Kaskus

News

fazil26Avatar border
TS
fazil26
Pahlawan yang terlupakan
Pahlawan Nasional Terlupakan yang Berjuang di Luar Medan Perang

Sudah sepantasnya kita Agan/Sist sebagai warga Indonesia yang cinta negara untuk mengingat jasa pahlawan serta menghormatinya. Agan Sis harus ketahui juga kalau pahlawan nasional itu bukan cuma Soekarno, Hatta, Pangeran Dipenogoro, Teuku Umar, dan sebagainya. Nama-nama di atas memang familiar karena seringkali muncul di buku sejarah. Padahal ada banyak pahlawan lainnya yang jasanya besar banget, tapi ironisnya sering terlupakan karena jarang terdengar namanya.
Nah, biar Agan Sist enggak cuma kenal sama pahlawan yang itu-itu aja, Saya akan kenalin ke kalian pahlawan-pahlawan yang keberadaannya agak terlupakan. Kriteria pahlawan yang bakal Saya bahas ini adalah mereka yang enggak berjuang di medan perang dan berpolitik. Sebaliknya, pahlawan dalam daftar ini adalah mereka yang berjasa membangun Indonesia dari bidang atau aspek kehidupan lain, seperti budaya, kesehatan, dan ekonomi.

Daripada Agan Sist bingung, ayo kita simak!


1. Albertus Soegijapranata


[size={defaultattr}]
Pahlawan nasional yang dikenal dengan nama Soegija ini adalah seorang uskup agung sekaligus uskup pertama asal Indonesia. Dia lahir di keluarga muslim asal Yogyakarta. Soegija dikenal sebagai seorang pemuka agama Katolik yang ikut berjuang membantu masyarakat saat perang kemerdekaan dan revolusi lewat pidato serta ceramahnya yang membangkitkan semangat. Karena perannya dan pendirian pro-nasionalisnya inilah, Soegija sering disebut sebagai "100% Katolik, 100% Indonesia".

2. Suharso[/size]

Pahlawan yang terlupakan Via Istimewa

[size={defaultattr}]
Dr. Suharso merupakan pahlawan nasional yang diangkat karena jasanya dalam bidang kesehatan. Pahlawan yang lahir di Ampel, Boyolali, Jawa Tengah, pada 13 Mei 1912 ini bersekolah di adalah seorang dokter ahli bedah yang membantu para pejuang yang cacat karena perang dengan kaki atau tangan palsu. Usahanya ini dilirik oleh pemerintah yang kemudian mengirimnya ke Inggris untuk mendalami ilmu prostesi (anggota tubuh buatan) pada 1950. Sekembalinya dari Inggris, dia pun mendirikan Pusat Rehabilitasi di Solo khusus untuk pasien yang kehilangan anggota tubuh.

3. Tirto Adhi Suryo[/size]


[size={defaultattr}]
Pahlawan yang punya nama lengkap Raden Mas Tirto Adhi Soerjo ini adalah seorang jurnalis yang dikenal dengan kritik pedasnya untuk pemerintah kolonial Belanda. Dia lahir dalam keluarga bangsawan Jawa di Blora, Jaaw Tengah. Awalnya, dia mengemban pendidikan sebagai dokter. Namun, dia lebih tertarik dengan dunia jurnalisme. Pada 1912, Tirto mendirikan Medan Priaji yang dianggap menjadi surat kabar pribumi pertama. Jasanya inilah yang membuat Tirto disebut sebagai Bapak Jurnalisme Indonesia.

4. Wilhelmus Zakaria Johannes[/size]


[size={defaultattr}]
Pahlawan asal Nusa Tenggara Timur ini dianggap sangat berjasa dalam bidang kesehatan. Dia dianggap sebagai dokter Indonesia pertama yang belajar ilmu radiologi yang dipelajarinya di CBZ (rumah sakit umum) di Batavia. Setelah mendalami ilmu tersebut, dia pun menjadi ahli teknologi ronsen. Ilmunya inilah yang dianggap berhasil memajukan ilmu kesehatan di Indonesia.

5. Johannes Leimena[/size]


[size={defaultattr}]
Pahlawan nasional asal Maluku ini sempat menjadi Wakil Perdana Menteri pada 1957-1966. Namun, jasanya yang membuatnya dikenang sebagai pahlawan adalah saat dia menjabat sebagai Menteri Kesehatan di era Presiden Soekarno. Saat menjabat sebagai Menteri Kesehatan, dia mempelopori sistem Pusat Kesehatan Masyarakat alias Puskesmas.

6. Abdul Muis[/size]


[size={defaultattr}]
Lahir di Sungai Puar, Sumatera Barat, Abdul Muis dianggap sebagai tokoh pergerakan yang berjasa dalam bidang jurnalistik dan sastra. Dia awalnya menekuni dunia politik dengan menjadi anggota Volksraad (DPR zaman Belanda) pada 1920. Karena suka ngekritik Belanda, dia beberapa kali ditangkap dan dipenjara. Hal ini membuatnya beralih fokus dari politik ke dunia sastra. Pada 1927, dia mendirikan Balai Pustaka dan menulis novel Salah Asuhan setahun kemudian. Jasanya dalam bidang pergerakan inilah yang membuatnya diangkat sebagai pahlawan nasional paling pertama pada 1959

7. Amir Hamzah[/size]


[size={defaultattr}]
Di mata "Kids zaman now", kisah Amir Hamzah bisa dibilang paling tragis. Soalnya dia dipaksa menikah secara diplomatis karena statusnya sebagai pangeran Kesultanan Langkat di saat dia lagi jatuh cinta pada seseorang. Meski begitu, jasanya di bidang sastra sangatlah besar. Dia telah menghasilkan ratusan puisi yang indah. Karyanya dinilai berkualitas karena dianggap mewakili perasaan serta konflik hidup yang dialaminya sendiri. Hal inilah yang membuatnya jadi satu-satunya penulis puisi berkelas internasional di Indonesia saat masa revolusi. Dia tewas saat Partai Komunis Indonesia memberontak pada 1946 dan dikubur dalam kuburan masal.

8. Arie Frederik Lasut[/size]


[size={defaultattr}]
Pahlawan asal Minahasa, Sulawesi Utara ini diakui jasanya lewat ilmunya dalam bidang geografi dan pertambangan. Dia terlibat dalam perang kemerdekaan Indonesia dan pengembangan sumber daya pertambangan dan geologis pada masa awal berdirinya Indonesia. Sayangnya, dia harus tewas karena kejamnya pemerintah Belanda karena menolak bekerja sama dalam pertambangan. Jasanya pun membuatnya diangkat menjadi pahlawan nasional pada 20 Mei 1969.

9. KH Fakhruddin[/size]


[size={defaultattr}]
Bernama asli Muhammad Jazuli, pahlawan yang lahir di Yogyakarta pada 1890 ini adalah seorang pejuang pergerakan kemerdekaan Indonesia dan juga tokoh Muhammadiyah. Meski enggak pernah dianggap sebagai tokoh intelektual karena enggak pernah bersekolah, kemampuan serba bisanya lah yang membuatnya diangkat jadi pahlawan nasional. Dia pun dipercaya mengerjakan tugas penting, yaitu survei meneliti nasib para jemaah haji Indonesia yang seringkali mendapat perlakuan kurang baik dari pejabat-pejabat Mekah pada 1921. Sekembalinya dari Indonesia, dia membentuk Badan Penolong Haji. Hal inipun membuatnya menjadi perintis perbaikan layanan haji Indonesia.

10. Raja Ali Haji[/size]


[size={defaultattr}]
Pahlawan kelahiran Selangor, Malaysia, pada 1808 ini merupakan pahlawan nasional yang berjasa dalam bidang kesusastraan. Dia merupakan cucu dari Raja Haji Fisabilillah yang juga diangkat sebagai pahlawan nasional. Raja Ali Haji adalah ulama, sejarawan, dan pujangga keturunan Bugis dan Melayu. Mahakarnyanya, Gurindam Dua Belas (1847), dianggap sebaga pembaru arus sastra pada zamannya. Dia juga dikenal sebagai "Bapak Bahasa Indonesia" karena buku Pedoman Bahasa, buku standar bahasa Melayu, ditetapkan sebagai bahasa nasional dalam Kongres Pemuda Indonesia pada 28 Oktober 1928.[/size]

***

emoticon-thumbsup
0
1.2K
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan