Selamat datang di thread gw yang nyaris tak berguna. Sebagai sosok yang punya hobi nongkrong dan menghabiskan waktu di warung kopi pinggir jalan, kali ini gw akan membagikan pengalaman-pengalaman yang sudah pernah gw dapatkan dari hobi gw itu. Tentunya sangat bermacam-macam. Namun sebelum gw mulai, ada baiknya gw sedikit berbasa-basi tentang kopi dan warung kopi yang akan kita singgung nanti
Quote:

sumber gambar : google
Di indonesia, ngopi, sudah bukan gaya hidup lagi. Namun sudah seperti bagian dari tradisi yang diwariskan turun-temurun, dari generasi ke generasi. Apalagi di kota-kota yang beriklim dingin, ngopi sudah seperti ibadah yang tak boleh terlewatkan. Dan sebaik-baik ibadah, konon lebih baik jika dilakukan dengan berjamaah. Dan sudah barang tentu, kegiatan berjamaah ini, harus dilakukan di suatu tempat yang bisa menampung cukup orang.
Di indonesia sendiri, hampir di setiap sudut kota pasti bertengger warung-warung kopi. Entah sejak jaman apa atau siapa sang pencetus warung kopi ini, yang jelas di warung-warung kopi pinggir jalan, kita bisa menemukan apa yang tidak ada di warung-warung kopi elite macam starbuck yang harganya bikin kantong rakyat jelata macam gw melilit bak terkena magh.
Ada pepatah lama yang berbunyi “dimana ada warung kopi, di sana ada kehidupan.” Ya pepatah itu benar, walau sebenarnya masih agak kurang. Sebab di warung kopi pinggiran jalan, kita tidak hanya akan menemukan kehidupan, namun juga berbagai hal yang sangat tak terduga. Sebuah kejutan kecil selalu bersembunyi di warung-warung kopi ini dan dengan sabar menunggu untuk kita temukan.
Quote:

sumber gambar : Google
Apa saja yang mungkin bisa temukan? Nah di thread ini, gw akan membagikan pengalaman gw sebagai jemaat tetap di bebera pawarung kopi pinggir jalan. Hehehe
Oh tapi sebelumnya, mari seruput dulu kopinya, bung.
Quote:
satu : perempuan cantik mengerikan.
Quote:

sumber gambar : google
pernah di suatu sore, disebuah warung kopi. Saat kopi yang gw pesan baru habis setengah. Datang seorang perempuan dengan wajah semendung langit bulan november. Perempuan itu cantik, namun karena suatu kejadian yang gw gak tau apa, perempuan itu seperti kehilangan kemampuan untuk bicara. Dia lalu mengambil duduk di sebelah gw, dan kontan, aura wakop itu berubah, dingin. Sedingin penjara azkaban dengan dementor-dementor yang menjaganya. Setelah beberapa menit perempuan itu duduk, barulah ia mengeluarkan beberapa patah kata.
“pak, kopi item jangan pake gula.” Ucap perempuan itu dengan pandangan menerawang kepada si pemilik warkop yang sama bingungnya dengan gw.
Jarang-jarang ada perempuan cantik, memesan kopi hitam dan tanpa gula. Dan yang lebih aneh lagi, kopi pahit itu ia habiskan hanya dalam hitungan menit, tak sampai setengah jam. Sungguh, suatu kejadian yang membuat aura di warung kopi sore itu agak mencekam. Beruntuk perempuan misterius itu punya paras yang lumayan.
Quote:
Dua : anggota rahasia badan pengamat harga pangan
Quote:

sumber gambar : Google
Di suatu pagi yang agak mendung, dalam perjalanan menuju tempat kerjaan, gw memutuskan untuk melipir ke sebuah warung kopi. Letaknya agak menjorok ke dalam dari jalan, namun disana tampak ramai, dari jarak beberapa meter sudah terdengar jual-beli obrolan yang sepertinya menyenangkan. Masuklah gw ke warung kopi itu, memesan secangkir kopi dan menyomot satu gorengan pisang.
Dari arah kiri, seorang bapak-bapak berusia senja mengemukakan pendapatnya tentang rasa mie instan yang baru saja di lahapnya.
“kang, gak kerasa pedes gini cabenya. Ini cabe beneran kan?” katanya sambil mengusap kumisnya, barangkali ada potongan putih telur yang tertinggal disana.
Belum sempat si pemilik warkop menjawab komplain pelanggannya, seorang bapak-bapak yang ududk di samping gw, dengan mimik muka serius langsung menyambar.
“sekarang mah gila, semua serba mahal, cabe mahal gak kira-kira, rasanya ga ada. Wortel, kol, bawang, telor. Sampe bedak bini gw aja pada naek.”
Dari sudut yang lain, seorang bapak yang sepertinya belum lama duduk, langsung menyambar umpan panas ini.
“iya bener tuh, wah gila lah ini. Semua harga pada naek, pengeluaran nambah, pemasukan sama aja.”
Dan umpan silang obrolan semakin panas. Masing-masing kepala punya praduga atas apa yang barangkali membuat harga kian melambung tinggi. Para bapak-bapak ini, mempunyai bahsa dengan tingkat kerumitan tinggi. Membuat acara indonesia lawyer club tak ada apa-apanya sama sekali.
Namun begitulah laki-laki, obrolan tentang harga pangan dan segala konspirasinya perlahan bergulir kearah yang sebenarnya masih terlalu pagi untuk di bicarakan : perempuan.
Quote:
Tiga : mario teguh kw super
Quote:

sumber gambar : Google
Sepulang kerja, sekitar pukul 4 sore. Gw membelokkan langkah ke sebuah warung kopi, tak jauh dari lampu merah. Lalu lintas yang ramai, tak serta merta membuat warung kopi itu ramai. Di dalamnya, hanya ada sang pemilik warkop dan seorang bapak-bapak dengan pandangan mata yang arif dan bijaksana.
Seperti biasa, gw mengambil duduk, dan memesan secangkir kopi hitam. Namun belum sempat sampai kopi di hadapan gw, bapak-bapak dengan pandangan serupa gandalf the grey itu berujar lirih ke arah gw.
“habis dari mana a’?”
“habis pulang kerja pak.” Jawab gw seramah mungkin.
Dari satu pertanyaan itulah, obrolan bergulir, menderas.bagai hujan di bulan juli. Bapak-bapak itu berbicara soal hidup, soal masa depan, soal pilihan-pilihan kita di masa kini.
“wah, kamu masih muda, kamu kerja yang bener. Kumpulin duit, nabung. Jangan terlalu banyak foya-foya, main gak jelas apalagi ikut-ikutan narkoba. Gak baik buat masa depanmu.” Ujarnya dengan nada bicara khas bapak-bapak.
Gw hanya mengangguk. Sementara Obrolan makin serius, sampai tak sadar sudah memesan cangkir yang kedua.
Sebelum adzan maghrib berkumandang, bapak-bapak tadi berpesan ke gw.
“inget, hidup Cuma sekali. Gunain waktumu buat hal-hal positif. Jangan sampai kamu menyesal nantinya. Ibarat tendangan pinalti, gunain kesempatan mu sebaik mungkin.”
Entah untuk yang keberapa kali gw mengangguk sampai akhirnya si bapak pamit undur diri. Dan setelah si bapak arif dan bijaksana tadi benar-benar raib dari radius pandangan gw. Si pemilik warkop berujar dengan nada yang sedingin pagi musim kemarau.
“si abun mah, ngomong kayak yang ia. Ngopi dari kemaren aja belum bayar dia.”
Asuuu. Gw mememik di dalam hati. Hahaha
Quote:
Empat : kopi nuansa kolak
Quote:

sumber gambar : Google
Quote:
Di suatu siang di kota jekardah. Gw mampir ke sebuah warung kopi. Seperti adat biasanya. Gw duduk dan memesan.
“pak, kopi hitam satu,jangan terlalu manis.”
Si pemilik warkop mengangguk tanda ia mengerti apa yang gw mau. Tak selang beberapa menit, kopi sudah terhidang di hadapan. Segera gw menghirup aromanya. Hhhmmmm, aroma kebahagian. Namun sial, kadang aroma memang tak sejalan dengan rasa. Sambil menghisap sebatang rokok, gw menyesap kopi untuk kali pertama. Nyeess. Dalam cangkir yang gw genggam, jelas itu kopi, namun rasanya, aduh sayang mamae, rasanya lebih parah dari kolak takjil saban puasa. Beruntung di atas meja tak ada pisang atau ubi. Kalau saja ada, gw akan mengiris ubi dan memasukkannya ke dalam kopi.
Namun, hal yang membuat gw bagai tersengat kawanan lebah bukanlah soal rasanya. Namun harganya, saudara-saudara. Ya, harganya.
“berapa pak?” tanya gw sambil berdiri dan merogoh saku celana.
“6000 mas.” Jawab si pemilik warkop sambil mengangkat sebelah alisnya.
Di tengah perjalanan, gw menggerutu. 6000, masuk akal juga. Sebab secangkir kopi biasanya 3000 rupiah. Namun yang gw minum tadi bukan kopi, tapi secangkir kolak. hahahaha
Sebenarnya masih banyak hal yang pernah gw temui di warung kopi pinggir jalan. Namun hanya sekian yang bisa gw bagikan. Capek ngetiknya akutuh. Lagipula, kopi sudah habis ini dan pacar sudah menagih jatah waktunya. Barangkali nanti ada kesempatan lagi, gw akan membagikan kisah kisah lagi di warung kopi.
Sekian, terimakasih. Gw pamit undur diri dulu. Salam sejahtra, jangan lupa kopinya.