- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
[CERPEN RELIGI] Hidayah Sebungkus Es Buah


TS
carrpirates
[CERPEN RELIGI] Hidayah Sebungkus Es Buah
![[CERPEN RELIGI] Hidayah Sebungkus Es Buah](https://s.kaskus.id/images/2018/05/14/4176847_20180514101915.jpg)
Menginjak dewasa, aku semakin kehilangan gairah dan semangat dalam menyambut Ramadhan. Entah kenapa Ramadhan hanya menjadi rutinitas biasa dan tidak ada spesial - spesialnya. Aku tidak tahu apakah hanya aku yang merasakan atau kalian juga merasakan. Sepertinya ketika aku kecil dahulu aku sangat bersemangat menyambut bulan yang suci tersebut. Beberapa tahun terakhir perasaan itu bagaikan hanya ilusi semata . Aku hanya melakukan aktifitas "ibadah" yang paling gampang dilaksanakan di bulan Ramadhan, yaitu tidur sewaktu puasa. Soal pekerjaan aku tidak mendapatkan masalah. Aku mendapatkan kebebasan untuk mengerjakan pekerjaanku di waktu yang aku inginkan asalkan selesai tepat waktu.
Quote:
Adzan maghrib yang ditunggu - tunggu masih lama sekali, masih menyisakan dua jam terlama dalam hidup. Entah mulai kapan aku tidak lagi produktif ketika menjalankan ibadah puasa. Rasanya susah banget buat bergerak dan bekerja. Padahal waktu panjang siang hari harusnya dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk berkarya.
![[CERPEN RELIGI] Hidayah Sebungkus Es Buah](https://dl.kaskus.id/tedideas.files.wordpress.com/2014/07/stairs3.gif)
Sekitar satu jam sebelum waktu berbuka puasa, aku mulai berjalan keluar untuk mencari makanan atau minuman untuk membatalkan puasa. Aku menaiki motor dan berkendara tidak tentu arah, rasanya sudah bosan dengan makanan yang tersedia di sekitar sini dan memutuskan berhenti di salah satu pasar Ramadhan dadakan. Aku memarkir motorku di sudut pasar dadakan tersebut. Aku berjalan menuju salah satu penjual es buah. Pasar ini sebenarnya sangat ramai, tetepi entah kenapa terasa sangat sepi buatku.
Quote:
Aku langsung menempati salah satu bangku plastik yang kosong. Sekelebat aku melihat ada anak kecil yang berdiri dengan pandangan tertuju ke gerobak penjual es tersebut. Anak kecil tersebut berusia sekitar 7 tahun dengan baju agak lusuh dan maaf, wajah yang kucel seperti belum mandi. Sejenak aku memperhatikan dia dan dia menoleh kepadaku kemudian mengalihkan lagi pandangannya ke gerobak penjual es buah. Aku tidak mengerti apa yang terjadi, tetapi secara reflek aku menghampirinya dan membuka pembicaraan. Aku berharap tidak ada orang yang menganggapku ingin berbuat jahat terhadap anak tersebut.
![[CERPEN RELIGI] Hidayah Sebungkus Es Buah](https://dl.kaskus.id/vignette.wikia.nocookie.net/cryptidz/images/e/e9/090323_kid_shadow.jpg)
Quote:
Dia menoleh sejenak ke arahku seraya mengangguk dan kemudian melempar lagi pandangannya ke gerobak penjual es buah.
Quote:
Lagi - lagi secara reflek aku melakukan hal tersebut. Aku menggandeng tangan kecilnya menuju ke penjual es buah tersebut. Aku melihat beberapa orang yang juga mengantri es buah memandangku dengan aneh. Tapi biarlah, aku tidak punya urusan dengan pikiran mereka. Aku menyuruh anak kecil tersebut untuk menempati tempat duduk yang kosong.
Quote:
Aku duduk di sebelah anak kecil tersebut sambil menunggu pesananku. Aku kemudian memperhatikan anak kecil itu. Dia malah menunduk dan menggoyang - goyangkan kakinya. Raut wajahnya tampak gelisah, sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu. Aku menebak - nebak apa yang dipikirkan oleh anak kecil seusia itu.
Quote:
Pesanan es buah ku pun akhirnya diberikan kepada ku. Aku pun langsung ingin beranjak dari pasar tersebut karena keramaian membuatku tidak nyaman.
Quote:
Aku segera pergi menuju tempat parkir motorku. Rasanya sudah tidak sabar menantikan adzan maghrib dan menikmati es buah yang segar. Di tengah perjalanan tiba - tiba aku mendapat perasaan yang aneh. Aku membalikan badan dan benar saja, aku masih melihat anak kecil tersebut berdiri memandangi bungkus es buah tadi seraya memikirkan sesuatu yang berat. Ingin aku mengabaikannya dan pergi tapi ada sesuatu dorongan dari dalam hatiku untuk sekedar menanyakan apa yang anak kecil tersebut pikirkan. Aku mencoba mengikuti kata hatiku dan berjalan kembali ke anak tersebut walaupun sayup - sayup lantunan ayat suci Al - Quran sudah terdengar dari masjid menunjukan sebentar lagi waktu berbuka akan tiba.
Quote:
Jedarrrr, kata - katanya barusan bagai petir yang menyambarku. Bagaimana anak yang sebegitu kecil mampu mengenyampingkan keegoisannya. Bagaimana bisa anak seusia tersebut yang harusnya hidup selalu bahagia memikirkan hal semacam itu. Tanpa pikir panjang, aku pun memesan tiga bungkus lagi es buah dan adzan maghrib pun berkumandang.
Quote:
Aku melihat segurat kebahagiaan dalam lahap nya dia meminum es buah tersebut langsung dari plastiknya. Tidak lama kemudian pesanan es buah tambahan ku telah jadi dan diberikan kepadaku.
Quote:
Mendengar doa nya hatiku serasa teriris. Walaupun anak kecil tersebut tidak punya apa - apa, tetapi dia masih memiliki ketulusan hati untuk medoakan sekedar untuk berterima kasih. Doa dari anak kecil tersebut seketika membuka pemikiran dan juga hatiku. Mungkin ini yang disebut sebagai hidayah. Aku jadi mengerti bahwa nikmat yang aku terima begitu besarnya dan celakanya aku lupa untuk bersyukur kepada Sang Pemberi Nikmat. Mungkin aku sudah terlalu biasa dengan keadaan seperti ini dan tidak menyadari kalau nikmat yang selama ini aku dapat bisa saja diambil olehNya dalam sekejap mata.
Quote:
![[CERPEN RELIGI] Hidayah Sebungkus Es Buah](https://dl.kaskus.id/media.globalcitizen.org/thumbnails/38/3d/383db8ff-d540-4218-824b-38f4b70f76b1/dharavi_overview_ap.jpg__1264x568_q85_crop_subsampling-2.jpg)
Aku pun sampai ke rumahnya, di dalam gang sempit dengan bangunan rumah yang ala kadarnya. Dia mengetuk pintu dan mengucap salam. Keluarlah tiga orang adiknya yang masih kecil - kecil dengan jarak kira - kira satu tahun dan ada dua yang kembar. Aku tidak kuat menahan haru ketikat tiga orang adiknya sangat bergembira abangnya pulang dan membawa bungkusan es buah.
Quote:
Aku mengiyakan ajakannya untuk berbuka bersama sekedar ingin menghargai tawarannya. Terlihat agak miris ketika hidangan berbuka hanyalah nasi putih dingin dan satu kerupuk. Tuhan lagi - lagi menamparku dengan kejadian seperti ini.
Quote:
Aku segera berdiri dan meninggalkan mereka yang masih sedikit bingung. Aku tidak bisa lagi menahan air mataku. Sambil menunggu pesanan ayam goreng, aku menghubungi teman - temanku termasuk Rama.
Quote:
Ayam goreng sekarang sudah terhidang di hadapan mereka. Mereka dengan kompak membagi dua ayam tersebut dan menyisihkannya. Aku yang agak heran pun bertanya kepada mereka.
Quote:
Setelah makan dan sholat maghrib, teman - temanku sudah datang di ujung gang rumah mereka. Aku berjalan ke luar gang untuk menemui teman - temanku. Terlihat mereka bingung, mungkin karena aku tidak memberi penjelasan apa - apa ke mereka dalam pesan singkat yang kukirim.
Quote:
Aku mengajak teman - temanku untuk menemui empat bocah tadi. Aku berusaha menjelaskan kepada mereka dan berusaha mengajak mereka untuk menjadi kakak asuh mereka. Rama juga ikut membantu menjelaskan apa pentingnya membantu sesama. Semua temanku yang berjumlah delapan orang sepakat untuk menjadi kakak asuh mereka. Kami akan mencoba menghubungi bapak mereka untuk mengutarakan niatan kami. Mereka terlihat sangat bahagia mendengar kami ingin menjadi kakak asuh mereka.
***
Banyak sekali cara bagiaman Tuhan ingin berbicara dengan kita. Dari cara yang biasa sampai cara yang sungguh tidak terduga. Kadang dengan cara halus, sedikit cubitan, ataupun dengan tamparan keras. Aku percaya semua itu adalah bentuk dari kasih sayangNya yang begitu hebat. Dari pengalaman tersebut aku belajar bahwa kita tidak hanya hidup sendiri di dunia ini. Ada banyak keadaan di luar lingkungan kita. Aku belajar mensyukuri apa yang aku dapat dan membantu mereka yang mungkin terhimpit dalam keadaan. Iya, mereka Bagus, Windi, Winda, dan Putri menyadarkanku dari kelalaianku selama ini,


anasabila memberi reputasi
1
1.5K
6


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan