

TS
raffaonyou
ONLY YOU
Kau pergi bukan karena kau ingin yang terbaik untukku tapi karena aku mungkin bukanlah yang terbaik bagimu.
To be continued...
Quote:
INTRODUCTION
Ruangan ini masih begitu rapi. Setiap benda milik Rena seolah tidak tersentuh sama sekali padahal debu tidak melekat sama sekali. Tak sadar Rena menyunggingkan seulas senyum tipis. Dilangkahkan kakinya berbaring di atas kasur sambil menatap ke penjuru ruangan kamarnya yang luas. Ralat, kamar mereka, dirinya dan suaminya.
Dinginnya AC yang menyala membuat Rena tak sadar memeluk tubuhnya sendiri. Ia membasahi bibirnya saat menatap bingkai foto Riko yang terpasang di dinding. Wajah itu terlihat begitu tampan. Campuran darah german membuat laki-laki yang dicintainya itu semakin sempurna. Tak sadar Rena bangkit dari pembaringannya dan mengelus permukaan foto Riko.
Senyum ini begitu lebar dan ya efeknya masih sama dan akan selalu sama sampai detik ini. Jantungnya berdebar dengan kencang. Rasa hangat pun menyelimuti dada. Oh Tuhan. Sudah berapa lama sih dirinya tidak bertemu dengan sang suami hingga rasanya begitu menyesakkan? Dirinya merindukan sang suami. Sangat teramat merindukannya.
Ruangan ini masih begitu rapi. Setiap benda milik Rena seolah tidak tersentuh sama sekali padahal debu tidak melekat sama sekali. Tak sadar Rena menyunggingkan seulas senyum tipis. Dilangkahkan kakinya berbaring di atas kasur sambil menatap ke penjuru ruangan kamarnya yang luas. Ralat, kamar mereka, dirinya dan suaminya.
Dinginnya AC yang menyala membuat Rena tak sadar memeluk tubuhnya sendiri. Ia membasahi bibirnya saat menatap bingkai foto Riko yang terpasang di dinding. Wajah itu terlihat begitu tampan. Campuran darah german membuat laki-laki yang dicintainya itu semakin sempurna. Tak sadar Rena bangkit dari pembaringannya dan mengelus permukaan foto Riko.
Senyum ini begitu lebar dan ya efeknya masih sama dan akan selalu sama sampai detik ini. Jantungnya berdebar dengan kencang. Rasa hangat pun menyelimuti dada. Oh Tuhan. Sudah berapa lama sih dirinya tidak bertemu dengan sang suami hingga rasanya begitu menyesakkan? Dirinya merindukan sang suami. Sangat teramat merindukannya.
Quote:
PROLOG
Pintu kamar terbuka dengan cukup keras. Sosok laki-laki yang dirindukannya memasuki kamar. Aroma khasnya langsung membuat Rena berbalik badan, menatapnya dengan sorot bahagia, namun kebahagiaan itu sirna begitu saja saat melihat Riko sedang memeluk seorang wanita berpakaian seksi bahkan kini keduanya saling berciuman di hadapan Rena.
Jantung Rena teremas dengan kuat. Ia mengerjapkan kedua matanya saat kedua pasang mata itu menatapnya. Dan kini bahkan sorot cinta itu sudah menghilang berganti dengan kedinginan yang terasa menikamnya. Laki-laki itu menyunggingkan seulas senyum sinis sambil mengangkat sebelah alisnya.
“Kamu sudah balik?” tanya Riko berbasa-basi.
Rena berusaha menahan dadanya yang berkecamuk. Ia mencoba terlihat kuat walau nyatanya ia ingin mencakar wajah wanita itu, menamparnya, mengusirnya dari rumah mereka. Rena berdeham pelan sambil memaksakan seulas senyum hangat.
“Tentu saja. Memangnya kamu kira berapa lama aku bisa berjauh-jauhan denganmu? Aku merindukanmu, Ko.” Jawab Rena tulus walau rasa sakit itu turut mengiringi. Ia melangkah mendekat kemudian mengulurkan tangan, hendak memeluk Riko namun dengan cekatan Riko memundurkan tubuhnya sambil menatap Rena dengan sorot tidak suka.
Tak sadar Rena menyunggingkan seulas senyum getir. Ia mencoba menahan tangis saat bibirnya mulai bergemetar. Dengan cekatan dibasahi bibirnya itu sambil mengangkat dagu tinggi-tinggi. Tidak, tolong, tolong Rena, jangan nangis, jangan menangis dihadapannya.
“Kamu tidak mau memelukku setelah setengah tahun mungkin kita berpisah?” tanya Rena
“Kamu membuatku jijik.” Tukas Riko kesal sementara itu wanita berpakaian seksi itu tersenyum mengejek bahkan kini wanita itu semakin menempelkan tubuhnya di dada bidang Riko sambil mengedip menggoda pada Riko.
“Keluar kamu. Ini bukan lagi kamarmu sejak dia menjadi istriku.” Sambung Riko menekankan setiap katanya.
Kedua mata Rena terbuka lebar. Ia mengerjap tidak percaya. Tak sadar raut wajah tenang yang berusaha ia tampilkan itu menampakkan raut wajah terluka saat kedua matanya menemukan cincin yang berbeda di jari manis Riko. Jelas saja, cincin itu bukan cincin pernikahan mereka. Cincin itu adalah cincin pernikahan Riko dengan Shena, istri muda Riko.
“Kamu ….?”
Rena bahkan tidak lagi mampu berkata saat mendengar tawa mengejek Riko. Tunggu... Riko tertawa mengejek padanya? Sejak kapan? Mengapa.. mengapa laki-laki itu mampu melakukan hal ini pada Rena? Bukankah dulu laki-laki ini selalu menyatakan cinta padanya, selalu menciumnya, selalu memperlakukannya dengan istimewa? Mengapa kini semuanya menjadi berbeda?
“Bunda belum beritahu ya? Kami sudah menikah dan sekarang Shena sedang hamil. Karena itu sebaiknya kamu keluar sekarang karena Shena butuh istirahat!” Jelas Riko tanpa perasaan.
“Sayang, aku boleh ganti bed covernya?” tanya Shena manja. Ia menatap Rena dengan tajam kemudian mengelus dada bidang Riko sambil melanjutkan,“ Lagipula istri tuamu itu sudah kembali bukan. Jadi, semua barang-barangnya sudah bisa dipindahkan bukan.”
Rena berharap dalam hati jika suaminya melarang atau bahkan memarahi istri mudanya. Bagaimanapun kamar ini adalah kamar yang di desain Riko sendiri untuknya. Bahkan semua barang-barangnya dari pakaian hingga peralatan make-up adalah pemberian Riko. Laki-laki itu pasti tidak akan mampu mengusir Rena dari kamarnya sendiri. Ya pasti. Namun semuanya runtuh begitu saja saat didengarkan suara itu berkata tanpa sedikit pun keraguan.
“Tentu . Aku akan panggil mbok Atin pindahkan ya, sayang.”
Ketika itu Rena meneteskan air matanya, namun secepat kilat ia menyekanya dengan kasar. Sekujur tubuhnya terasa bergemetar. Rasanya ia akan roboh saat ini namun beruntung akal sehatnya masih bekerja dengan baik. Ia pun menahan napasnya sambil membalas tatapan dingin Riko dengan datar. Tuhan, tatapan itu masih begitu mendebarkan, namun mengapa rasa sakit turut mengiringinya? Mengapa kini bahkan Rena terasa tidak lagi mampu untuk menatap suaminya? Ia merasa begitu sakit di sekujur tubuhnya. Ia merasa dikhianati. Tapi benarkah dirinya dikhianati sementara dirinya saja tidak mampu memberikan keturunan bagi laki-laki itu?
Pintu kamar terbuka dengan cukup keras. Sosok laki-laki yang dirindukannya memasuki kamar. Aroma khasnya langsung membuat Rena berbalik badan, menatapnya dengan sorot bahagia, namun kebahagiaan itu sirna begitu saja saat melihat Riko sedang memeluk seorang wanita berpakaian seksi bahkan kini keduanya saling berciuman di hadapan Rena.
Jantung Rena teremas dengan kuat. Ia mengerjapkan kedua matanya saat kedua pasang mata itu menatapnya. Dan kini bahkan sorot cinta itu sudah menghilang berganti dengan kedinginan yang terasa menikamnya. Laki-laki itu menyunggingkan seulas senyum sinis sambil mengangkat sebelah alisnya.
“Kamu sudah balik?” tanya Riko berbasa-basi.
Rena berusaha menahan dadanya yang berkecamuk. Ia mencoba terlihat kuat walau nyatanya ia ingin mencakar wajah wanita itu, menamparnya, mengusirnya dari rumah mereka. Rena berdeham pelan sambil memaksakan seulas senyum hangat.
“Tentu saja. Memangnya kamu kira berapa lama aku bisa berjauh-jauhan denganmu? Aku merindukanmu, Ko.” Jawab Rena tulus walau rasa sakit itu turut mengiringi. Ia melangkah mendekat kemudian mengulurkan tangan, hendak memeluk Riko namun dengan cekatan Riko memundurkan tubuhnya sambil menatap Rena dengan sorot tidak suka.
Tak sadar Rena menyunggingkan seulas senyum getir. Ia mencoba menahan tangis saat bibirnya mulai bergemetar. Dengan cekatan dibasahi bibirnya itu sambil mengangkat dagu tinggi-tinggi. Tidak, tolong, tolong Rena, jangan nangis, jangan menangis dihadapannya.
“Kamu tidak mau memelukku setelah setengah tahun mungkin kita berpisah?” tanya Rena
“Kamu membuatku jijik.” Tukas Riko kesal sementara itu wanita berpakaian seksi itu tersenyum mengejek bahkan kini wanita itu semakin menempelkan tubuhnya di dada bidang Riko sambil mengedip menggoda pada Riko.
“Keluar kamu. Ini bukan lagi kamarmu sejak dia menjadi istriku.” Sambung Riko menekankan setiap katanya.
Kedua mata Rena terbuka lebar. Ia mengerjap tidak percaya. Tak sadar raut wajah tenang yang berusaha ia tampilkan itu menampakkan raut wajah terluka saat kedua matanya menemukan cincin yang berbeda di jari manis Riko. Jelas saja, cincin itu bukan cincin pernikahan mereka. Cincin itu adalah cincin pernikahan Riko dengan Shena, istri muda Riko.
“Kamu ….?”
Rena bahkan tidak lagi mampu berkata saat mendengar tawa mengejek Riko. Tunggu... Riko tertawa mengejek padanya? Sejak kapan? Mengapa.. mengapa laki-laki itu mampu melakukan hal ini pada Rena? Bukankah dulu laki-laki ini selalu menyatakan cinta padanya, selalu menciumnya, selalu memperlakukannya dengan istimewa? Mengapa kini semuanya menjadi berbeda?
“Bunda belum beritahu ya? Kami sudah menikah dan sekarang Shena sedang hamil. Karena itu sebaiknya kamu keluar sekarang karena Shena butuh istirahat!” Jelas Riko tanpa perasaan.
“Sayang, aku boleh ganti bed covernya?” tanya Shena manja. Ia menatap Rena dengan tajam kemudian mengelus dada bidang Riko sambil melanjutkan,“ Lagipula istri tuamu itu sudah kembali bukan. Jadi, semua barang-barangnya sudah bisa dipindahkan bukan.”
Rena berharap dalam hati jika suaminya melarang atau bahkan memarahi istri mudanya. Bagaimanapun kamar ini adalah kamar yang di desain Riko sendiri untuknya. Bahkan semua barang-barangnya dari pakaian hingga peralatan make-up adalah pemberian Riko. Laki-laki itu pasti tidak akan mampu mengusir Rena dari kamarnya sendiri. Ya pasti. Namun semuanya runtuh begitu saja saat didengarkan suara itu berkata tanpa sedikit pun keraguan.
“Tentu . Aku akan panggil mbok Atin pindahkan ya, sayang.”
Ketika itu Rena meneteskan air matanya, namun secepat kilat ia menyekanya dengan kasar. Sekujur tubuhnya terasa bergemetar. Rasanya ia akan roboh saat ini namun beruntung akal sehatnya masih bekerja dengan baik. Ia pun menahan napasnya sambil membalas tatapan dingin Riko dengan datar. Tuhan, tatapan itu masih begitu mendebarkan, namun mengapa rasa sakit turut mengiringinya? Mengapa kini bahkan Rena terasa tidak lagi mampu untuk menatap suaminya? Ia merasa begitu sakit di sekujur tubuhnya. Ia merasa dikhianati. Tapi benarkah dirinya dikhianati sementara dirinya saja tidak mampu memberikan keturunan bagi laki-laki itu?
To be continued...
Diubah oleh raffaonyou 26-07-2018 16:47






bukhorigan dan 7 lainnya memberi reputasi
8
8.9K
Kutip
68
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan