Prolog


Manusia memang digariskan untuk tidak bisa mengatur jalan cerita hidup dengan apa yang selalu menjadi semua keinginan, Ada saat dimana kita diharuskan menjalani suatu kehidupan yang tidak sesuai dengan kehendak kita masing-masing, atau bahkan jalan hidup itu lebih pahit daripada obat.

Sebuah kisah yang terkesan sungguh tidak adil, Hati yang kokoh itu seakan tidak kuat lagi menahan rasa sakit untuk menerimanya, hati yang dulu hidup seakan telah menjadi mati,, hati yang tanpa sadar telah kehilangan sebagaian kebahagiaanya, hati yang telah lupa apa arti kasih sayang, hati yang telah hampa oleh rasa perhatian, hati yang terlanjur telah membeku dan mengeras hanya untuk menerima secuil kenyataan.

Seorang pemuda bernama Arya Pratama dengan seribu lika liku kisah hidupnya, Arya, seorang pemuda bertemankan kesepian, keheningan seakan menjadi pendamping kesendiriannya, kehampaan adalah sosok sahabat dari perasannya.

Terkadang dalam hidup, Arya merasakan seperti waktu itu telah terhenti, bumi berdiam dari putarannya, langit membeku pada tempatnya, sebuah sakit yang terkadang sangat sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata, merasakan kepedihan diri memaksa seseorang untuk lebih egois dan acuh dengan kepedihan orang lain.

Kenyataan pahit yang memaksa Arya untuk berkeinginan walau hanya sekedar berkumpul dengan orang tua, kesibukan dan ke egoisan dengan dalih membahagiakan yang justru tanpa sadar malah menjadi bumerang menyakitkan bagi diri Arya, berimbas pada suatu hal yang sangat kecil dan disepelekan.

Perjalanan hidup tidak akan semudah seperti berjalannya kereta api pada bantalan rel yang tanpa adanya gundukan ataupun lubang, hidup selalu menyimpan misteri yang sangat sukses membuat manusia tertawa ataupun menangis dalam waktu yang sekejap, begitu juga dengan kisah hidup Arya.

Hal yang menurut orang lain membahagiakan, terkadang bagi sebagian orang malah menjadi bumerang menyakitkan yang sungguh tidak mereka inginkan.