan JP adalah penulis junior yang namanya baru dikenal, namun tiba-tiba masuk dalam UWRF, sehingga Ane bertanya-tanya, siapa sebenarnya dia? Bagaimana dia bisa masuk UWRF?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, perlu ditelusuri kelahiran dan masa kecilnya, pendidikannya, dan aktivitasnya sehari-hari, serta kapan dia mulai menulis.


1. Kelahiran dan Masa Kecilnya

Di akun FB-nya, JP pernah menyebut bahwa dia adalah anak petani yang tinggal di desa terpencil. Setelah Ane telusuri, desa terpencil yang dia maksud adalah Desa Binderang Kecamatan Lokpaikat, Kabupaten Tapin, Kalsel.

Dara cantik yang masih single ini lahir pada tanggal 26 Oktober 1991. Dalam usia yang hampir 27 tahun, ia boleh dikatakan telah berhasil menjadi penulis hebat Indonesia versi UWRF, sebab dia telah mampu menyisihkan tidak kurang dari 850 penulis lainnya dari seluruh Indonesia.


2. Pendidikannya

Pendidikan formal yang ditempuh JP adalah dari SD hingga SMA, di Kota Tapin, Rantau.

Setamat SMA, dia lebih memilih menjadi pengusaha dan pegiat sosial ketimbang melanjutkan kuliah. Hal itu diakuinya sendiri dalam sebuah postingan di FB, bahwa masalah ilmu dan keterampilan bisa dipelajari sendiri (otodidak), jadi tidak mesti harus melalui jalur pendidikan formal. Namun soal kedalaman pemikiran, itu harus diasah dengan berbagai pengalaman dan latihan yang mungkin tidak diperoleh di bangku kuliah.

Sebagai pegiat sosial, ia membuka toko buku di desanya, dan menyediakan bahan-bahan bacaan gratis bagi anak-anak di desanya, serta membagikan buku-buku ke daerah-daerah terpencil. Kegiatan sosial inilah yang akhirnya membawanya ke UWRF tahun 2017, dan menjadikanya sebagai pemenang UWRF tahun 2018 ini.

“Saya seorang pemilik toko buku kecil di sebuah desa di Kalimantan Selatan. Di toko buku itu pula saya menyediakan tempat membaca gratis untuk anak-anak sekitar. Ada kalanya saya pergi ke pelosok-pelosok Kalimantan untuk memberikan buku-buku yang saya kumpulkan dari sumbangan teman-teman saya, untuk diberikan pada anak-anak dan perempuan setempat, sekaligus mengajarkan mereka tentang pentingnya kegiatan membaca dan belajar untuk kehidupan yang lebih baik. Saat UWRF tahun 2017 lalu, saya diberi kesempatan membacakan surat-surat anak dari Pangelak Kalimantan Selatan untuk Ubud di sesi New Generation,” tuturnya kepada panitia UWRF. (Juliani Pratiwi)

Namun saat itu dia belum punya karya, sehingga tak bisa ikut acara tersebut. Namun dari sana dia termotivasi untuk menulis, sehingga bisa ikut dan lolos pada tahun 2018 ini.


3. Aktivitasnya Sehari-hari



Setelah tamat SMA, JP memilih bekerja sebagai kontraktor. Namun sejak tahun 2016 silam, dia berhenti dari pekerjaan itu. Lalu ia membuka toko buku di depan rumahnya dan intens terjun ke dunia literasi, di antaranya dengan menyediakan bacaan gratis untuk anak-anak. Sejak itu pula dia mulai giat belajar menulis dengan mengikuti berbagai pelatihan keterampilan menulis.

Di akun FB-nya, ia sering menuliskan tentang pengalaman-pengalaman hidupnya, dan di akun IG-nya sepertinya difokuskannya untuk mempromosikan buku-buku yang dijualnya. Ane lihat kebanyakan buku yang diiklankannya adalah jenis fiksi.

Pilihan hidup JP ini dilandasi atas keprihatinannya terhadap anak muda sekarang yang dilihatnya sangat rendah minat baca maupun menulis. Karena itu, dengan membuka tempat bacaan gratis, diharapkan generasi muda mempunyai budaya baca tulis yang baik.

Selain itu, JP punya keterampilan menjahit, khususnya untuk menjahit pakaiannya sendiri.


4. Kapan Dia Mulai Belajar Menulis

JP sudah suka menulis sejak berusia 7 tahun. Ia menuliskan apa saja pengalaman yang dirasakan dan dilihat sehari-hari dalam buku diarynya. Kebiasaannya menulis semakn intens sejak ia membuka toko buku, dan semakin termotivasi untuk berkarya setelah menghadiri UWRF tahun 2017.

Di akun FB-nya, ia sering memposting tulisan-tulisannya yang menurut Ane memang bagus dari segi ide dan cara pemaparan. Dari FB ini pula Ane pertama kali mengenalnya.

Mulai tahun 2017 itu pula, JP mulai mengirimkan cerita pendek yang ditulisnya ke koran lokal seperti Radar Banjarmasin. Kemudian ia mengikuti pelatihan menulis novel. Dari hasil pelatihan itulah lahir draft novelnya yang berjudul Dear Jane. Naskah novel inilah yang dikirimnya ke UWRF, dan akhirnya ia keluar sebagai salah satu pemenang.

“Saya mengirimkan draft novel dengan judul Dear Jane. Ini adalah tulisan pertama saya, saya tulis dalam waktu dua bulan saat saya mengikuti sebuah program kepenulisan di Banjarmasin pada pertengahan tahun 2017. Novel ini telah disepakati akan saya tulis ulang untuk diterbitkan oleh satu penerbit yang juga akan menerbitkan kumpulan cerita pendek saya, dan kemungkinan judul novel ini akan berubah, masih didiskusikan,” jelas JP. (Juliani Pratiwi)

Pada bulan Januari 2018, ia mengirimkan naskah Dear Jane itu. Novel itu berkisah tentang seorang perempuan yang berusaha setara dengan laki-laki, yang terinspirasi dengan orang-orang di sekitarnya. Tak diduga, awal Juli, JP ditelepon Panitia UWRF 2018 bahwa dia terpilih oleh tim kurator Seleksi Penulis Emerging Indonesia tahun ini yang terdiri dari Leila S. Chudori, Warih Wisatsana, dan Putu Fajar Arcana. (prokal.co)
***
Begitulah kehidupan seorang Juliani Pratiwi yang rela meninggalkan zona aman dan nyamannya sebagai kontraktor, demi memajukan generasi muda dengan menanamkan kegemaran membaca dan menulis, untuk mengisi kemerdekaan ini. Dan pada akhirnya, usahanya itu mengantarkannya ke Ubud Bali sebagai penulis terbaik tahun 2018.
***
Info tambahan: Bagi GanSis yang ingin mengikuti UWRF, maka siapkan karya berupa 30 buah judul puisi, atau 10 buah judul cerpen, atau satu buah buku/novel, baik yang sudah diterbitkan dalam bentuk buku atau belum. Buat dalam bentuk file, lalu pantau pengumuman dari www.ubudwritersfestival.com/***
Ditulis sendiri dengan sumber direct link.
Diubah oleh Aboeyy 09-08-2018 13:07
0
1.3K
7
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan