- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Tanpa Subsidi, Harga Gas Elpiji 3 Kg Bakal Naik Jadi Rp42 Ribu


TS
the.commandos
Tanpa Subsidi, Harga Gas Elpiji 3 Kg Bakal Naik Jadi Rp42 Ribu
Penjualan gas elpiji 3 kilogram (Kg) non subsidi dengan seharga Rp42 ribu hingga Rp45 per tabung mulai dijual bebas di masyarakat. Kenaikan harga ini tidak terlepas dari rencana Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) agar pemberian subsidi tepat sasaran untuk masyarakat golongan kurang mampu.
VP Corporate Communication Pertamina Adiatma Sardjito menuturkan, penjualan tersebut merupakan suatu langkah uji coba. Adapun masa uji coba pasar akan memakan waktu kurang lebih setengah tahun ke depan. "Uji pasarnya mulai di minggu ini. Uji pasar kurang lebih 6 bulan," kata Adiatma di Jakarta, Rabu (4/7/2018).
Adiatma melanjutkan, untuk periode uji coba perseroan akan mendistribusikan gas elpiji 3 kilogram non subsidi di dua wilayah, yaitu Jakarta dan Surabaya. Selanjutnya, perseroan akan melakukan evaluasi terkait penjualan produk. "(Distribusi) Daerah Jakarta dan Surabaya, jumlah tabung kurang lebih 5.000 tabung," kata Adiatma.
Sebelumnya, Plt Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati, sempat mengatakan bahwa perseroan merencanakan penjualan dimulai pada 1 Juli 2018.
Elpiji nonsubsidi ini pun dijual bebas kepada masyarakat, sehingga baik masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) maupun yang mampu bisa membelinya.
"(Elpiji non subsidi jadi dijual) per 1 Juli 2018. (Teknisnya) ya dijual aja tapi ini tidak di subsidi," ujar Nicke di Kementerian ESDM, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Penjualan ini, menurutnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat mampu, khususnya yang tinggal di apartemen dan terbiasa dengan hidup praktis. Di mana hanya membutuhkan gas dengan ukuran yang kecil.
"Karena kan gini, sebetulnya ada orang yang memerlukan 3 kg tapi mereka tidak perlu subsidi, mungkin seperti yang di apartemen. Dia ngapain beli yang besar. Karena permintaan ada maka kita siapkan," jelasnya.
Adapun harga pasti tabung gas 3 kg nonsubsidi belum dapat disebutkan oleh Nicke. Namun berdasarkan usulan dari Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno, elpiji 3 kg nonsubsidi akan dijual dengan harga Rp39.000. "Belum nanti (kisaran harganya). Belum tahu (apakah akan dijual Rp39 ribu atau tidak)," katanya.
Tepat Sasaran
Menanggapi hal ini, pengamat energi yang juga merupakan Direktur IRESS, Marwan Batubara, mengatakan pemerintah hendaknya memikirkan konsep subsidi langsung secara matang. Pasalnya, jika tidak, sejarah subsidi akan berulang seperti sebelumnya.
"Kalau tidak, sama saja kita mengulang. Dulu kan elpiji dipakai karena minyak tanah subsidinya sudah terlalu besar. Sekarang, harganya rendah, subsidinya sama lagi," tutur Marwan di Jakarta, Rabu (4/7/2018).
Marwan mengatakan, jika hal tersebut kembali terulang, maka sama saja tidak memecahkan masalah untuk mengurangi subsidi di APBN yang sebetulnya lebih banyak dinikmati oleh masyarakat mampu.
Sebelumnya, pemerintah berencana memberikan masyarakat tidak mampu sebuah kartu yang tiap bulannya dikucurkan saldo Rp42 ribu-Rp45 ribu untuk akses mendapatkan elpiji 3 kg. Kebijakan tersebut disinyalir bisa menekan angka subsidi pada APBN yang selama ini tidak memberikan batasan siapa yang boleh mengonsumsi elpiji tabung melon itu.
Namun, lanjut Marwan, pemerintah harus betul-betul memastikan bahwasanya subsidi tersebut hanya ditujukan kepada masyarakat miskin.
"Kalau dibanding menyubsidi ke semua pengguna subsidi 3 kg, itu kan lebih rendah. Artinya, APBN bisa dipakai untuk yang produktif. Membangun infrastruktur, gas, pipa, dan sebagainya. Tapi kalau itu dipertahankan, bisa kembali kayak dulu, sehingga beban subsidi bisa bertambah," tukasnya.
Seperti diketahui, postur anggaran subsidi elpiji 3 kg yang sempat disepakati antara DPR dengan Pemerintah dalam APBN Perubahan 2015 lalu sebesar Rp28,27 triliun.
Adapun skema pemberian subsidi langsung pada gas Elpiji 3 kilogram (kg), membuat harga gas Elpiji menjadi Rp42 ribu hingga Rp45 per tabung. Kenaikan harga ini tidak terlepas dari rencana Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) agar pemberian subsidi tepat sasaran untuk masyarakat golongan kurang mampu.
"Mekanisme seperti ini tujuannya hanya untuk jatah subsidi langsung," ucap Pengamat Migas Komaidi Notonegoro di Jakarta, Rabu (4/7/2018).
Dengan adanya skema ini, masyarakat golongan kurang mampu akan mendapatkan Kartu Keluarga Sejahtera yang di dalamnya sudah berisikan saldo Rp42 ribu hingga Rp45 ribu untuk membeli gas Elpiji 3 kg.
"Poin pentingnya ada pergeseran dari subsidi barang menjadi subsidi langsung menggunakan kartu yang isinya uang membeli gas Elpiji 3 kg," tuturnya.
Jika skema pemberian subsidi terlaksana, harga tabung gas melon saat ini menjadi harga keekonomian seperti gas Elpiji 12 kg.
Uji Coba
Direktur Pemasaran Retail Pertamina Mas'ud Khamid menyatakan, pemasaran elpiji tersebut akan dilakukan pada konsumen kelas menengah ke atas, seperti di lokasi apartemen dan mall.
"Kemarin di Jakarta kita coba pasarkan di 7 apartemen, tapi kan jumlah apartemen kan enggak cuma 7. Makannya, nanti kita liat responsnya, kalau nanti responsnya bagus kita tambah," jelasnya.
Dengan demikian, pasar elpiji subsidi yang selama ini salah sasaran akan bergeser 10-20%. "Bukan ambil pasar (subsidi), tapi demand elpiji 3 kg yang orang mampu bergeser sekitar 10%-20% dari volume total sekarang," jelasnya.
Mas'ud mengatakan, setelah uji pasar di Jakarta dan Surabaya, elpiji non-subsidi ini juga akan didistribusikan di berbagai kota besar lainnya, seperti Bali. "Ini uji coba dulu, tes market melihat perilaku market, sistem distribusi kita, sehingga jalan bareng yang melon hijau dan melon pink," katanya.
https://m.harianterbit.com/welcome/read/2018/07/05/99504/25/25/Tanpa-Subsidi-Harga-Gas-Elpiji-3-Kg-Bakal-Naik-Jadi-Rp42-Ribu
Murah juga ya
VP Corporate Communication Pertamina Adiatma Sardjito menuturkan, penjualan tersebut merupakan suatu langkah uji coba. Adapun masa uji coba pasar akan memakan waktu kurang lebih setengah tahun ke depan. "Uji pasarnya mulai di minggu ini. Uji pasar kurang lebih 6 bulan," kata Adiatma di Jakarta, Rabu (4/7/2018).
Adiatma melanjutkan, untuk periode uji coba perseroan akan mendistribusikan gas elpiji 3 kilogram non subsidi di dua wilayah, yaitu Jakarta dan Surabaya. Selanjutnya, perseroan akan melakukan evaluasi terkait penjualan produk. "(Distribusi) Daerah Jakarta dan Surabaya, jumlah tabung kurang lebih 5.000 tabung," kata Adiatma.
Sebelumnya, Plt Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati, sempat mengatakan bahwa perseroan merencanakan penjualan dimulai pada 1 Juli 2018.
Elpiji nonsubsidi ini pun dijual bebas kepada masyarakat, sehingga baik masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) maupun yang mampu bisa membelinya.
"(Elpiji non subsidi jadi dijual) per 1 Juli 2018. (Teknisnya) ya dijual aja tapi ini tidak di subsidi," ujar Nicke di Kementerian ESDM, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Penjualan ini, menurutnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat mampu, khususnya yang tinggal di apartemen dan terbiasa dengan hidup praktis. Di mana hanya membutuhkan gas dengan ukuran yang kecil.
"Karena kan gini, sebetulnya ada orang yang memerlukan 3 kg tapi mereka tidak perlu subsidi, mungkin seperti yang di apartemen. Dia ngapain beli yang besar. Karena permintaan ada maka kita siapkan," jelasnya.
Adapun harga pasti tabung gas 3 kg nonsubsidi belum dapat disebutkan oleh Nicke. Namun berdasarkan usulan dari Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno, elpiji 3 kg nonsubsidi akan dijual dengan harga Rp39.000. "Belum nanti (kisaran harganya). Belum tahu (apakah akan dijual Rp39 ribu atau tidak)," katanya.
Tepat Sasaran
Menanggapi hal ini, pengamat energi yang juga merupakan Direktur IRESS, Marwan Batubara, mengatakan pemerintah hendaknya memikirkan konsep subsidi langsung secara matang. Pasalnya, jika tidak, sejarah subsidi akan berulang seperti sebelumnya.
"Kalau tidak, sama saja kita mengulang. Dulu kan elpiji dipakai karena minyak tanah subsidinya sudah terlalu besar. Sekarang, harganya rendah, subsidinya sama lagi," tutur Marwan di Jakarta, Rabu (4/7/2018).
Marwan mengatakan, jika hal tersebut kembali terulang, maka sama saja tidak memecahkan masalah untuk mengurangi subsidi di APBN yang sebetulnya lebih banyak dinikmati oleh masyarakat mampu.
Sebelumnya, pemerintah berencana memberikan masyarakat tidak mampu sebuah kartu yang tiap bulannya dikucurkan saldo Rp42 ribu-Rp45 ribu untuk akses mendapatkan elpiji 3 kg. Kebijakan tersebut disinyalir bisa menekan angka subsidi pada APBN yang selama ini tidak memberikan batasan siapa yang boleh mengonsumsi elpiji tabung melon itu.
Namun, lanjut Marwan, pemerintah harus betul-betul memastikan bahwasanya subsidi tersebut hanya ditujukan kepada masyarakat miskin.
"Kalau dibanding menyubsidi ke semua pengguna subsidi 3 kg, itu kan lebih rendah. Artinya, APBN bisa dipakai untuk yang produktif. Membangun infrastruktur, gas, pipa, dan sebagainya. Tapi kalau itu dipertahankan, bisa kembali kayak dulu, sehingga beban subsidi bisa bertambah," tukasnya.
Seperti diketahui, postur anggaran subsidi elpiji 3 kg yang sempat disepakati antara DPR dengan Pemerintah dalam APBN Perubahan 2015 lalu sebesar Rp28,27 triliun.
Adapun skema pemberian subsidi langsung pada gas Elpiji 3 kilogram (kg), membuat harga gas Elpiji menjadi Rp42 ribu hingga Rp45 per tabung. Kenaikan harga ini tidak terlepas dari rencana Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) agar pemberian subsidi tepat sasaran untuk masyarakat golongan kurang mampu.
"Mekanisme seperti ini tujuannya hanya untuk jatah subsidi langsung," ucap Pengamat Migas Komaidi Notonegoro di Jakarta, Rabu (4/7/2018).
Dengan adanya skema ini, masyarakat golongan kurang mampu akan mendapatkan Kartu Keluarga Sejahtera yang di dalamnya sudah berisikan saldo Rp42 ribu hingga Rp45 ribu untuk membeli gas Elpiji 3 kg.
"Poin pentingnya ada pergeseran dari subsidi barang menjadi subsidi langsung menggunakan kartu yang isinya uang membeli gas Elpiji 3 kg," tuturnya.
Jika skema pemberian subsidi terlaksana, harga tabung gas melon saat ini menjadi harga keekonomian seperti gas Elpiji 12 kg.
Uji Coba
Direktur Pemasaran Retail Pertamina Mas'ud Khamid menyatakan, pemasaran elpiji tersebut akan dilakukan pada konsumen kelas menengah ke atas, seperti di lokasi apartemen dan mall.
"Kemarin di Jakarta kita coba pasarkan di 7 apartemen, tapi kan jumlah apartemen kan enggak cuma 7. Makannya, nanti kita liat responsnya, kalau nanti responsnya bagus kita tambah," jelasnya.
Dengan demikian, pasar elpiji subsidi yang selama ini salah sasaran akan bergeser 10-20%. "Bukan ambil pasar (subsidi), tapi demand elpiji 3 kg yang orang mampu bergeser sekitar 10%-20% dari volume total sekarang," jelasnya.
Mas'ud mengatakan, setelah uji pasar di Jakarta dan Surabaya, elpiji non-subsidi ini juga akan didistribusikan di berbagai kota besar lainnya, seperti Bali. "Ini uji coba dulu, tes market melihat perilaku market, sistem distribusi kita, sehingga jalan bareng yang melon hijau dan melon pink," katanya.
https://m.harianterbit.com/welcome/read/2018/07/05/99504/25/25/Tanpa-Subsidi-Harga-Gas-Elpiji-3-Kg-Bakal-Naik-Jadi-Rp42-Ribu
Murah juga ya


nona212 memberi reputasi
1
2.3K
42


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan