Selamat Datang
:nulisah :nulisah :nulisah

belakangan ini mulai ramai diberitakan sebuah kejadian yang di luar nalar, dimana sebuah bocah yang tak beringus menjadi viral di media sosial karena mengadakan meet and greet seharga 80k untuk para penggemarnya. tetapi bukan itu yang akan penulis bahas kali ini.
di tengah persiapan putaran delapan besar piala dunia. sontak russia mulai tersaingi euforianya oleh bocah ini. dan inilah alasan penulis melakukan pengamatan mendalam dan melakukan beberapa kalkulasi dan riset terhadap fenomena satu ini.
Tiktok sendiri adalah aplikasi asal negeri tirai bambu yang populer di kalangan anak ingusan dan juga para penikmat konten yang sebenarnya ga ada memuaskan yaitu semi-semi(you know lah

).
penulis menilai ada beberapa hal yang harus kita cermati dari fenomena ini.
Quote:
Antara bowo dan tiktok

bowo dan tiktok awalnya adalah simbiosis yang saling menguntungkan, semakin terkenalnya bowo mendatangkan daily active user yang baru, dan adanya tiktok bowo bisa meraup uang untuk pulang naik kereta selesai acara meet and greet.
tetapi kini semua hancur. Bak di hantam oleh storm breaker odinson Thor yang agung. semakin viralnya bowo yang ternyata meet and greetnya yang tak diterima di dunia persilatan media sosial membuat bowo menjadi buah bibir orang banyak dan berakhir dengan hujatan netizen yang maha kuasa untuk menghukum bowo karena ulahnya, tetapi bowo tetaplah bowo, yakni seorang yang mempunyai garda tersendiri yang terdiri dari anak berumur 13 tahun keatas dan juga kebawah yang siap untuk manahan semua serangan dan juga siap melakukan counter dengan hastag #teambowo di media sosial terhadap netizen yang agung.
Tetapi bowo tidaklah 100% salah, manajemennya lah yang seharusnya bertanggung jawab, dan seharusnya memikirkan psikis seorang bocah yang sudah menjadi hujatan netizen dari sabang sampai merauke. Belum lagi kabarnya ibu bowo yang sebagai cleaning servis harus resign karena ketakutan sebab anaknya di jadikan hujatan di lingkungan sekitar.

tetapi terlepas dari itu kita harus memikirkan juga dari sudut pandang tiktok, yang harus kehilangan pasar Indonesia karena kelakuan seorang bowo yang sangat bowo. Tiktok yang sejatinya merupakan aplikasi untuk mengekspresikan diri dan bila di gunakan dengan tangan yang benar akan menjadi tools yang bisa menghasilkan karya karya luar biasa, harus kehilangan pasar Indonesia(mungkin sifatnya sementara.) tetapi juga tetap merugikan,
jadi penulis menilai adanya kesalahan segmen pasar dari tiktok, dan juga kurangnya Term of Service yang seharusnya di anak kecil tak boleh mempunyai media sosial sebelum dewasa(
ini berlaku di negara maju, nanti akan penulis bahas di Thread selanjutnya).
dan juga orang tua yang mengawasi dan mengedukasi anaknya akan sosial media pun patut menjadi perhatian.
Quote:
antara bowo, kominfo dan tiktok
from: ngelmu.id
sikap kominfo yang ambil sikap tegas pun tak ada salahnya, teapi sangat tidak manusiawi juka hanya menyalahkan developer akan hal ini. bukan hal-hal negatif yang developer inginkan(
walau aslinya ingin daily active user). bila kitahanya memikirkan Tiktok dan juga bowo saja itu tak adil, tetapi juga kominfo yang seharusnya lebih dewasa, bukan dengan cara main hakim sendiri , dengan tutup aplikasi hal semacam ini akan tak terulang lagi, seperti halnya tumblr yang di blokir karena ada konten plus-plus, dan padahal konten plus-plus hanya beberapa ratus, jauh dengan konten inspiratif yang jumlahnya ribuan. Dan masyarakat dah pinter, vpn dan pembaypassan sekarang ada dimana2 dan gratis, jadi bisa di bilang ga ngefek.
tetapi dengan edukasi dan juga pengubahan mentalitas masyarakat dalam mengunakan media sosial-lah adalah solusinya, dan juga edukasi orang tua dan lingkungan untuk melakukan pengawasan bersama.
tetapi jujur ini adalah mimpi di siang bolong untuk di lakukan karena sudah menjadi rahasia umum bahwa wacana forever adalah penyakit bangsa ini.
Quote:
antara bowo, kominfo, tiktok dan kita semua
kita(Kaskuser) dan mereka (Netizen),
kenapa kita dan mereka berbeda? jawabanya di Thread selanjutnya
tak semuanya normal, bahkan tua pun masih banyak yang alay, dengan cara ngeyel tak mengakui kesalahan di media sosial, tak mau membaca langsung menghujat(pokoknya dah tuwir tapi kelakuan ga bijak).
Bagi yang sudah melek dari kealayan seharusnya wajib hukumnya untuk membimbing mereka yang masih berada di goa ke alayan untuk keluar dari sana. dan bila dari aparatur yang berwenang tak sanggup untuk membimbing mereka-mereka ini yang bagaikan kambing yang tersesat ini, maka di situlah para konten kreator bisa menjadi mesias dengan menyadarkan saudara kita yang masih primitif ke alayan untuk bisa terbuka fikiranya.
singkat kata dari sindiran yang di atas, kita konten kreator menjadi motor penggerak untuk mengedukasi masyarakat bahwa menjadi netizen adalah saling tolong menolong seperti bermasayarakat di dunia nyata, bukanya menjadi Netizen yang mempunyai bacotan yang sangat seram bagaikan petir seorang zeus.
Singkat kata tiktok bagaikan narkotika bila di gunakan dengan benar akan bermanfaat bagi umat manusia, dan bila di gunakan di tangan yang salah akan merusak generasi bangsa.
Sekian dari apa yang penulis ingin sampaikan
dan
Jangan Lupa Bahagia


Quote:
Sumber: ratapan penulis akan fenomena belakangan ini
gambar:: google
