- Beranda
- Komunitas
- Hobby
- Supranatural
Hari Baik - Hari Buruk


TS
arkho23
Hari Baik - Hari Buruk
Dalam kehidupan masyarakat Jawa yang masih memegang budaya dan kepercayaan tradisional dikenal adanya istilah ‘hari baik’ dan ‘hari buruk’. Maksudnya, ada suatu kepercayaan bahwa hari-hari dalam kehidupan manusia mempunyai pengaruh kegaiban tertentu bagi manusia, ada yang pengaruhnya baik, ada yang pengaruhnya buruk. Ada yang pengaruhnya hanya terjadi pada hari itu saja sehingga orang akan menghindari aktivitas tertentu pada hari yang dianggap tidak baik, ada juga yang pengaruhnya bersifat jangka panjang terhadap kehidupan manusia.
Ada juga dalam budaya Jawa konsep ilmu petungan (perhitungan), yang melibatkan alam pemikiran makro dan mikrokosmos, jagad gedhe dan cilik, alam semesta dan manusia. Petungan dibuat bukan berdasarkan tahayul, tetapi berdasarkan titen, yaitu mengamati dan memahami kegaiban dan perilaku alam, sehingga muncullah konsep pranata mangsa, ilmu tentang ramalan cuaca dan musim (perilaku alam), yang sehari-harinya banyak digunakan sebagai patokan hari untuk merencanakan waktu menanam padi supaya hasil panen-nya baik dan banyak, terhindar dari kekeringan / banjir, dan terhindar dari hama dan penyakit tanaman.
Untuk suatu perbuatan yang hanya berlaku satu hari saja umumnya yang dipercaya orang untuk dihindari adalah apa yang disebut sebagai hari pantangan. Walaupun tidak banyak dijalankan, dalam melakukan suatu perbuatan yang dianggap penting masih ada orang jawa yang menyesuaikan waktu dan hari pelaksanaannya supaya tidak ada nasib buruk yang dialami. Misalnya yang akan bepergian jauh akan menghindari hari Jum'at dan Sabtu, karena hari Jum'at sifatnya panas, banyak yang rusuh, banyak masalah, banyak pertengkaran dan perselisihan, dan hari Sabtu sifatnya berat, banyak naas, nasib buruk dan musibah. Selain itu ada juga yang menghindari hari buruk yang menjadi pantangan dalam hari kelahiran mereka masing-masing (pantangan dalam hari weton kelahirannya, bisa dilihat di dalam primbon jawa).
Kepercayaan tentang hari yang baik dan buruk lebih diutamakan dalam melakukan suatu perbuatan penting yang pengaruhnya bersifat jangka panjang. Dalam melakukannya biasanya orang jawa akan menyesuaikan waktu dan hari pelaksanaannya, ada perhitungan harinya, supaya hasilnya baik seperti yang diharapkan dan tidak ada nasib buruk di belakang hari. Misalnya, orang-orang yang akan memulai hidup baru di rumah yang baru (pindah rumah), atau yang akan memulai hidup baru berkeluarga (melangsungkan pernikahan), atau memulai usaha baru seperti membuka warung / toko, mereka akan menghindari hari Jum'at dan Sabtu, karena hari Jum'at sifatnya panas, banyak yang rusuh, banyak masalah, banyak pertengkaran dan perselisihan, dan hari Sabtu sifatnya berat, banyak naas, nasib buruk dan musibah, dan mereka akan menghindari bulan Suro karena sifatnya sakral dan bernuansa gaib negatif.
Sifat-sifat hari yang akan disebut di bawah ini bersifat tidak mutlak, karena dipengaruhi juga oleh hari pasarannya (pon, pahing, wage, legi dan kliwon), jam (pagi, siang, malam), dan wukunya (mingguannya), bulannya, dsb. Tetapi Penulis tidak akan menuliskan tentang pengaruh lainnya, karena tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang itu. Penulis juga tidak akan membahas lebih daripada tulisan ini, misalnya tentang perjodohan, dsb.
Sebagai catatan, dalam penanggalan Jawa, hari dimulai pada pukul 5 sore hari sebelumnya dan akan berakhir pada pukul 5 sore hari yang bersangkutan.
Jadi, batas suatu hari adalah pk.5 sore, dan mulainya hari adalah hari sebelumnya pk.5 sore.
Hari Senin dimulai pada hari sebelumnya (Minggu) pk.5 sore dan berakhir pada hari Senin tersebut pk.5 sore.
Hari Senin itu pada pk.6 sore (mahgrib) sudah terhitung sebagai hari Selasa, karena sudah melewati batas hari Senin pk.5 sore.
Dalam hubungannya dengan aktivitas tertentu hitungan hari menurut penanggalan jawa ini pengaruhnya tidak semata-mata secara formal ditentukan oleh hari atau tanggal di dalam penanggalan jawa, tetapi terutama ditentukan oleh suasana batin orangnya sendiri yang kegaibannya terjadi karena ia mengsugesti batinnya sendiri.
Misalnya, hari seseorang memulai usaha warung / toko tidak semata-mata ditentukan oleh hari saat seseorang mengisi tokonya dengan barang-barang dagangan atau hari saat pertama orangnya membuka tokonya, tetapi lebih ditentukan oleh suasana batin kapan orang tersebut merasa mulai berdagang atau berjualan.
Begitu juga dengan perkimpoian, tidak semata-mata ditentukan oleh hari saat seseorang melamar, ijab kabul atau hari resepsi perkimpoiannya, tetapi lebih ditentukan oleh suasana batin kapan orang-orang tersebut merasa telah resmi menjadi suami-istri.
Hari seseorang pindah rumah tidak ditentukan oleh saat seseorang memindahkan barang-barang lamanya ke rumahnya yang baru atau hari saat pertama ia tidur di rumahnya yang baru, tetapi lebih ditentukan oleh suasana batin kapan orang tersebut merasa sudah pindah ke rumahnya yang baru. Biasanya dimulai saat perlengkapan tidur sudah dipindahkan, sudah tidur di rumahnya yang baru, sudah merasa pindah ke rumah yang baru dan tidak lagi memikirkan rumah yang lama.
Pengaruh hitungan hari menurut penanggalan jawa ini berlaku untuk orang Jawa di Jawa Tengah dan Jawa Timur dan orang Bali di pulau Bali. Untuk masa sekarang, orang Jawa yang sudah tidak tinggal di Jawa Tengah atau Jawa Timur, dan orang Bali yang sudah tidak tinggal di Bali, pengaruhnya terhadap mereka sedikit (masih berpengaruh tetapi kadarnya kecil). Tetapi bila mereka masih meyakininya di dalam hatinya, maka pengaruhnya terhadap mereka tetap besar, karena mereka mengsugesti dirinya begitu.
Pengaruh hari baik dan hari buruk dalam tulisan ini hanya berlaku untuk orang Jawa di Jawa saja dan untuk orang Bali di Bali saja. Untuk orang lain dari suku lain akan berbeda, karena kondisi alamnya juga berbeda.
Yang terkait dengan kegaiban hari, yang menjadi patokan dalam menentukan pengaruh kegaibannya dan dalam menghitung hari yang baik atau tidak baik, yang terutama harus diperhatikan adalah lokasi / tempat anda melakukan hajat, karena tempatnya (suasana alam gaibnya) itulah yang paling berpengaruh.
Watak Hari untuk memulai usaha / kegiatan :
Hari Senin : hari yang baik untuk semua keperluan.
Hari Selasa : awalnya baik, tetapi hal-hal yang baik waktunya pendek, yang tidak baik lebih panjang.
Hari Rabu : baik untuk semua keperluan, tetapi tidak sebaik hari Senin.
Hari Kamis : hari yang keras. Usaha dan perkimpoian akan banyak kesulitannya.
Hari Jum’at : hari yang ‘panas’. Usaha dan perkimpoian akan banyak berisi gangguan dan keributan / pertengkaran / perselisihan dan kejengkelan.
Hari Sabtu : hari yang berat untuk semua urusan. Usaha dan perkimpoian akan banyak berisi kesulitan, penyakit, naas, kecelakaan, musibah dan sakit hati.
Hari Minggu : hari yang netral untuk semua urusan.
Memulai usaha dan perkimpoian lebih baik dilakukan pada hari-hari yang malamnya adalah bulan purnama (atau dari bulan sabit menuju bulan purnama), karena aura energi alamnya sedang dalam kondisi yang baik dibanding hari-hari yang malamnya adalah bulan sabit (atau dari bulan purnama menuju bulan sabit) yang auranya kurang baik untuk psikologis dan kesehatan tubuh.
Sebaiknya memulai usaha tidak dilakukan pada malam hari, karena banyak pengaruh jeleknya. Hari masih malam, belum waktunya bekerja. Akan banyak mendapatkan halangan dan kesulitan. Seringkali walaupun sudah berusaha keras, hasil / imbalan yang didapat tidak sebanding dengan kerasnya usahanya.
Sebaiknya memulai usaha dilakukan pada pagi hari, karena banyak pengaruh energi positif, sehingga usaha dan pekerjaan dapat berjalan lebih lancar.
Usaha yang dimulai pada siang hari akan lebih banyak mendapatkan kesulitan dan halangan dibanding pagi hari.
Usaha yang dimulai pada sore hari akan lebih banyak lagi mendapatkan kesulitan dan halangan dibanding yang dimulai pada siang hari.
Bulan Haji (bulan musim haji) adalah bulan yang paling baik untuk semua keperluan, untuk memulai usaha, pindah rumah atau pun perkimpoian.
Bulan Maulud adalah bulan yang paling baik untuk semua keperluan yang bersifat sakral , untuk ruwatan nasib / sengkala, ritual pembersihan diri, ritual syukuran, ritual bersih desa, menjamas pusaka, ritual mandi kembang, berziarah, dsb.
Bulan Sura (Suro) adalah bulan yang paling tidak baik untuk semua keperluan, untuk memulai usaha, pindah rumah atau pun perkimpoian. Paling baik digunakan untuk upaya bersih diri dan lingkungan. Bulan Sura umumnya diisi dengan ritual bersih diri / ruwatan, membersihkan rumah dan pusaka, dsb.
Ada juga dalam budaya Jawa konsep ilmu petungan (perhitungan), yang melibatkan alam pemikiran makro dan mikrokosmos, jagad gedhe dan cilik, alam semesta dan manusia. Petungan dibuat bukan berdasarkan tahayul, tetapi berdasarkan titen, yaitu mengamati dan memahami kegaiban dan perilaku alam, sehingga muncullah konsep pranata mangsa, ilmu tentang ramalan cuaca dan musim (perilaku alam), yang sehari-harinya banyak digunakan sebagai patokan hari untuk merencanakan waktu menanam padi supaya hasil panen-nya baik dan banyak, terhindar dari kekeringan / banjir, dan terhindar dari hama dan penyakit tanaman.
Untuk suatu perbuatan yang hanya berlaku satu hari saja umumnya yang dipercaya orang untuk dihindari adalah apa yang disebut sebagai hari pantangan. Walaupun tidak banyak dijalankan, dalam melakukan suatu perbuatan yang dianggap penting masih ada orang jawa yang menyesuaikan waktu dan hari pelaksanaannya supaya tidak ada nasib buruk yang dialami. Misalnya yang akan bepergian jauh akan menghindari hari Jum'at dan Sabtu, karena hari Jum'at sifatnya panas, banyak yang rusuh, banyak masalah, banyak pertengkaran dan perselisihan, dan hari Sabtu sifatnya berat, banyak naas, nasib buruk dan musibah. Selain itu ada juga yang menghindari hari buruk yang menjadi pantangan dalam hari kelahiran mereka masing-masing (pantangan dalam hari weton kelahirannya, bisa dilihat di dalam primbon jawa).
Kepercayaan tentang hari yang baik dan buruk lebih diutamakan dalam melakukan suatu perbuatan penting yang pengaruhnya bersifat jangka panjang. Dalam melakukannya biasanya orang jawa akan menyesuaikan waktu dan hari pelaksanaannya, ada perhitungan harinya, supaya hasilnya baik seperti yang diharapkan dan tidak ada nasib buruk di belakang hari. Misalnya, orang-orang yang akan memulai hidup baru di rumah yang baru (pindah rumah), atau yang akan memulai hidup baru berkeluarga (melangsungkan pernikahan), atau memulai usaha baru seperti membuka warung / toko, mereka akan menghindari hari Jum'at dan Sabtu, karena hari Jum'at sifatnya panas, banyak yang rusuh, banyak masalah, banyak pertengkaran dan perselisihan, dan hari Sabtu sifatnya berat, banyak naas, nasib buruk dan musibah, dan mereka akan menghindari bulan Suro karena sifatnya sakral dan bernuansa gaib negatif.
Sifat-sifat hari yang akan disebut di bawah ini bersifat tidak mutlak, karena dipengaruhi juga oleh hari pasarannya (pon, pahing, wage, legi dan kliwon), jam (pagi, siang, malam), dan wukunya (mingguannya), bulannya, dsb. Tetapi Penulis tidak akan menuliskan tentang pengaruh lainnya, karena tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang itu. Penulis juga tidak akan membahas lebih daripada tulisan ini, misalnya tentang perjodohan, dsb.
Sebagai catatan, dalam penanggalan Jawa, hari dimulai pada pukul 5 sore hari sebelumnya dan akan berakhir pada pukul 5 sore hari yang bersangkutan.
Jadi, batas suatu hari adalah pk.5 sore, dan mulainya hari adalah hari sebelumnya pk.5 sore.
Hari Senin dimulai pada hari sebelumnya (Minggu) pk.5 sore dan berakhir pada hari Senin tersebut pk.5 sore.
Hari Senin itu pada pk.6 sore (mahgrib) sudah terhitung sebagai hari Selasa, karena sudah melewati batas hari Senin pk.5 sore.
Dalam hubungannya dengan aktivitas tertentu hitungan hari menurut penanggalan jawa ini pengaruhnya tidak semata-mata secara formal ditentukan oleh hari atau tanggal di dalam penanggalan jawa, tetapi terutama ditentukan oleh suasana batin orangnya sendiri yang kegaibannya terjadi karena ia mengsugesti batinnya sendiri.
Misalnya, hari seseorang memulai usaha warung / toko tidak semata-mata ditentukan oleh hari saat seseorang mengisi tokonya dengan barang-barang dagangan atau hari saat pertama orangnya membuka tokonya, tetapi lebih ditentukan oleh suasana batin kapan orang tersebut merasa mulai berdagang atau berjualan.
Begitu juga dengan perkimpoian, tidak semata-mata ditentukan oleh hari saat seseorang melamar, ijab kabul atau hari resepsi perkimpoiannya, tetapi lebih ditentukan oleh suasana batin kapan orang-orang tersebut merasa telah resmi menjadi suami-istri.
Hari seseorang pindah rumah tidak ditentukan oleh saat seseorang memindahkan barang-barang lamanya ke rumahnya yang baru atau hari saat pertama ia tidur di rumahnya yang baru, tetapi lebih ditentukan oleh suasana batin kapan orang tersebut merasa sudah pindah ke rumahnya yang baru. Biasanya dimulai saat perlengkapan tidur sudah dipindahkan, sudah tidur di rumahnya yang baru, sudah merasa pindah ke rumah yang baru dan tidak lagi memikirkan rumah yang lama.
Pengaruh hitungan hari menurut penanggalan jawa ini berlaku untuk orang Jawa di Jawa Tengah dan Jawa Timur dan orang Bali di pulau Bali. Untuk masa sekarang, orang Jawa yang sudah tidak tinggal di Jawa Tengah atau Jawa Timur, dan orang Bali yang sudah tidak tinggal di Bali, pengaruhnya terhadap mereka sedikit (masih berpengaruh tetapi kadarnya kecil). Tetapi bila mereka masih meyakininya di dalam hatinya, maka pengaruhnya terhadap mereka tetap besar, karena mereka mengsugesti dirinya begitu.
Pengaruh hari baik dan hari buruk dalam tulisan ini hanya berlaku untuk orang Jawa di Jawa saja dan untuk orang Bali di Bali saja. Untuk orang lain dari suku lain akan berbeda, karena kondisi alamnya juga berbeda.
Yang terkait dengan kegaiban hari, yang menjadi patokan dalam menentukan pengaruh kegaibannya dan dalam menghitung hari yang baik atau tidak baik, yang terutama harus diperhatikan adalah lokasi / tempat anda melakukan hajat, karena tempatnya (suasana alam gaibnya) itulah yang paling berpengaruh.
Watak Hari untuk memulai usaha / kegiatan :
Hari Senin : hari yang baik untuk semua keperluan.
Hari Selasa : awalnya baik, tetapi hal-hal yang baik waktunya pendek, yang tidak baik lebih panjang.
Hari Rabu : baik untuk semua keperluan, tetapi tidak sebaik hari Senin.
Hari Kamis : hari yang keras. Usaha dan perkimpoian akan banyak kesulitannya.
Hari Jum’at : hari yang ‘panas’. Usaha dan perkimpoian akan banyak berisi gangguan dan keributan / pertengkaran / perselisihan dan kejengkelan.
Hari Sabtu : hari yang berat untuk semua urusan. Usaha dan perkimpoian akan banyak berisi kesulitan, penyakit, naas, kecelakaan, musibah dan sakit hati.
Hari Minggu : hari yang netral untuk semua urusan.
Memulai usaha dan perkimpoian lebih baik dilakukan pada hari-hari yang malamnya adalah bulan purnama (atau dari bulan sabit menuju bulan purnama), karena aura energi alamnya sedang dalam kondisi yang baik dibanding hari-hari yang malamnya adalah bulan sabit (atau dari bulan purnama menuju bulan sabit) yang auranya kurang baik untuk psikologis dan kesehatan tubuh.
Sebaiknya memulai usaha tidak dilakukan pada malam hari, karena banyak pengaruh jeleknya. Hari masih malam, belum waktunya bekerja. Akan banyak mendapatkan halangan dan kesulitan. Seringkali walaupun sudah berusaha keras, hasil / imbalan yang didapat tidak sebanding dengan kerasnya usahanya.
Sebaiknya memulai usaha dilakukan pada pagi hari, karena banyak pengaruh energi positif, sehingga usaha dan pekerjaan dapat berjalan lebih lancar.
Usaha yang dimulai pada siang hari akan lebih banyak mendapatkan kesulitan dan halangan dibanding pagi hari.
Usaha yang dimulai pada sore hari akan lebih banyak lagi mendapatkan kesulitan dan halangan dibanding yang dimulai pada siang hari.
Bulan Haji (bulan musim haji) adalah bulan yang paling baik untuk semua keperluan, untuk memulai usaha, pindah rumah atau pun perkimpoian.
Bulan Maulud adalah bulan yang paling baik untuk semua keperluan yang bersifat sakral , untuk ruwatan nasib / sengkala, ritual pembersihan diri, ritual syukuran, ritual bersih desa, menjamas pusaka, ritual mandi kembang, berziarah, dsb.
Bulan Sura (Suro) adalah bulan yang paling tidak baik untuk semua keperluan, untuk memulai usaha, pindah rumah atau pun perkimpoian. Paling baik digunakan untuk upaya bersih diri dan lingkungan. Bulan Sura umumnya diisi dengan ritual bersih diri / ruwatan, membersihkan rumah dan pusaka, dsb.
0
558
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan