- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- Film Indonesia
Siapa yang Mau Dikasi Boneka Sabrina?


TS
memaidy
Siapa yang Mau Dikasi Boneka Sabrina?


Tak ada cerita yang mengesankan. Boneka Sabrina tak mampu digali untuk masuk memenuhi alur, dialog, karakter, dan teknis penyajian sehingga terasa membosankan. Entah gimmick apa yang tercipta sehingga boneka Sabrina bisa viral seketika.
Setelah film The Doll 2, rumah tangga Maira (diperankan oleh Luna Maya) terlihat hancur. Ia memutuskan untuk mulai kehidupan baru

Akibat pergaulan di sekolah dengan temannya, Vanya mulai mengenal permainan pensil Charlie. Ia nekat meminjam papan permainan itu untuk memanggil kembali arwah ibunya yang sudah berbeda alam. Vanya rindu akan kasih ibu yang tak pernah terbalaskan.

Quote:
Arwah ibu yang mati penasaran datang. Ia mulai gentayangan menghantui satu per satu anggota keluarga. Ketenangan di rumah itu mulai terusik.

Keluarga itu memutuskan untuk memanggai pasangan yang memiliki cenayang, Bu Laras (Sara Wijayanto) dan Pak Raynard (Jeremy Thomas). Paranormal mulai mencari tau penyebab apa yang terjadi dalam keluarga setelah ada boneka Sabrina yang hadir. Satu demi satu misteri terkuak.
Spoiler for Sabrina The Movie:

Cerita film Sabrina memang sulit ditebak. Kerumitan cerita dibangun begitu padat. Penonton terasa sesak karena cerita terlalu luas dan tidak menempatkan dari sudut pandang yang layak.

Selain dari segi cerita, kekurangan film Sabrina terlihat dari sisi penyutradaraan. Elemen perfilman tersebut tak mampu mengembangkan karakter di dalamnya untuk menerjemahkan situasi yang sedang berlangsung. Banyak hal tak masuk akal justru dipatahkan dengan unsur-unsur yang tak rasional.
Luna Maya yang sudah hadir dari film The Doll 2 juga tak mampu berbuat banyak. Ia seolah bagai karakter baru yang mengalami gangguan-gangguan penuh halu. Tak ada pesona ekspresi yang ditunjukkan selain dialog verbal yang terlontar.
Akting Richelle Georgette Skornickisebagai Vanya justru mencuri perhatian. Tapi, pembentukan karakter sebagai seorang anak kecil yang polos dan sangat suka dengan boneka seram ala Sabrina seakan tak mampu diejawantahkan secara gamblang. Saat Ia dan temannya bicara tentang entitas jahat tentang arwah atau setan terasa dipaksakan karena sulit bagi anak kecil justru membicarakan hal-hal yang menyeramkan di luar batas nalar.

Pola berpikir terhadap cerita, adegan, dan karakter film Sabrina membuat aku semakin gaduh. Keterikatan waktu saat Luna Maya menjadi janda dan menikah lagi. Begitu juga saat Vanya ditinggal oleh orangtuanya yang juga klien dari Laras sangat tidak kronologis. Entah urutan peristiwa apa yang mendahului sebelumnya sehingga semua terasa berantakan hanya karena boneka Sabrina.
Adegan demi adegan sama saja seperti film-film horor karya Hitmaker Studios lain. Ada adegan lagi tidur, rambut pemeran tampak digerai agar terkesan lebih mengerikan. Padahal adegan itu terbilang basi untuk film horor kebanyakan

Kepedulian terhadap back story pun tak mampu membuat penonton menikmati film ini dengan ngeri. Strategi pemasaran melalui media sosial hanya memanfaatkan penonton-penonton yang histeris lalu dianggap keserupan sebagai gimmick bahwa film Sabrina mampu menyebarkan ketakutan.
Sampai pada ending adegan akhir sudah terlihat bahwa duo paranormal mendapat telepon untuk kasus misteri lain. Bisa dipastikan film ini akan memproduksi series berikutnya. Jika formula yang digunakan masih sama dengan film-film sebelumnya, kita lihat saja siapa yang mau menonton film horor recehan seperti ini


0
6.1K
2


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan