- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
EMPAT FILM KOLOSAL INDONESIA YANG WAJIB DIREMAKE


TS
breaking182
EMPAT FILM KOLOSAL INDONESIA YANG WAJIB DIREMAKE
EMPAT FILM KOLOSAL INDONESIA YANG WAJIB DIREMAKE
Quote:
Sebentar lagi Film Wiro Sableng 212 akan rilis dan dapat kita tonton di bioskop. Selang beberapa minggu film kolosal Sultan Agung juga akan rilis. Sebenarnya jika kita menengok ke belakang di era –era tahun 80 – 90an banyak sekali film –film kolosal Indonesia yang berseliweran di layar lebar. Misalnya, Tutur Tinular, Saur Sepuh, Angling Dharma dan masih banyak lagi. Pada tahun itu bisa dibilang teknologi CGI belum maksimal seperti sekarang ini. Tetapi mengapa film –film kolosal jaman dahulu masih membekas di pikiran dan otak para penontonnya?!
Jawabannya Cuma satu....Dilakukan dengan sungguh –sungguh. Semisal adegan perang yang melibatkan banyak orang dan properti –properti seperti baju perang, kuda tunggangan dan gajah semua dilakukan dengan manual alias orang dan binatang nyata yang terjun beradegan. Sesempurnanya CGI masih lebih sempurna manusia nyata.
Film – film kolosal yang sarat dengan petuah moral, budaya dan kearifan lokal Indonesia pada masa itu diangkat dalam sebuah sandiwara radio. Setelah sukses dibuat untuk layar lebar ataupun serial TV nya. Tentu sobat cilik dan teman sebaya masih ingat bagaimana tayangan film kolosal menghiasi layar lebar dan layar televisi kita. Sebut saja, Tutur Tinular, Angling Dharma, Misteri Gunung Merapi, Kaca Benggala dan masih banyak lagi.
Lanjut....
Sembari bernostalgia dengan era 90an, era generasi emas. Ane akan menyebutkan beberapa film kolosal Indonesia yang mungkin bisa diremake ke dalam layar lebar ( Versi Ane). Mungkin ada produser film yang tidak sengaja membaca tulisan ini lalu meremake film –film tersebut??? Semua kemungkinan masih bisa terjadi.....
Jawabannya Cuma satu....Dilakukan dengan sungguh –sungguh. Semisal adegan perang yang melibatkan banyak orang dan properti –properti seperti baju perang, kuda tunggangan dan gajah semua dilakukan dengan manual alias orang dan binatang nyata yang terjun beradegan. Sesempurnanya CGI masih lebih sempurna manusia nyata.
Film – film kolosal yang sarat dengan petuah moral, budaya dan kearifan lokal Indonesia pada masa itu diangkat dalam sebuah sandiwara radio. Setelah sukses dibuat untuk layar lebar ataupun serial TV nya. Tentu sobat cilik dan teman sebaya masih ingat bagaimana tayangan film kolosal menghiasi layar lebar dan layar televisi kita. Sebut saja, Tutur Tinular, Angling Dharma, Misteri Gunung Merapi, Kaca Benggala dan masih banyak lagi.
Lanjut....
Sembari bernostalgia dengan era 90an, era generasi emas. Ane akan menyebutkan beberapa film kolosal Indonesia yang mungkin bisa diremake ke dalam layar lebar ( Versi Ane). Mungkin ada produser film yang tidak sengaja membaca tulisan ini lalu meremake film –film tersebut??? Semua kemungkinan masih bisa terjadi.....
Quote:
1. Tutur Tinular

Tutur Tinular adalah sebuah mahakarya dari seorang S.Tidjab. Awalnya Tutur Tinular adalah cerita sandiwara radio di tahun 1989. Setelah itu tidak lama kemudian muncul film layar lebarnya dengan judul “ Pedang Naga Puspa “, “ Naga Puspa Kresna “, “ Pendekar Syair Berdarah” dan “ Mendung Bergulung di atas Majapahit “.
Kemudian di Tahun 1997, oleh Genta Buana Pitaloka, cerita tersebut dibuat menjadi film seri. Serial film ini disutradai oleh Muchlis Raya dengan penulis skenario Imam Tantowi. Di film seri ini penggarapannya juga tidak tanggung – tanggung syutingnya sampai di China. Agar penjiwaan film ini maksimal sebagai visualisasi dari versi sandiwara radionya maka diisi dengan dubber ternama pada masanya. Ferry Fadli, M. Aboed, Ivvone Rose, Elly Ermawati dll untuk mengisi suara pada film seri Tutur Tinular ( 1997).
Tutur Tinular bercerita dengan mengambil latar belakang runtuhnya kerajaan Singosari dan berdirinya kerajaan Majapahit. Tokoh utamanya seorang pemuda yang sakti dari desa Kurawan. Anak seorang empu ternama yaitu Empu Hanggareksa. Seorang ahli pembuat senjata kepercayaan Prabu Kertanagara, raja Kerajaan Singhasari.
Kisah Tutur Tinular ini diselingi berbagai peristiwa sejarah, antara lain kedatangan utusanKaisar Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di negeri Cina, yang meminta Kertanagarasebagai raja di Kerajaan Singhasari menyatakan tunduk dan mengakui kekuasaan bangsaMongolia. Namun utusan dari Mongolia tersebut malah diusir dan dipermalukan olehKertanagara. Tidak berapa lama dari peristiwa itu pecah pemberontakan oleh Jayakatwang dari negeri Gelang –gelang. Singosari runtuh. Tokoh ini kemudian membangun kembali Kerajaan Kadiri yang dahulu kala pernah runtuh akibat serangan pendiri Singhasari.
Petualangan Kamandanu akhirnya membawa dirinya menjadi pengikut Raden Wijaya (Nararya Sanggrama Wijaya), menantu Kertanagara. Tokoh sejarah ini telah mendapat pengampunan dari Jayakatwang dan diizinkan membangun sebuah desa terpencil di hutan Tarik bernamaMajapahit. Beberapa lama kemudian Arya Kamandanu ikut serta dalam pemberontakan Sanggrama Wijaya demi merebut kembali takhta tanah Jawa dari tangan Jayakatwang. Pemberontakan ini mendapat dukungan Arya Wiraraja dari Sumenep, yang berhasil memanfaatkan pasukan Kerajaan Yuan yang dikirim Kubilai Khan untuk menyerang Kertanagara. Berkat kepandaian diplomasi Wiraraja, pasukan Mongolia itu menjadi sekutu Sanggrama Wijaya dan berbalik menyerang Jayakatwang.
Setelah Kerajaan Kadiri runtuh, Sanggrama Wijaya berbalik menyerang dan mengusir pasukan Mongolia tersebut. Arya Kamandanu juga ikut serta dalam usaha ini. Setelah pasukan Kerajaan Yuan kembali ke negerinya, Sanggrama Wijaya pun meresmikan berdirinya Kerajaan Majapahit. Ia bergelar Prabu Kertarajasa Jayawardhana. Kisah Tutur Tinular kembali diwarnai cerita-cerita sejarah, di mana Kamanadanu turut menyaksikan pemberontakan Ranggalawe, Lembu Sora dan Gajah Biru akibat hasutan tokoh licik yang bernama Ramapati. Di samping itu, kisah petualangan tetap menjadi menu utama, antara lain dikisahkan bagaimana Kamandanu dengan Pedang Naga Puspa-nya menumpas musuh bebuyutannya, yaitu Mpu Tong Bajil pendekar cebol dari Gunung Tengger dengan ajian Segara Geni-nya, serta menghadapi kakak kandungnya sendiri (Arya Dwipangga) yang muncul kembali dengan kesaktian luar biasa, bergelar Pendekar Syair Berdarah.
Kisah Tutur Tinular berakhir dengan meninggalnya Kertarajasa Jayawardhana, di mana Arya Kamandanu kemudian mengundurkan diri dari Kerajaan Majapahit dengan membawa putranya yang bernama Jambu Nada, hasil perkimpoian kedua dengan Sakawuni yang meninggal setelah melahirkan, dalam perjalanan menuju lereng Gunung Arjuna inilah Arya Kamandanu bertemu dengan Gajah Mada yang waktu itu menyelamatkan putranya ketika masih berumur 40 hari yang terjatuh ke jurang karena lepas dari gendongannya akibat terguncang-guncang diatas kuda.
Quote:
2. Mahkota Mayangkara
Mahkota Mayangkara adalah judul sebuah sandiwara radio yang sangat legendaris yang merupakan sekuel kedua lanjutan Tutur Tinular karya S. Tidjab. Suatu kisah dengan latar belakang sejarah Kerajaan Majapahit di bawah pemerintahan Prabu Jayanagara, di mana pada akhirnya terjadi pemberontakan Ra Kuti yang berhasil ditumpas oleh Gajah Mada. Sandiwara radio ini pertama kali mulai disiarkan pada 1 Januari 1990. Kemudian tahun 1993 dibuatkan film serinya dengan judul yang sama. Dan kembali di dubbing sebagai mana versi sandiwara radionya.
Mahkota Mayangkara berkisah tentang seorang pemuda dari kalangan rakyat jelata yang bernama Ra Kuti yang berasal dari Desa Ganding. Oleh karena mimpinya, kemudian ia berambisi menjadi Raja Kerajaan Majapahit, sebagaimana dahulu Ken Arok yang merupakan kalangan rakyat jelata namun berhasil menjadi penguasa Tumapel yang kemudian mendirikan Kerajaan Singhasari dan menurunkan Trah Rajasa.
Ra Kuti mempunyai teman baik bernama Ra Semi, bersama temannya inilah kemudian ia berangkat ke Majapahit dan memulai kariernya dengan mendaftar sebagai prajurit atau pasukan Bhayangkari. Melihat persaingan yang sangat keras di istana kerajaan, Ra Kuti memutuskan untuk mengembara mencari seorang guru kanuragan. Dalam pengembaraannya, ia menantang setiap orang yang ditemuinya yang dianggapnya mempunyai kanuragan tinggi.
Ra Kuti bertemu dan bertarung dengan Arya Kamandanu di Gunung Arjuno, ketika kalah dalam pertarungan, ia juga memohon agar Arya Kamandanu sudi mengangkatnya menjadi murid. Tapi Arya Kamandanu yang sudah menyepi untuk merawat anaknya dan meninggalkan dunia persilatan menolaknya. Ra Kuti tidak putus asa, ia melanjutkan pengembaraannya dan sampailah di Gunung Tengger dan bertemu dengan Wong Agung, guru mendiang Mpu Tong Bajil. Kembali ia menantang Wong Agung untuk bertarung,namun dengan mudah Ra Kuti berhasil dibuat tidak berdaya. Beruntung kali ini kali ini Wong Agung bersedia menerimanya menjadi murid karena melihat begitu besarnya tekad dan kegigihan dari Ra Kuti yang pantang menyerah. Karena bakat yang dimilikinya, akhirnya Ra Kuti berhasil menguasai Aji Segara Geni tingkat tinggi hanya dalam beberapa bulan. Kemudian ia memutuskan untuk kembali ke Majapahit dan kemudian melakukan pemberontakan besar –besaran.
Quote:
3. Saur Sepuh

Saur Sepuh adalah judul sandiwara radio yang menjadi legenda terbesar dari sandiwara radio yang pernah ada di Indonesia. Saur Sepuhmerupakan karya asli dari Niki Kosasih (almarhum) yang bercerita tentang perjalanan seorang pendekar sakti bernama Brama Kumbara yang kelak menjadi raja di salah satu kerajaan di wilayah selatan bernama Madangkara.
Saur Sepuh disiarkan melalui media radio pada Dasawarsa 1980-an di Indonesia, dengan mengambil latar pada masa pemerintahan raja Hayam Wuruk pada zaman kerajaan Hindu Buddha Majapahit di Nusantara.
Bercerita tentang Ia seorang pendekar yang menguasai berbagai ilmu kesaktian. Brama secara darah masih keturunan Raja Madangkara. Ayahnya bernama Darmasalira. Kakek Astagina, guru dan juga kakek Brama ini dulunya pernah pula menjadi Raja Madangkara. Ibu Brama bernama Gayatri. Gayatri lah yang sebenarnya adalah keturunan dari trah keluarga Kerajaan Madangkara. Ayah kandung Brama tewas dibunuh oleh perampok yang akan menyerang kampung mereka : Jamparing.
Setelah menjanda, Gayatri diperistri oleh Tumenggung Ardalepa, seorang bangsawan dan pejabat dari Kuntala. Dari perkimpoian ini, lahirlah Mantili, adik satu ibu lain ayah dari Brama.
Brama akhirnya menjadi Raja Madangkara karena dia jugalah yang memimpin pergerakan nasionalis Madangkara melawan pasukan perang Kuntala. Dengan persekutuannya bersama beberapa kerajaan kecil lain yang juga menjadi jajahan Kuntala, terbentuklah pasukan perang Dewangga yang mampu menghancurkan Kuntala.
Brama kecil saat suasana perang dan melarikan diri diselamatkan dan dididik langsung oleh Kakek Astagina, seorang pendekar tua sakti yang sebenarnya merupakan kakeknya sendiri dan pernah menjadi raja Madangkara. Dari kakek Astagina inilah Brama memperoleh banyak ilmu kesaktian tingkat tinggi seperti Ajian Bayu Bajra, Tapak Saketi, Tikki Ibeng, Malih Rupa dan ilmu pamungkas yang bernama Serat Jiwa (sebelum akhirnya kelak setelah menjadi raja, Brama kembali menciptakan ilmu baru yang kesaktiannya diatas serat jiwa, bernama Lampah Lumpuh)
Setelah sandiwara radionya sukses dan menjadi populer secara nasional, Saur Sepuhmerambah ke layar lebar pada tahun 1987. Bekerjasama dengan Kanta Indah Film, Kalbe Farma turut mendanai pembuatan film Saur Sepuh yang disutradarai oleh sutradaraternama Imam Tantowi. Saur Sepuh akhirnya dirilis di film layar lebar secara nasional pada tahun 1987, dan setelah sukses besarnya juga diikuti oleh empat film sekuelnya dalam sebuah waralaba.
Lima film serial Saur Sepuh tersebut yaitu:
Saur Sepuh: Satria Madangkara (1987)
Saur Sepuh II: Pesanggrahan Keramat (1988)
Saur Sepuh III: Kembang Gunung Lawu (1988)
Saur Sepuh IV: Titisan Darah Biru (1991)
Saur Sepuh V: Istana Atap Langit (1992)
Saur Sepuh: Satria Madangkara (1987)
Saur Sepuh II: Pesanggrahan Keramat (1988)
Saur Sepuh III: Kembang Gunung Lawu (1988)
Saur Sepuh IV: Titisan Darah Biru (1991)
Saur Sepuh V: Istana Atap Langit (1992)
Quote:
4. Angling Dharma

Pada suatu hari ketika sedang berburu, Angling Dharma memergoki istri gurunya yang bernama Nagagini sedang berselingkuh dengan seekor ular tampar. Angling Dharma pun membunuh ular jantan sedangkan Nagagini pulang dalam keadaan terluka. Nagagini kemudian menyusun laporan palsu kepada suaminya, yaitu Naga Bergola supaya membalas dendam kepada Angling Dharma. Naga Bergolapun menyusup ke dalam istana Malawapati dan menyaksikan Angling Dharma sedang membicarakan perselingkuhan Nagagini kepada Setyawati. Nagaraja pun sadar bahwa istrinya yang salah. Ia pun muncul dan meminta maaf kepada Angling Dharma.
Naga Bergola mengaku ingin mencapai moksa. Ia kemudian mewariskan ilmu kesaktiannya berupa Aji Gineng kepada Angling Dharma. Ilmu tersebut harus dijaga dengan baik dan penuh rahasia. Setelah mewariskan ilmu tersebut Naga Bergolapun wafat. Sejak mewarisi ilmu baru, Angling Dharma menjadi paham bahasa binatang. Pernah ia tertawa menyaksikan percakapan sepasang cicak. Hal itu membuat Setyawati tersinggung. Angling Dharma menolak berterus terang karena terlanjur berjanji akan merahasiakan Aji Gineng, membuat Setyawati bertambah marah. Setyawati pun memilih Pati Obong, yaitu bunuh diri dalam api untuk mengembalikan harga dirinya. Angling Dharma berjanji lebih baik menemani Setyawati mati, daripada harus membocorkan rahsia ilmunya.
Ketika upacara pembakaran diri digelar pada tanggal 14 bulan purnama, Angling Dharma sempat mendengar percakapan sepasang kambing. Dari percakapan itu Angling Dharma sadar kalau keputusannya menemani Setyawati mati adalah keputusan emosional yang justru merugikan rakyat banyak. Maka, ketika Setyawati terjun ke dalam kobaran api, Angling Dharma tidak menyertainya.
Perbuatan Angling Dharma yang mengingkari janji sehidup semati dengan Setyawati membuat dirinya harus menjalani hukuman buang sampai batas waktu tertentu sebagai penebus dosa. Kerajaan Malawapati pun dititipkannya kepada Batik Madrim.
Dalam perjalanannya, Angling Dharma bertemu tiga orang putri bernama Kenanga, Cempaka, dan Kantil. Ketiganya jatuh cinta kepada Angling Dharma dan menahannya untuk tidak pergi. Angling Dharma menurut sekaligus curiga karena ketiga putri tersebut suka pergi malam hari secara diam-diam. Angling Dharma menyamar sebagai burung gagak untuk menyelidiki kegiatan rahasia ketiga putri tersebut. Ternyata setiap malam ketiganya berpesta makan daging manusia. Angling Dharma pun berselisih dengan mereka mengenai hal itu. Akhirnya ketiga putri mengutuknya menjadi seekor belibis putih. Film Angling Dharma dibintangi oleh Barry Prima sebagai tokoh utama.
Film Angling Dharma terbagi dalam tiga sekuel :
Angling Darma I Balada Cinta Anglingdarma 1990
Judul : Angling Darma 2 Pemberontakan Batik Madrim 1992
Judul : Angling Darma 3 Pemburu Dari Neraka 1994)
Angling Darma I Balada Cinta Anglingdarma 1990
Judul : Angling Darma 2 Pemberontakan Batik Madrim 1992
Judul : Angling Darma 3 Pemburu Dari Neraka 1994)
Pada tahun 2001 Rumah Produksi Genta Buana Pitaloka memproduksi Angling Dharma versi seriesnya di bintangi oleh Anto Wijaya,Candy Satrio,Rahma Azhari,Roy Jordy,Choky Adriano,Yuni Sulistyawati dan masih banyak lagi.Sinetron ini juga pernah meraih penghargaan sebagai sinetron laga terpuji di Festival Film Bandung tahun 2004.
Itu tadi empat film kolosal Indonesia yang mungkin bisa diremake dengan sentuhan yang lebih wah. Agar dapat feel masa lalu dan sandiwaranya akan lebih mantap kalau di dubbing oleh para dubber dari sanggar Prativi. Seperti om Fery Fadly, Petrus Urspon, M About dll
Sumber : kenangan masa lalu dibantu oleh googling dan wikipedia. Credit pic ; google image
Diubah oleh breaking182 09-08-2018 12:29
0
9.2K
Kutip
18
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan