LOTIM– Momen Hari Anak Nasional (HAN) kembali ternoda. Usai pencabulan dilakukan pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Abror, Desa Kesik, Kecamatan Masbagik belum lama ini, kini giliran guru ngaji melakukan pencabulan terhadap anak bawah umur. Parahnya, aksi pencabulan itu dilakukan oknum guru ngaji di dalam masjid sembari mengajarkan korban mengaji.
Guru ngaji bejat inisial LF, 30 tahun asal Dusun Kermit, Desa Montong Baan Selatan, Kecamatan Sikur itu sudah ditetapkan sebagai tersangka. Sementara korban berumur 7 tahun, berasal dari Desa Montong Baan Kecamatan Sikur. Pelaku melancarkan aksi bejatnya sekitar pukul 18.30 Wita, Senin (23/7) lalu.
Tersangka diketahui sudah lama mengajar ngaji di Masjid Tempat Kejadian Perkara (TKP). Korban di masjid tempatnya mengaji tidak sendiri. Melainkan bersama sejumlah teman lainnya. Saat itu korban duduk di samping kiri tersangka dan mengajarnya ngaji. Di balik mukenah korban, tersangka memasukkan tangannya ke dalam celana korban. Bukan sekadar memasukkan saja, tersangka justru memasukkan jari-jarinya ke vagina korban. Sepulang mengaji di masjid tersebut, korban mengeluhkan rasa pedih saat buang air kecil. Karena janggal, orang tua korban bertanya mengapa merasakan sakit saat buang air kecil.
Korban yang berkulit hitam manis ini, kemudian menceritakan pelecehan seksual yang dilakukan tersangka saat mengaji di masjid. Mendengar cerita itu, sontak keluarga korban murka, dan melaporkan tersangka ke Mapolsek Sikur.
Setelah dilaporkan ke pihak berwajib, Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Satuan Reserse dan Kriminal (Satreskrim) Polres Lotim, langsung bergerak cepat mengamankan tersangka. Tersangka diamankan Polisi tanpa perlawanan di rumahnya.
Kasat Reskrim Polres Lotim, melalui Kanit PPA Satreskrim, Bripka Hermanto HS membenarkan tertangkapnya guru ngaji cabul itu. Tersangka saat ini sudah diamankan Polres Lotim, dan mengakui perbuatan bejatnya itu.
Akibat perbuatannya, tersangka diancam dengan pasal 82 Undang-undang perlindungan anak nomor 35 tahun 2014, perubahan atas undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, dipenjara maksimal 15 tahun.
“Tersangka dan barang bukti sudah kita amankan. Kasus ini masih kita dalami, apakah ada korban lain atau tidak,” terangnya seraya mengatakan korban sudah divisum.
Terpisah, pengakuan orang tua korban yang meminta namanya tidak dikorankan menuturkan, saat kejadian ia duduk di teras masjid, menunggu korban selesai mengaji. Korban sendiri, saat dilecehkan tersangka tidak berteriak atau langsung menuturkan pada ibunya, begitu keluar dari masjid. “Saya tahunya setelah anak saya ini mengeluhkan rasa sakit saat buang air kecil. Setelah saya tanya, baru diceritakan bahwa guru ngajinya itu memasukkan jari tangannya ke dalam vaginanya,” tuturnya.
Pada kesempatan itu, ia berharap tersangka dihukum seberat-beratnya. “Saya tidak tahu, apakah ada korban lain atau tidak,” pungkasnya

indahnya ngasah biji

dan terjadi lagi







hari anak dapat hadiah joystick dari sang guru