- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Bela Jokowi Soal Tudingan Mark Up LRT, PDIP: Prabowo Kayak Pengamat
TS
auraku7
Bela Jokowi Soal Tudingan Mark Up LRT, PDIP: Prabowo Kayak Pengamat
Quote:
PDIP mementahkan tudingan Ketum Gerindra Prabowo Subianto soal mark up LRT Palembang. Politikus PDIP Charles Honoris menilai manuver Prabowo kali ini justru membuatnya seperti pengamat saja.
Charles membandingkan Prabowo dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Bila Prabowo disebut sebagai pengamat, Jokowi dianggap praktisi karena sudah memberikan bukti membangun bangsa. Mulai dari sebagai Wali Kota Solo, Gubernur DKI Jakarta, dan saat ini Presiden RI.
"Tidak seperti Pak Jokowi yang sudah pernah mengelola kota, provinsi dan sekarang negara, Pak Prabowo belum punya pengalaman menjalankan roda pemerintahan. Jadi anggap saja Pak Prabowo itu pengamat yang sedang mengomentari kerja-kerja seorang praktisi," ujar Charles kepada detikcom, Jumat (22/6/2018).
Prabowo menuding ada mark up dalam pembangunan LRT Palembang. Menurut data yang diperolehnya, biaya pembangunan untuk LRT di dunia hanya berkisar US$ 8 juta/km. Sedangkan di Palembang, yang memiliki panjang lintasan 24,5 km, biayanya hampir Rp 12,5 triliun atau dengan kata lain biayanya US$ 40 juta/km.
Charles membalas data untuk mementahkan tudingan Prabowo itu. Dia memberi contoh soal pembangunan LRT yang dilakukan di negara tetangga, yakni Filipina.
"Sayangnya sebagai pengamat pun pak Prabowo tidak jeli menggunakan data dan fakta. Pembuatan LRT di Filipina misalnya menghabiskan anggaran US$ 74,6 juta/km, Malaysia US$ 65,52 juta/km. Jadi anggaran untuk pembangunan LRT di Indonesia yang US$ 40 juta/tahun masih di bawah negara-negara Asia Tenggara lainnya," tutur Charles.
"Sepertinya pengamatan pak Prabowo bahwa biaya pembangunan LRT hanya US$ 8 juta/km itu hanya biaya pemasangan komponen tertentu atau mungkin saja hanya fiksi," tambah anggota Komisi I DPR itu.
Sebagai partai pendukung utama Jokowi, PDIP memastikan pemerintah tidak anti-kritik. Evaluasi kepada pemerintah disebut sangat penting.
"Tetapi jangan juga membodohi publik dengan kritik dan serangan tanpa data hanya sekedar ingin menaikkan emosi publik untuk kepentingan politik sesaat saja," tambah Charles.
Tuduhan Prabowo soal mark up LRT di Palembang hingga jutaan dolar disampaikan saat sambutan dalam acara silaturahmi kader di Hotel Grand Rajawali, Palembang, Kamis (21/6) kemarin. Dia mengaku mendapat indeks harga LRT sedunia dari Gubernur DKI Anies Baswedan.
"Saya tanya harganya berapa proyeknya. Rp 12,5 triliun. Luar biasa. Rp 12,5 triliun untuk sepanjang 24 km. Saya diberi tahu oleh Gubernur DKI yang sekarang, saudara Anies Baswedan, dia menyampaikan kepada saya: Pak Prabowo, indeks termahal LRT di dunia 1 km adalah 8 juta dolar," ungkap Prabowo di hadapan tamu yang hadir.
"Kalau ini, Rp 12 triliun untuk 24 km, berarti 1 km 40 juta dolar. Bayangkan. Di dunia 1 km 8 juta dolar, di Indonesia, 1 km 40 juta dolar. Jadi saya bertanya kepada saudara-saudara, markup, penggelembungannya berapa? 500 persen," tambah dia.
Charles membandingkan Prabowo dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Bila Prabowo disebut sebagai pengamat, Jokowi dianggap praktisi karena sudah memberikan bukti membangun bangsa. Mulai dari sebagai Wali Kota Solo, Gubernur DKI Jakarta, dan saat ini Presiden RI.
"Tidak seperti Pak Jokowi yang sudah pernah mengelola kota, provinsi dan sekarang negara, Pak Prabowo belum punya pengalaman menjalankan roda pemerintahan. Jadi anggap saja Pak Prabowo itu pengamat yang sedang mengomentari kerja-kerja seorang praktisi," ujar Charles kepada detikcom, Jumat (22/6/2018).
Prabowo menuding ada mark up dalam pembangunan LRT Palembang. Menurut data yang diperolehnya, biaya pembangunan untuk LRT di dunia hanya berkisar US$ 8 juta/km. Sedangkan di Palembang, yang memiliki panjang lintasan 24,5 km, biayanya hampir Rp 12,5 triliun atau dengan kata lain biayanya US$ 40 juta/km.
Charles membalas data untuk mementahkan tudingan Prabowo itu. Dia memberi contoh soal pembangunan LRT yang dilakukan di negara tetangga, yakni Filipina.
"Sayangnya sebagai pengamat pun pak Prabowo tidak jeli menggunakan data dan fakta. Pembuatan LRT di Filipina misalnya menghabiskan anggaran US$ 74,6 juta/km, Malaysia US$ 65,52 juta/km. Jadi anggaran untuk pembangunan LRT di Indonesia yang US$ 40 juta/tahun masih di bawah negara-negara Asia Tenggara lainnya," tutur Charles.
"Sepertinya pengamatan pak Prabowo bahwa biaya pembangunan LRT hanya US$ 8 juta/km itu hanya biaya pemasangan komponen tertentu atau mungkin saja hanya fiksi," tambah anggota Komisi I DPR itu.
Sebagai partai pendukung utama Jokowi, PDIP memastikan pemerintah tidak anti-kritik. Evaluasi kepada pemerintah disebut sangat penting.
"Tetapi jangan juga membodohi publik dengan kritik dan serangan tanpa data hanya sekedar ingin menaikkan emosi publik untuk kepentingan politik sesaat saja," tambah Charles.
Tuduhan Prabowo soal mark up LRT di Palembang hingga jutaan dolar disampaikan saat sambutan dalam acara silaturahmi kader di Hotel Grand Rajawali, Palembang, Kamis (21/6) kemarin. Dia mengaku mendapat indeks harga LRT sedunia dari Gubernur DKI Anies Baswedan.
"Saya tanya harganya berapa proyeknya. Rp 12,5 triliun. Luar biasa. Rp 12,5 triliun untuk sepanjang 24 km. Saya diberi tahu oleh Gubernur DKI yang sekarang, saudara Anies Baswedan, dia menyampaikan kepada saya: Pak Prabowo, indeks termahal LRT di dunia 1 km adalah 8 juta dolar," ungkap Prabowo di hadapan tamu yang hadir.
"Kalau ini, Rp 12 triliun untuk 24 km, berarti 1 km 40 juta dolar. Bayangkan. Di dunia 1 km 8 juta dolar, di Indonesia, 1 km 40 juta dolar. Jadi saya bertanya kepada saudara-saudara, markup, penggelembungannya berapa? 500 persen," tambah dia.
Sumber: Detik
0
1.4K
Kutip
9
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan