- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
#cerpenreligi Mudik Bersama Bapak


TS
djoeragancendol
#cerpenreligi Mudik Bersama Bapak
Quote:
Aku terkapar di lantai stasiun Tanah Abang. Aku korban kebrutalan orang orang yang merasa suci dan berhak untuk mengadiliku. Bahkan tanpa memeriksanya, mereka segera menghajar tubuh kecilku. Darah segar mengalir dari sudut bibirku yang lebam membiru. Jeritan dan rintihanku seolah tak berarti dihadapan orang orang yang sedang kalap.
Ketika hampir hilang sadarku,teriakan keras menyeruak diantara kerumunan orang orang. "Hentikan, Dia bukan copet." Samar aku bisa melihat bayangan seorang lelaki kurus jangkung sebelum rasa sakit ini merenggut kesadaranku. "Bapak...." ujarku lirih
Ketika hampir hilang sadarku,teriakan keras menyeruak diantara kerumunan orang orang. "Hentikan, Dia bukan copet." Samar aku bisa melihat bayangan seorang lelaki kurus jangkung sebelum rasa sakit ini merenggut kesadaranku. "Bapak...." ujarku lirih

Quote:
"Jo, kamu kapan terima raport?" Tanya Bapak. "Nanti pak, tgl 8 Juni." Sahut Jo. "Baik lah, nanti Bapak yang ambil raport kamu. Sekarang Bapak mau kerja dulu" sahut Bapak yang masih sibuk memakai sepatu seragamnya. "Pak...." lirih Jo. "Tahun ini kita mudik khan?" Takut-takut Jo menanti jawaban dari Bapaknya. Sebenarnya ini pertanyaan yang dihindari Jo, namun kerinduan kepada emaknya selalu memberinya energi untuk bertanya kapan dia bisa mudik. "Nanti Jo, Bapak blum dapat kepastian jadwal libur. Kamu baik baik di rumah, Bapak mau kerja dulu". "Baik Pak..." sahut Jo sambil mencium tangan Bapaknya.

Quote:
Quote:
Jo menatap sedih kepergian Bapaknya. Sudah 2 tahun ini Jo tinggal bersama Bapak di Jakarta. Alhamdulillah meski hanya sebuah rumah kontrakan tapi cukup buat Jo buat berteduh dari panas dan hujan. Dan yang terpenting lagi Jo bisa bersekolah sekarang ini. Saat ini Jo bersekolah di SD Negeri tak jauh dari rumahnya. Karena sempat berhenti sekolah, Jo sekarang masih duduk di kelas 5. Namun semua itu tak membuatnya minder dan berkecil hati. Semua dijalani dengan penuh semangat dan rasa syukur.
Sudah 2 tahun Jo tinggal bersama Bapaknya, namun belum pernah sekalipun Jo diajak mudik ke kampung halamannya. Ada mendung di wajah Bapak setiap kali Jo bertanya tentang Ibu. Dan mendung itu semakin tebal saat Jo bertanya tentang keinginannya untuk mudik. Selalu saja ada alasan Bapak untuk tidak menuruti keinginan Jo untuk mudik. Entah apa alasannya, semua terasa jadi misteri buat Jo.
Sudah 2 tahun Jo tinggal bersama Bapaknya, namun belum pernah sekalipun Jo diajak mudik ke kampung halamannya. Ada mendung di wajah Bapak setiap kali Jo bertanya tentang Ibu. Dan mendung itu semakin tebal saat Jo bertanya tentang keinginannya untuk mudik. Selalu saja ada alasan Bapak untuk tidak menuruti keinginan Jo untuk mudik. Entah apa alasannya, semua terasa jadi misteri buat Jo.

Quote:
"Hentikan... Dia bukan copet. Dia anak saya" Teriak Sukarta. Lelaki jangkung itu segera menyeruak masuk ke dalam kerumunan orang orang di Stasiun Tanah Abang. Rasa ingin tahunya menyeret langkahnya saat melihat kerumunan orang yang menangkap basah copet pagi itu. Namun alangkah terkejutnya dia melihat Jo sedang merintih menahan sakit akibat pukulan beberapa orang penumpang KRL.
Sukarta segera memeluk dan membopong tubuh lemah Jo untuk dibawa ke klinik yang ada di ujung Stasiun Tanah Abang. "Maafkan Bapak, Jo" lirihnya sambil berlari. "Suster, tolong anak saya." Teriaknya saat sampai di klinik. Seorang suster jaga segera bergegas menyambut Sukarta dan mengobati luka luka Jo. Sementara dalam pingsannya Jo bermimpi bertemu dengan Bapaknya. Sosok yang dirindukan dan sekaligus dia benci.
Sukarta segera memeluk dan membopong tubuh lemah Jo untuk dibawa ke klinik yang ada di ujung Stasiun Tanah Abang. "Maafkan Bapak, Jo" lirihnya sambil berlari. "Suster, tolong anak saya." Teriaknya saat sampai di klinik. Seorang suster jaga segera bergegas menyambut Sukarta dan mengobati luka luka Jo. Sementara dalam pingsannya Jo bermimpi bertemu dengan Bapaknya. Sosok yang dirindukan dan sekaligus dia benci.

Quote:
Sejak saat itu Jo tinggal bersama Bapaknya di rumah kontrakan di daerah Pulogadung. Sepulang dari klinik stasiun Tanah Abang, Jo langsung bertanya kepada Bapak, kenapa dia dulu ditinggalkan di Pelabuhan Merak. "Maafkan Bapak, Jo. Bapak nggak bermaksud meninggalkan kamu saat itu. Waktu kamu ke kamar mandi, Bapak mendapat telpon dari Kantor. Kamu tahu, Bapak Kepala Satpam di Kantor, dan malam sebelumnya kantor di bobol oleh Maling. Karena itu Bapak diminta segera kembali ke kantor oleh pimpinan. Maafkan Bapak ya Jo. Bapak lupa kalau ada kamu dan sedang ke toilet." Ujar Pak Sukarta sambil memeluk tubuh Jo yang masih lemah. "Ya pak... Jo nggak apa-apa kok" lirih Jo sambil terisak.

Quote:
Hari ini menjelang jam 5 sore, Bapak sudah sampai di kontrakan. Jo yang sedang menonton TV segera bangkit dan mencium tangan Bapak. "Pak... Jo kangen sama Emak. Kapan kita mudik?" Tanya Jo. "Kenapa sih kamu tanyain mudik terus Jo? Bapak justru dilarang ambil libur saat lebaran. Kantor kosong, nggak ada karyawan. Jadi Bapak sebagai Sekuriti wajib berjaga jaga di Kantor selama lebaran". "Tapi Pak..." Jo mulai terisak, "Jo kangen sama Emak. Sudah 2 tahun Jo ikut Bapak di Jakarta, tapi Bapak nggak pernah ajak Jo mudik. Bapak juga nggak pernah telpon Emak. Sebenarnya ada apa dengan Bapak?" Sukarta terkesiap mendengar pertanyaan dari mulut Jo. Hati kecilnya teriris pedih saat Jo menanyakan hal yang selama ini dia tutup rapat di sudut hatinya. Tentang kenapa dia nggak pernah telpon Sri, emaknya Jo. Tentang kenapa dia nggak pernah mudik saat lebaran, tentang kenapa dia membawa Jo ke Jakarta dan meninggalkannya di Pelabuhan Merak. "Maafkan Bapak, Jo. Belum saatnya kamu tahu tentang semua ini. Suatu saat kamu akan mengerti kenapa Bapak melakukan semua ini.

Quote:
Ramadhan begitu cepat berlalu. Tak terasa 10 hari terakhir Ramadhan sudah di depan mata. Hari ini Jo sangat gembira karena diajak ke Pasar Tanah Abang. "Beli baju lebaran dan oleh oleh Jo" kata Bapak pagi itu. Tentu saja Jo sangat senang dengan ajakan itu. Dia sudah membayangkan akan lebaran di kampung halamannya. Dia memakai baju koko model terbaru lengkap dengan sarung dan pecinya. Pasti teman-teman akan kagum dan itu dengan penampilannya nanti. Jo pun akan minta mukena dan sajadah untuk Emak. Jo ingat bahwa satu satunya mukena Emak sudah berubah kusam warnanya. Tentu Emak akan bahagia dengan mukena yang dibawa Jo saat mudik nanti. Riuhnya Pasar Tanah Abang seakan tidak dirasakan oleh Jo. Hanya rasa bahagia yang membuncah dalam hatinya. Karena keinginannya untuk mudik akan terlaksana tahun ini. Jo sudah sangat merindukan emaknya, Jo harus mudik tahun ini.

Quote:
Hari yang dinantikan Jo pun akhirnya tiba. Pagi ini Jo bersama Bapak pergi ke Stasiun Tanah Abang untuk naik kereta Ekonomi Jurusan Merak. Setelah itu mereka akan naik kapal fery menuju pelabuhan Bakauheni Lampung. Sepanjang perjalanan kereta Jo tak henti tentu tersenyum dan bercerita. Dia menceritakan semua kenangan tentang Emak dan kampung halamannya kepada Bapak. Pun disetiap stasiun yang dilewati, Jo selalu bertanya sampai dimana dan berapa lama lagi akan sampai Merak? Jo sudah nggak sabar ingin segera menaiki kapal dan berlabuh di kampung halamannya. Sepanjang perjalanan Jo senantiasa memeluk tas sekolahnya. Disana dia menyimpan baju koko da sarung barunya. Juga oleh oleh mukena dan sajadah buat Emak.
"Siap-siap Jo, sebentar lagi kereta sampai di Merak" kata Bapak sambil merapikan tas dan kardus bawaannya. "Siap Pak.." sahut Jo gembira. Pelabuhan Merak hari ini sangat padat. Ratusan kendaraan mengantri untuk bisa memasuki kapal feri. Sementara ribuan orang berjalan diatas jembatan menuju kapal feri yang akan membawa mereka menuju Bakauheni. Jo dan Bapak ikut berdesakan diantara ribuan penumpang lain. Para petugas pun sibuk mengarahkan ribuan penumpang agar antri dan tidak berebutan menaiki kapal fery. Cuaca hari ini sepertinya kurang bersahabat. Angin bertiup cukup kencang dan terlihat ombak yang cukup tinggi memecah bibir pantai di Pelabuhan Merak. Beberapa kapal terpaksa menunda berangkat karena cuaca yang kurang bersahabat. Karena itulah terjadi penumpukan penumpang di pelabuhan Merak ini.
Setelah menunggu sekitar 2 jam, akhirnya Jo dan Bapak bisa menaiki kapal fery, setengah jam kemudian kapal berlayar diiringi rintik gerimis dan mendung yang menggantung di ufuk barat. "Pak, Jo takut. Sekarang hujan dan ombaknya cukup tinggi" rengek Jo. "Tenang aja Jo, kamu banyakin aja berdoa, semoga kita selamat sampai Bakauheni" sahut Bapak. "Ya pak.. " Jo tak tentu hentinya komat kamit melafalkan doa doa yang dia hafal. Sementara hujan turun semakin deras dan awan hitam semakin tebal di langit. "Mohon perhatian, semua penumpang diharapkan untuk perpegangan, karena ada ombak besar di hadapan kita" suara pengumuman dari nakhoda kapal d iringi oleh suara sirine yang melengking. Tak lama ombak bergemuruh menerjang kapal dengan kerasnya. Jo yang ketakutan memeluk erat Bapak yang bersandar di sudut kapal. Mulut mereka tak berhenti berdoa agar diselamatkan dari bencana yang mendera. Ombak yang menggulung disertai hujan deras trus menerjang kapal fery yang sarat penumpang. Sebuah tas penumpang terbang tertiup angin dan melayang ke arah Jo. Dug!! Tas itu melayang tepat mengenai kepala Jo. Jo merasakan bumi seakan berputar dan kemudian semuanya gelap.
"Siap-siap Jo, sebentar lagi kereta sampai di Merak" kata Bapak sambil merapikan tas dan kardus bawaannya. "Siap Pak.." sahut Jo gembira. Pelabuhan Merak hari ini sangat padat. Ratusan kendaraan mengantri untuk bisa memasuki kapal feri. Sementara ribuan orang berjalan diatas jembatan menuju kapal feri yang akan membawa mereka menuju Bakauheni. Jo dan Bapak ikut berdesakan diantara ribuan penumpang lain. Para petugas pun sibuk mengarahkan ribuan penumpang agar antri dan tidak berebutan menaiki kapal fery. Cuaca hari ini sepertinya kurang bersahabat. Angin bertiup cukup kencang dan terlihat ombak yang cukup tinggi memecah bibir pantai di Pelabuhan Merak. Beberapa kapal terpaksa menunda berangkat karena cuaca yang kurang bersahabat. Karena itulah terjadi penumpukan penumpang di pelabuhan Merak ini.
Setelah menunggu sekitar 2 jam, akhirnya Jo dan Bapak bisa menaiki kapal fery, setengah jam kemudian kapal berlayar diiringi rintik gerimis dan mendung yang menggantung di ufuk barat. "Pak, Jo takut. Sekarang hujan dan ombaknya cukup tinggi" rengek Jo. "Tenang aja Jo, kamu banyakin aja berdoa, semoga kita selamat sampai Bakauheni" sahut Bapak. "Ya pak.. " Jo tak tentu hentinya komat kamit melafalkan doa doa yang dia hafal. Sementara hujan turun semakin deras dan awan hitam semakin tebal di langit. "Mohon perhatian, semua penumpang diharapkan untuk perpegangan, karena ada ombak besar di hadapan kita" suara pengumuman dari nakhoda kapal d iringi oleh suara sirine yang melengking. Tak lama ombak bergemuruh menerjang kapal dengan kerasnya. Jo yang ketakutan memeluk erat Bapak yang bersandar di sudut kapal. Mulut mereka tak berhenti berdoa agar diselamatkan dari bencana yang mendera. Ombak yang menggulung disertai hujan deras trus menerjang kapal fery yang sarat penumpang. Sebuah tas penumpang terbang tertiup angin dan melayang ke arah Jo. Dug!! Tas itu melayang tepat mengenai kepala Jo. Jo merasakan bumi seakan berputar dan kemudian semuanya gelap.

Quote:
"Allahu akbar.. Allahu akbar..."
Gema adzan subuh sayup sayup merasuki telinga Jo. "Jo, bangun, ayo kita sholat subuh. Setelah itu kita bersiap sholat ide" seru Bapak. Perlahan Jo membuka matanya. Dia melihat tas sekolah yang berisi baju lebaran dan mukena oleh-oleh buat Emak masih ada dalam dekapannya. "Ah ternyata cuma mimpi" lirih Jo. Pagi ini dia terbangun di kamarnya, masih di kontrakan Bapak di Jakarta. Dan dipastikan tahun ini Jo gagal mudik bersama Bapak
Gema adzan subuh sayup sayup merasuki telinga Jo. "Jo, bangun, ayo kita sholat subuh. Setelah itu kita bersiap sholat ide" seru Bapak. Perlahan Jo membuka matanya. Dia melihat tas sekolah yang berisi baju lebaran dan mukena oleh-oleh buat Emak masih ada dalam dekapannya. "Ah ternyata cuma mimpi" lirih Jo. Pagi ini dia terbangun di kamarnya, masih di kontrakan Bapak di Jakarta. Dan dipastikan tahun ini Jo gagal mudik bersama Bapak


Jakarta, 4 Juni 2018




tien212700 dan anasabila memberi reputasi
2
1.7K
Kutip
17
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan