Kaskus

Story

irsyad30Avatar border
TS
irsyad30
Ayahku si pelupa
Ayahku si pelupa
Spoiler for "listen as you read":


kringgg... kringgg.. kringgg...
Alarm hapeku berdering di ujung meja, membangunkanku yang masih sangat suntuk dan enggan untuk membuka mata. Baru beberapa menit rasanya tertidur. Aku berusaha setengah mati untuk mencapai ujung hapeku dengan satu tangan. Jam di lockscreen menunjukan pukul sembilan. huh, aku melenguh. Sudah enam jam aku tertidur rupanya. Ada satu pesan WA terpampang di layar.


"Jangan lupa rumah tommy jam 10 oy!".

 

Ah, si garry. Sobat baik sejak SMA. Urusan nongkrong dan senang-senang, tak ada yang lebih baik dari dia.


"Aldi, sudah siang. Mau tidur sampai kapan kamu?"



Ibu, selalu saja mengganggu ketenangan tidur ku. Ya sahur, ya subuh, ya sekarang. Selalu aku dibuat pusing. Tak bisakah ia biarkan aku tidur pulas sebentar?.

Aku bergegas turun, mengambil handuk, dan hendak memasuki kamar mandi, melewati ibu yang sedang sibuk menyapu debu yang tak kunjung habis itu.

"Aldi." Ibu tiba-tiba mencengkram lenganku. Aku menoleh sedikit, memasang wajah tanya, tanpa berkata apapun.


"Sampai kapan kamu mau kaya gini? Puasa enggak. Sholat enggak. Kamu anak ibu dan ayah satu-satunya. Kalau kami mati, siapa yang bakal mendoakan kami nanti?"



Kutarik paksa cengkaramnya. Gatau, jawabku singkat.

Kaki kembali melangkah menuju pintu kamar mandi, menuntaskan hajatku yang terhalau beberapa menit untuk urusan yang menurutku tak penting. Cenderung bosan, sebetulnya. Bahasan ibu selalu itu lagi itu lagi.

Rapi, wangi, bersih. Tubuh dan jiwaku sudah mantap menuju rumah tommy, melakukan aktivitas rutinan setiap hari ketika libur semester seperti sekarang ini. Libur kali ini bertepatan dengan bulan puasa. Sehingga kami tidak bebas membeli persenjataan untuk kumpul nanti.

Baru saja beberapa langkah keluar dari pintu, ayah sudah muncul di depan mata, habis jalan pagi sepertinya.


"Aldi, besok temenin papa jalan pagi kaya kemarin ya?".



Tak ku gubris perkataannya. Aku hanya menggelengkan kepala dan segera menaiki motor. Sebelum pergi, sempat terlihat ibu mengajak ayah memasuki rumah, kemungkinan takut hilang seperti beberapa hari lalu karena lupa jalan pulang.


"Hati-hati di, jangan sampai jatuh seperti minggu lalu pas kamu lagi belajar! ha.. ha".



Mengapa pula ayah tertawa. Dan siapa pula yg masih belajar pakai motor. Tak dipikir panjang lagi, aku menarik gas, pergi meninggalkan mereka berdua.

Aku memang bukan anak yang baik. Namun bukan berarti bodoh pula. Prestasiku termasuk baik di sekolah, malah tak jarang juga diikut-sertakan dalam lomba. Tapi, ibu selalu melihat diriku seperti noda dalam kertas putih. Tak pernah sekalipun ia melihat bagian bersih disana. Ayah? tak usah ditanya. Sudah lima tahun dia menjadi pelupa. Manapula dia kira aku menemaninya jalan pagi kemarin. Bagiku, rumah bukan surga. Teman-teman ku adalah keluarga yang sebenarnya.

Ber jam-jam sudah kami bersenang-senang di rumah tommy. Menjelang maghrib, kami semua bubar menuju rumah masing-masing. Hampir tak pernah aku pulang ke rumah larut malam. Nah, lihat kan? bagaimana anak baiknya aku ini.


"Aldi, pas sekali kamu pulang maghrib ini. Ayo siniii, buka sama-sama. Kamu pasti lapar seharian puasa."



Ibu tak berbicara sedikit pun. Hanya menundukan kepala, sambil mengunyah kurma. Bagus lah, bisa-bisa otak ini meledak mendengar ocehan ibu yang tak pernah berubah. Aku hanya mengambil satu apel, lalu pergi ke kamar. Menghabiskan hari disana. Ya, selain rumah tommy. Kamar ini jadi tempat ternyaman. Di rumah yang luas ini, ruangan sepetak di ujung tangga, menjadi satu-satunya tempatku bernaung.


"loh loh di, mau kemana? Iqro nya jangan lupa dibaca! Biar baca Qur'an nya ntar lancar!"



Walau ayah tak ubahnya seperti ibu, setidaknya, nasehatnya selalu bervariasi. Sehingga tidak bosan untuk didengar. Meskipun tidak ada relevansinya sama sekali.

Kasur sudah menyambut tubuh dengan hangat. Merebahkan diri setelah seharian tawa-tiwi sangatlah nikmat rasanya. Kalau orang tua tak bisa memberikan kehangatan yang aku cari, kasur selalu tau caranya untuk memanjakan diriku. Tak dirasa, aku terlelap disana. Membuka mata di dunia mimpi yang dipenuhi semua anganku. Dunia yang tak pernah aku bisa miliki saat mata terbuka. Aku nyaman disini, tak mau terjaga lagi.

Matahari pagi menyorot hangat wajahku. Sudah pagi rupanya. Pakaian lengkap measih menempel di tubuh, tak sempat diganti tadi malam. Tidurku nyenyak sekali sepertinya, karena tak terdengar satupun kicauan ibu membangunkan aku dari mimpi indah. Atau, ia memang tidak membangunkan ku?

Dengan lemas, kuseret kaki ini ke lemari pakaian, mencari baju yang bisa kupakai sementara, apek juga rasanya dengan bau badan sendiri. Keluar dari kamar, ibu terlihat sedang menjahit sesuatu, hmm pakaian anak-anak jika dilihat dari ukurannya.

"tumben bu ga bangunin", aku bertanya dengan ketus pada ibu. Jangan salah sangka, aku senang tidur ku pulas, namun aneh saja ibu tiba-tiba diam hari ini.

"ibu senang kamu bertanya". huh, bukan jawaban yang aku harapkan. Sudahlah, tak peduli juga. Mending mandi saja, terus pergi ke rumah tommy seperti biasa. Asyik-asyikan tanpa perlu dibikin kesal di rumah.

Ayah menghampiriku yang sudah siap berangkat, tergesa-gesa, aku bisa mendengar napasnya tersengal-sengal.


"Aldiiii, ini mobil-mobilan yang kamu cari itu!! akhirnya ketemu. jangan nangis lagi ya"



Apasih, penyakit lupa ayahku semakin hari semakin menjengkelkan, namun daripada membuang waktu, lebih baik tak aku hiraukan. Namun, ayah tiba-tiba memegang tanganku, sangat kuat.


"Aldi, jangan marah. Ini kan mobilnya udah ketemu"


ku tarik kuat tanganku. Sial, kencang sekali ia memegangnya. Tak mau dilepaskan, aku rebut mobil-mobilan di tangannya, lalu dilemparkan ke sudut ruangan.


"Ayah, kalau mau lupa jangan bikin repot juga dong! udah, aku buru-buru"


Sesuai dugaan, ia melepaskan cengkramannya. Ucapanku dilantangkan dengan keras, cenderung membentak. Dapat kulihat ekspresi ayah sedikit terkejut. Tidak ambil pusing, cuman buang-buang waktu disini, aku melaju ke luar rumah. Sebelum motor melesat, aku dapat melihat ibu menangis pelan sambil memeluk ayah. Pemandangan yang biasa.

Bermain kartu menjadi favorit kami ketika berkumpul. Jika sedang begini, aku malas menghiraukan segala tetek bengek yang ada di hape. Tak penting juga isinya. Seperti saat ini, hape ku bergetar terus dari tadi, tapi aku malas mengambilnya.

"Di, ibu lo nih". biar saja, jawabku singkat.

Sudah seperti alarm yang disetel tiap jam, hapeku terus berdering dari telpon ibu, Akhirnya ku ambil sebentar dan mengintip sedikit layar. Lockscreen penuh dengan pemberitahuan missed calls dan sms masuk. Hadeuh, apa pula ini. Hape tergeletak kembali di atas meja. Sungguh, aku tak peduli.

Garry adalah orang yang hobi melucu. Itu sebabnya aku bisa dekat cepat dengannya. Ia tidak bisa tidak membuat orang tertawa. Jadi standup comedian, cita-citanya. Sampai maghrib lewat, kita tak berhenti tertawa dibuatnya. Tibat-tiba, di ujung pintu, terdengar seseorang masuk sambil tengsengguk menangis. Tommy yang duduk di sebelah menyolek tanganku, memberi isyarat untuk melihat seseorang itu.

Aku mengeritkan dahi. Ibu? untuk apa ia kesini.

Belum sempat bertanya kedatangannya, ia berlari ke arahku, memeluk dan menangis semakin menjadi.


"Ayah di... ayah, ayahmu meninggal tadi siang"



Bisikan ibu terganggu dengan isakan tangisnya. Aku sempat menoleh ke arah teman-teman,namun mereka hanya diam mematung, kaget dan berduka yang tercampur. Tommy menganggukan kepalanya, aku ajak ibu pulang.

Sesampainya di rumah, telah ramai orang-orang berpakaian hitam, memegang qur'an. Rumah yang tadinya penuh dengan lantunan ayat suci, tiba-tiba hening dengan kedatanganku. Beberapa menunjukan ekspresi benci, seperti menatap seorang anak durhaka penuh dosa. Ya, jika memang begitu adanya, aku tak akan menyangkal. Aku mungkin memang sedikit durhaka. Kepergian ayah tidak aku tangisi dengan mudah. Aku terlihat sangat biasa. Jika garry yang mati, mungkin aku akan menangis histeris. Ku tuntun ibu untuk duduk. Tanpa mengganti baju, aku duduk disamping ibu. Terdiam. Sambil mendengarkan ayat suci yang dilantunkan dengan merdu. Ayah dimakamkan malam ini juga.

Rumah seketika sepi setelah prosesi pemakamam, menyisakan kami berdua. Lebih baik ke kamar, pikirku. Aku selalu tak betah berada di rumah sendiri selain kamar ini. 

Beberapa jam aku hanya termenung, entah apa yang ada dipikiran, tak tahu juga. Bingung yang pasti, karena sampai pukul tiga, aku hanya berpindah posisi tidur, tapi mata dan jiwa masih utuh terjaga. 

ting centingg tringg

Terdengar aktivitas di bawah. Sepertinya ibu sedang memasak sahur. Lapar juga perut ini, semalam tak sempat makan. Aku putuskan untuk ke bawah, yah mungkin saja ibu juga kesepian. Setidaknya, sahur hari ini bisa kutemani sebentar. 


"Aldi, eh ibu cuman masak telurnya satu. Sebentar, aku masakin satu lagi ya"



Aku menarik kursi di meja makan, berdiam diri, memperhatikan sekitar. Entah kapan terakhir aku duduk disini bersama mereka. Sampai-sampai aku tak tahu lemari piring sudah karatan.

Ibu datang membawa satu piring berisi nasi, sayur dan telur di tangan kirinya. Sedangkan di tangan kanannya, aku melihat ibu membawa.. eh apa itu?.

Piring dan barang-barang diletakan di meja. Aku melihat ada baju koko, sarung, peci, iqro dan mobil-mobilan. Baju dan sarung ini terlihat sangat kecil ukurannya, seperti untuk anak usia 12 tahun. Baru aku memegang barang-barang itu, ibu sudah bicara sambil menatap kosong barang-barang yang sedang kupegang.


"Ayah gapernah lupa di"



Bingung, aku tak menanggapi apapun.


"Ayahmu memang pelupa, tapi untuk urusanmu, ayah tak pernah lupa. Ibu tahu, dia hanya pura-pura"



Sungguh, aku tak mengerti.


"Ia hanya rindu masa-masa lalu, masa-masa dengan mu". Kali ini aku bisa lihat ibu menangis, matanya melihat ke arahku.

"masa dimana kamu belajar iqro tiap subuh, pergi jalan-jalan pagi, mengoleksi mobil-mobilan, pergi sama-sama ke masj.." Suara ibu terpotong, tangisnya semakin jadi.

"Sahur bersama, puasa bersama, buka bersama. masa-masa lalu yang indah untuknya."


Aku menatap barang-barang ini, mencoba mencerna ucapan ibu. Mencoba berpikir dan mengakses memori-memori lama yang sudah jauh kupendam di dalam sana. Mencoba mengingat masa-masa yang disebut ibu. Masa-masa indah itu.

Aku tertegun, tak kusangka, air mata menetes, membasahi peci hitam mungil ini.

"Ayah tak pernah lupa di" Kini ibu sudah tak menangis.

"tapi.. aku yang lupa, bu". Aku menatap wajah ibu. 

Ibu kembali menangis tersedu.

Aku menyimpan pelan barang-barang ini di meja. Bangkit dari kursi, lalu menghampiri ibu di sebrang meja. Aku bersimpuh di kakinya, memeluknya erat.


"Maafkan aldi yang lupa bu. Maafkan aldi yang berubah. Maafkan aldi yang durhaka"



Aku ingat masa-masa aku dibangunkan untuk sholat subuh berjamaah, lalu belajar iqro bersama ayah.
Aku ingat sehabis jalan pagi bersama ayah, selalu meminta ke toko mainan, membeli mobil-mobilan.
Aku ingat ketika mobilku hilang dan menangis seharian.
Aku ingat ketika baju koko favoritku minta diganti dengan yang sama persis karena yang kupakai waktu itu sudah berlubang.

Masa SMP merupakan waktu transisiku, aku memilih pergaulan yang salah. Pertemuan dengan Garry di SMA, menapakan jalanku yang sudah sepenuhnya berubah. Bukan aldi yang dikenal ibu dan ayahku dulu. Tetapi aku yang baru. Aku yang lupa.


"maafkan aldi bu"


Spoiler for "my old man":


*****



Suara takbir bergema di udara. 

Allaahu akbar, Allaahu akbar, Allaahu akbar, 
Laa illaa haillallah-huwaallaahuakbar
Allaahu akbar walillaahil hamd.

Usai bersilaturahim, aku dan ibu pergi ke makam ayah untuk berziarah.

Semenjak sahur itu, aku selalu menemani ibu sahur dan berbuka. Aku bahkan diam di rumah, tak kemana-mana. Aku membaca kembali iqro ku yang dulu, belajar kembali ayat-ayat suci, tata cara sholat, dan ilmu agama. Aku sudah terlalu lama tersesat. Namun kini sudah ingat.

Aku mengelus pelan nisan yang mengukir nama ayahku. 
Menyenderkan kepala ini disana.

Ayah, maafkan aku. Engkau begitu sedih hingga tak terasa sakitnya. 
Maafkan aku, karena aku tak pernah mengiraukan usahamu.
Usahamu dalam mengingatkan aku.

Ayah, aku si pelupa. Semoga engkau tenang disana.

Ayahku si pelupa

adventism.pro

Diubah oleh irsyad30 31-05-2018 18:15
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
1.4K
13
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan