ryan.manullangAvatar border
TS
ryan.manullang
Immanuel Kant, Filsuf Revolusioner Yang Flamboyan (Riwayat Ringkas)

philosophers.co.uk

Immanuel Kantlahir pada 22 April 1724 di Königsberg, ibu kota Prussia Timur. Königsberg sekarang bernama Kaliningrad dan masuk negara bagian Lithuania. Prussia Timur saat itu termasuk salah satu provinsi dalam Kerajaan Prussia, yakni kerajaan yang menyatukan Kekaisaran Jerman, yang terdiri dari 26 wilayah yang umumnya dipimpin oleh para keluarga bangsawan. Kerajaan Prussia ini berdiri dari tahun 1871 hingga November 1918, ketika Raja Wilhelm II digulingkan. Dan sejak saat itu Jerman menjadi negara federasi yang bersifat republik*.

Kant berasal dari keluarga miskin. Bapaknya bekerja sebagai tukang pembuat pelana kuda. Keluarga Kant adalah pengikut Pietisme yang saleh, yakni sebuah gerakan dalam Lutheran yang menekankan kasih sayang, disiplin dan ketekunan dalam pekerjaan, kesalehan, kesederhanaan, kejujuran, dan hubungan pribadi kepada Tuhan. Kant dapat bersekolah gratis hingga SMA karena beasiswa. Usia 16 tahun, ia mulai belajar di Universitas Königsberg. Ia mempelajari matematika, fisika, filsafat, teologi, literatur dan bahasa Latin klasik. Guru Kant yang terkenal adalah Martin Knutzen (1713-1753), yang memperkenalkan kepada Kant filsafat Christian Wolff dan fisika Newton. Guru ini sangat berpengaruh pada pembentukan intelektualitas Kant kelak.

Perkembangan filsafat Kant umumnya dibagi dua, yakni periode pra-kritis dan periode kritis. Dalam periode pra-kritis, Kant banyak menulis mengenai filsafat ilmu alam dan metode-metodenya. Sejak muda, Kant memang telah memiliki ketertarikan pada metode ilmu alam. Ketertarikan atas metode itu terutama karena Kant yakin bahwa yang membuat ilmu-ilmu alam dapat maju secara konstan adalah metode yang digunakannya. Ilmu alam dapat dikatakan maju karena begitu sebuah teori atau hukum ditemukan maka hukum tersebut dapat menjadi batu loncatan untuk penemuan berikutnya, dan tidak ada lagi ahli yang kemudian membatalkan atau membuktikan kekeliruan hukum tersebut. Hal serupa tidak terjadi pada filsafat dan metafisika. Dalam filsafat dan metafisika, begitu sebuah pendapat diajukan oleh seorang filsuf, maka ia langsung dikritik oleh filsuf lain, sehingga metafisika atau filsafat itu kelihatan tidak maju, melainkan hanya berputar-putar dalam rangkaian kritik atas kritik. Kant ingin mengakhiri rangkaian kritik atas kritik yang tanpa akhir ini, yakni dengan mencoba menerapkan metode ilmu alam ke bidang filsafat dan metafisika. Tujuannya jelas: agar metafisika juga dapat mencapai kemajuan seperti ilmu-ilmu alam dan matematika.

Pada periode kritisnya, Kant mulai menerapkan metode ilmu alam itu untuk masalah metafisika. Periode ini ditandai oleh penulisan buku Kritik atas Akal Budi Murni (The Critique Of Pure Reason). Usaha untuk menerapkan metode ilmu alam inilah yang kemudian tertuang dalam buku tersebut dan juga dalam buku-buku lainnya (lihat daftar karya Immanuel Kant dalam wikipedia.org).


Gaya Hidup

Gaya hidup Kant sangat menarik dibicarakan justru karena gaya hidupnya sangat tidak menarik. Kant hidup dengan sangat monoton dan disiplin; jadwal hidupnya sama dan tetap dari hari ke hari. Ia mengatur semua jadwalnya hingga hitungan menit. Jadwal bangun pagi, minum teh, merokok cerutu, memberi kuliah, makan siang, jalan-jalan, belajar dan menulis hingga tidur malam, semua diatur dengan sangat cermat. Ia selalu bangun tepat pukul 05.00 pagi setiap hari. Kant punya seorang pembantu, Tuan Lampe, seorang bekas tentara. Kepada pembantunya ini, Kant memberi wewenang penuh untuk melakukan segala usaha yang mungkin agar Kant tidak bangun terlambat. Lampe diperbolehkan oleh Kant untuk menyeretnya dari tempat tidur jika dia terlalu malas untuk bangun. Kant merancang semua tindakan dan kegiatannya berdasarkan maksim** yang ditetapkannya sendiri. Untuk makan siang, Kant selalu mengundang teman-temannya yang berasal dari berbagai kalangan. Jumlah tamu ini tidak boleh kurang dari 3 dan tidak boleh lebih dari 9. Selama makan siang itu, pembicaraan filsafat tidak diharapkan Kant.

Membahas filsafat sewaktu makan itu, menghilangkan selera makan, katanya. Karena itu, dia ingin membicarakan dan membahas tema-tema populer sambil makan siang. Kant cuma makan sekali sehari. Perut kenyang bikin malas berpikir, katanya. Pukul 16 sore, makan siang berakhir, dan Kant kemudian melanjutkan jadwalnya dengan jalan-jalan sore. Sudah menjadi anekdot yang terkenal bahwa penduduk kota Königsberg akan menyesuaikan jam mereka dengan jadwal jalan-jalan Kant, karena mereka yakin bahwa Kant lebih tepat waktu ketimbang jam mereka sendiri. Selama jalan-jalan, Kant tidak ingin ditemani oleh siapapun. Alasannya, kalau. ada temannya jalan-jalan, maka mereka mau tidak mau akan bercakap-cakap, dan dalam bercakap-cakap itu, mulut akan terbuka dan itu berarti dia akan bernafas dari mulut. Padahal Kant yakin bahwa bernafas yang baik adalah melalui hidung. Dan itu hanya mungkin bila ia berjalan-jalan sendiri. Sehabis jalan-jalan maka Kant akan memberikan kuliah.

Malam menjelang tidur, dia masih bekerja. Dan tepat pukul 10 malam, ia sudah naik ke tempat tidur. Hanya sekali dalam sejarahnya Kant lupa jalan-jalan sore, yakni ketika ia keasyikan membaca buku Rousseau, Emile, yang menurut Kant sangat bagus. Kant tidak menikah. Tapi ia punya banyak teman para wanita terkemuka di Königsberg. Para wanita ini tertarik pada Kant karena ia pintar, tahu banyak, berpikir kritis dan cerdas, dan gentleman. Kant pintar menyenangkan hati wanita. Ia tidak pernah mau membicarakan tema-tema filsafat atau intelektual dengan wanita, melainkan tema-tema soal makanan, masak memasak, penataan rumah tangga. Pengetahuan ini kemudian digunakan Kant sewaktu menjamu tamu-tamunya.

Setelah Kant meninggal, seorang wanita pengagumnya menulis: "Kalau kita melihat dia berbicara dengan kaum wanita, tidak ada yang menyangka bahwa ia menghasilkan pemikiran filsafat yang revolusioner."*** Memang Kant pernah hampir menikah. Namun, ketika ia menyadari bahwa pernikahan itu akan membuat ia tidak bisa lagi hidup dengan maksim-maksim yang ditentukannya sendiri, ia membatalkan niat tersebut. Kant meninggal dalam usia 80 tahun pada 17 Februari 1804 di Königsberg. Selama hidupnya, Kant tidak pernah keluar sejauh 20 kilometer dari kota tempat tinggalnya. Para penulis biografinya yakin bahwa ia tidak pernah melihat laut dan pantai secara langsung. Namun anehnya ia mampu memberikan kuliah-kuliah menarik mengenai geografi. Sekalipun tidak pernah meninggalkan kota kelahirannya, Kant -- melalui bahan bacaan dan diskusi-diskusi yang diikutinya sewaktu makan siang – ia menghasilkan pemikiran yang menghasilkan perubahan revolusioner dalam pemikiran umat manusia, baik mengenai Tuhan, manusia, pengetahuan, etika, dan lain-lain.




Quote:


(Topik ini menjadi pembahasan dalam diskusi kelas filsafat komunitas Salihara)



pranala
Diubah oleh ryan.manullang 07-06-2018 03:45
0
13.9K
153
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan