Korea Utara telah meningkatkan produksi uraniumnya untuk senjata nuklir di tempat-tempat rahasia dalam beberapa bulan terakhir, bertentangan dengan klaim Donald Trump bahwa itu "tidak lagi menjadi ancaman nuklir". Demikian laporan terbaru soal Korea Utara usai negeri Stalin ini menggelar KTT dengan Amerika Serikat (AS) di Singapura bulan lalu. Dalam KTT tersebut Korut berjanji akan menjalankan denuklirisasi, tetapi sejumlah perkembangan terbaru menunjukkan negara tersebut masih melakukan pengayaan uranium untuk keperluan senjata nuklir.
Seperti dilaporkan NBC News, Minggu 1 Juli 2018,  laporan tersebut didasarkan pada keterangan dari lebih selusin pejabat AS yang bekerja dekat dengan intelejen. Para sumber tersebut mengungkapkan bahwa, segera setelah citra satelit menunjukkan adanya kegiatan perbaikan yang dilakukan untuk fasilitas penelitian nuklir Korea Utara di Yongbyon, perkembangannya akan membuat lebih sulit bagi Trump untuk mengklaim bahwa pertemuannya dengan Kim Jong-un di Singapura bulan ini berhasil.
Tidak satu pun dari konsesi yang diklaim oleh presiden Amerika Serikat akan dijalankan Kim Jong-un yang telah terwujud. Konsesi tersebut yakni penghancuran tempat pengujian mesin rudal, dan pemulangan sisa-sisa tentara AS yang tewas dalam perang Korea. Sementara itu Trump telah membuat konsesi AS yang signifikan yakni menangguhkan latihan bersama dengan Korea Selatan yang akan dimulai pada bulan Agustus 2018.
Menipu AS
Dilansir The Guardian, Minggu 1 Juli 2018, menteri luar negeri AS, Mike Pompeo, dilaporkan akan merencanakan perjalanan ke Pyongyang pada awal Juli untuk melanjutkan negosiasi dengan pemerintah Korea Utara, dengan harapan membujuk rezim untuk membuat komitmen khusus pada perlucutan senjata nuklir. Selama tujuh bulan terakhir, Korea Utara tidak melakukan uji coba rudal atau nuklir baru. Namun NBC mengutip pernyataan pejabat AS pada intelijen terbaru yang mengatakan bahwa pengayaan uranium telah ditingkatkan.
"Tidak ada bukti bahwa mereka mengurangi stok, atau bahwa mereka telah menghentikan produksi mereka," kata pejabat itu. "Ada bukti yang benar-benar tegas bahwa mereka mencoba untuk menipu AS." Sudah lama diduga bahwa Korea Utara telah mendirikan pabrik pengayaan uranium di setidaknya satu situs rahasia terpisah dari kompleks Yongbyon. "Ada banyak hal yang kami tahu bahwa Korea Utara telah berusaha untuk bersembunyi dari kami untuk waktu yang lama," kata seorang pejabat intelijen AS kepada NBC.
Pernyataan bersama yang ditandatangani oleh Trump dan Kim di Singapura itu tidak jelas. Kim berjanji "menyelesaikan denuklirisasi" tetapi itu telah menjadi kebijakan teoritis Pyongyang sejak 1992, dan rejim tersebut menafsirkannya berarti proses bersama jangka panjang di mana AS juga akan melucuti senjatanya. Pompeo akan memulai negosiasi lanjutan dengan kepemimpinan Korea Utara dalam seminggu ini, yang merupakan bagian dari pertemuan 12 Juni Singapura. Namun Pyongyang tampaknya ingin beralih dari komitmen 12 Juni lalu. Menlu AS berharap, dirinya bisa mengunjungi Pyongyang selama perjalanan ke timur jauh pada minggu kedua bulan Juli, seperti yang pertama kali dilaporkan oleh Financial Times.
"Ada penundaan tapi saya pikir dia sekarang sudah mendapatkan kesepakatan untuk pergi," kata Victor Cha, mantan direktur urusan Asia di Dewan Keamanan Nasional. “Mereka harus bekerja keras agar kesepekatan 12 Juni di Singapura dijalankan oleh kedua belah pihak. Pompeo berada di bawah tekanan untuk mendapatkan sesuatu sebelum Agustus, ketika latihan akan dimulai, ” tambah Cha, sekarang di Pusat Studi Strategis dan Internasional seperti dikutip The Guardian.
Jika kunjungan itu dilakukan dalam minggu kedua Juli ini, maka Kim mungkin akan memerintahkan pemulangan 100-200 jenazah tentara  AS tewas dalam perang 1950-53, bertepatan dengan kedatangan Pompeo. Ini adalah isyarat bahwa para pejabat AS telah memprediksi akan berlangsung minggu lalu. Trump mengatakan pada rapat umum di Minnesota minggu lalu bahwa pemulangan itu sudah terjadi. "Pompeo harus bisa membawa jenazah para tahanan perang dan warga AS yang hilang selama era Perang Korea, tetapi itu tidak cukup," kata Cha, dengan alasan menlu AS harus mengekstraksi komitmen konkret pada perlucutan senjata untuk memenuhi tuntutan pemerintah untuk KTT Singapura. 
Masih memperbaharui
Seperti diketahui, sebelumnya laporan kelompok Utara 38 menyebutkan Korea Utara masih terus memperbarui satu-satunya reaktor nuklirnya (Yongbyon) yang digunakan untuk menjalankan program senjatanya.  Kelompok Utara 38 menggunakan citra satelitsaat menyimpulkan bahwa Korut masih mempertahankkan reaktor nuklirnya. Padahal dalam negosiasi yang sedang berlangsung dengan AS, Korut berjanji untuk melakukan denuklirisasi. Adapun citra satelit komersial yang diambil kelompok tersebut dilakukan pada 21 Juni.
Dilansir The Guardian yang mengutip laporan kelompok Utara 38,perbaikan infrastruktur di pembangkit nuklir Yongbyon "terus berjalan dengan cepat". Masih dalam analisis Utara 38, disebutkan bahwa sistem pendingin untuk reaktor produksi plutonium telah dimodifikasi dan setidaknya dua bangunan non-industri baru telah dibangun di lokasi, mungkin untuk digunakan oleh pejabat yang berkunjung.  "Sebuah gedung perkantoran teknik baru telah selesai dan pembangunan terus berlanjut pada fasilitas pendukung di seluruh kompleks," demikian analisis Utara 38 yang ditulis tiga penelitinya,  Frank V Pabian, Joseph S Bermudez Jr dan Jack Liu.
Bulan lalu di SIngapura, pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, telah berkomitmen untuk "menyelesaikan denuklirisasi" dalam pertemuan dengan Donald Trump dan presiden Korea Selatan, Moon Jae-in, tetapi rincian tentang bagaimana dan kapan itu akan terjadi belum diputuskan. Kim mengumumkan awal tahun ini bahwa persenjataan nuklir dan senjata nuklir Utara yang mampu menyerang AS telah selesai, dan Korea Utara menutup satu-satunya tempat uji coba nuklirnya yang diketahui pada bulan Mei.***


http://www.pikiran-rakyat.com/luar-n...serikat-426727