abanggeutanyoAvatar border
TS
abanggeutanyo
Motif Multiple Efek Trump Dalam Pertemuan AS - Korut

Rencana pertemuan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump (Trump) dengan Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un (Kim) ternyata sudah dirintis jauh-jauh hari setidaknya 3-4 bulan sebelum rencana pertemuan diadakan pada 12 Juni 2018 nanti di Singapore.

Sayangnya ketika Korut sedang percaya diri dan konsisten dengan program dan langkah-langkah ditetapkan AS tak disangka pejabat tinggi AS mengeluarkan statemen yang membuat Korut merasa tersinggung seperti diutarakan wakil presiden AS, Mike Pence. Dalam pernyataannya entah karena terlalu percaya diri mengatakan Korut jangan mempermainkan Trump dengan mencari-cari alasan pembatalan pertemuan. "Mempermainkan AS bisa membuat Korut seperti Libya," kata Pence dalam sebuah penggalan pernyataannya di kutip di berbagai media massa pada 22 Mei 2018.

Melihat sikap AS sepertinya  terus mendikte, pejabat Korea mengatakan melalui kantor berita KCNA bahwa Korut tidak perlu bersusah-payah memaksa dan membujuk AS duduk bersama kami bagi terlaksananya dialog." Bahkan dalam sebuah pernyataan keras sekali salah satu pejabat Korut mengatakan Pence itu tidak tahu apa-apa dan bodoh.

Meski situasi rencana pertemuan memburuk, Korut tetap komit menghancurkan beberapa fasilitas nuklirnya dan membawa sejumlah wartawan luar negeri meliput kegiatan tersebut sebagai wujud komitmen  terhadap program denuklirisasi semenanjung Korea. Namun demikian beberapa media masih melihat Korut sedang membuat pencitraan.

Akhirnya kepastian pertemuan Trump - Kim pun terjawab sudah. Rencana tersebut tetap terlaksana dan akan berlangsung sebagaimana telah disiapkan yakni di Singapore pada 12 Juni 2018.

Jika dikaitkan dengan beberapa informasi berikut ini beberapa "benang merah" (berupa tanda) kita akan temukan motif apa sesungguhnya dibalik pertemuan tersebut dapat tercium aromanya. Mari perhatikan beberapa hal saja :
Tokoh utama penggerak pertemuan Trump dan Kim adalah :
  • Dari Korsel : Menteri Urusan Unifikasi Korea (Ryoo Kihl Jae) - Presiden Korea Selatan (Moon Jae-in) -Penasihat keamanan nasional Korea Selatan (Chung Eui-Yong).
  • Dari Korut : Adik perempuan Kim (Kim Yo Jong) - Istri Kim (Sol Ju) - Kepala intelijen Korea Utara (Suh Hoon)
  • Dari AS : Menteri luar negeri (Pompeo) Ini adalah kunjungan ke dua Pompeo ke Korut dalam 2018 sampai saat ini. - Direktur CIA baru dipilih (Gina Haspel). Hespel sebelumnya menjabat sebagai Deputi Dirketur (2017). aspel telah bekerja di CIA sejak 1985. Berdasarkan pengalman Direktur CIA sebelumnya (Pompeo) dilibatkan dalam negosiasi pertemuan Tump dengan Kim maka kemungkinan besar dia  dilibatkan dalam rencana awal tersebut.
  • Jareth Kushner dan Ivanka. Keduanya terlibat dalam perencanaan tersebut. Hal ini disebabkan karena tidak ada Dubes AS untuk Korut maka Jareth dan Ivanka dilibatkan karena diyakini banyak tahu tentang Korea Utara dan Kim Jung Un.
  • Dari China : (Xi Jinping) Presiden Tiongkok an Menlu (Wang Yi)

Siapakah 3 tahanan (Pahlawan) AS yang dibebaskan Korut
  • Kim Hak-song. Warga AS imigran dari China. Orang tuanya turunan Korea Utara. Dosen pengajar di Universitas Teknologi dan Sains Pyongyang (PUST). Dia itangkap sejak  6 Mai 2017
  • Tony Kim (Kim Sang-duk). Warga negara AS imigran China kelahiran Kore Utara. Ditangkap sejak  23 April 2017. Dia juga seorang pengajar AKuntansi PUST.
  • Kim Dong-chul alias Jin Xue Song. Dia seorang pengusaha AS, imigran dari China. Dia ditangkap sejak 2015. Dia dituduh berkolusi dengan Korsel mencuri informasi rahasia militer Korut.

Mengapa AS memilih Singapore
Wakil ketua Gedung Putih, Raj Shah, mengatakan pada Pers tentang alasan dipilihnya Singapore sebagai tempat pertemuan tersebut karena Singapore mampu memberi jaminan keamanan pada AS dan Korut. Negara ini punya hubungan yang baik dengan AS dan Korut, itu sebabnya Singapore menjadi pilihan tempat pertemuan bersejarah tersebut, sebutnya seperti dikutip di  sputniknews.

Singapore negara kecil tapi diakui modern dan maju dalam beberapa bidang, memang patut bangga terpilih sebagai tempat perhelatan bersejarah tersebut.  Begitu maju berkembangnya Singapore sehingga ada yang menyamakannya sebagai Switzerlandnya Asia. Hal ini tentu mengacau pada pesatnya pertumbuhan ekonomi dan indeks pembangunan manusia yang dicapai Singapore secara konsisten dalam satu dekade terakhir mirip perkembangan di Swiss.

Singapore pernah menjadi tempat bertemunya pemimpin China dan Taiwan. Pada 2015, Presiden China Xi Jinping memilih Singapura untuk menjadi tuan rumah pertemuannya dengan Presiden Taiwan Ma Ying-jeou saat itu. Pertemuan saat itu adalah pertama kalinya para pemimpin China dan Taiwan bertemu sejak akhir perang sipil Cina pada tahun 1949.

Jadi mengapa Singapore yang dipilih. Bukan Indonesia, Malaysia, Vietnam atau negara ASEAN lainnya bahkan Filipina yang notabene lebih dekat dengan Amerika karena pernah memiliki pangkalan AL di Subic dan kedekatan lainnya. Padahal Indonesia menawarkan jasa tersebut pada akhir April lalu.

Presiden Jokowi dalam kata sambutan penerimaan Dubes baru Korut pada 30/4/2018 bahkan menawarkan Indonesia sebagai juru damai antara Korea sebagaimana dilansir oleh kompas.com. Sayangnya hingga saat ini keptusan AS memilih Singapore dengan sejumlah alasan disebutkan di atas belum tergoyahkan.

Berdasarkan sejumlah "benang merah" di atas kita dapat menarik motf apa dibalik pertemuan yang dikatakan sangat bersejarah tersebut. Beberapa kemungkinan motifnya adalah :
Ekspos upaya atau perjalanan Pompeo membebaskan 3 warga AS yang ditahan Korut disebut diatas hanya sebagai alat, tujuan sesungguhnya adalah mematangkan rencana pertemuan Trump - Kim jangan sampai batal atau terganggu. Jika AS berdalih 3 sandera tersebut dibebaskan laksana mendatangkan pahlawan dari medan perang maka itu adalah sikap berlebihan sebab di Iran masih ada tahanan AS yang belum dipayakan solusinya sedikitpun setidaknya hingga saat ini.
Iran masih menahan sejumlah warga AS hingga saat ini. Beberapa diantaranya adalah :
  • Reza "Robin" Shahini. Warga San Diego Shahini ditangkap mengunjungi keluarga di Gorgan pada Juli 2016, dan dijatuhi hukuman 18 tahun penjara atas tuduhan mengancam keamanan nasional.
  • Robert Levinson. Mantan agen FBI Robert Levinson, yang lenyap di Iran sejak tahun 2007 tidakdigubris sampai kini meski istrinya berkali-kali mengingatkan agar pemerintah AS membantu proses pembebasannya. Meskipun ia bertugas pada misi CIA yang tidak sah pada saat itu namun hal itu tetap tidak (belum) menarik minat pemerintah AS sampai kini.
  • Siamak Namazi.  Pada Oktober 2015, pengusaha Siamak Namazi yang berbasis  di Dubai, 46, ditangkap polisi Iran saat mengunjungi kerabatnya di  Teheran.

Mengapa pada kasus  Iran Trump tidak tertarik? Padahal Trump memulangkan tiga tahanan Korut dalam acara besar dan luar biasa bagaikan kepulangan pahlawan dari medan pertempuran sangat hebat dan luar biasa bagi eksistensi AS. Jelas sekali, tampaknya Trump ingin memperoleh "sertifikat" dunia sebagai satu-satunya kepala negara AS yang mampu menjinakkan atau berunding dengan Korut yang berarti mampu menghentkan potensi malapetaka perang nuklir di semenanjung Korea. Untuk itu Trump akan memperoleh pengukuhan Nobel pencipta perdamaian.

Jika Trump memperoleh pengukuhan penerima Nobel perdamaian dunia maka reputasi dan popularitas Trump semakin meningkat pesat. Di dalam negeri Trump akan semakin kuat dan di dalam percaturan Trump semakin garang bak kepala Polisi Internasional.

Trump ingin memisahkan atau menjauhkan Korut dari Rusia. Pada saat bersamaan Trump memberi hadiah untuk Tiongkok atas kerjasamanya sebagai mitra dalam meloloskan tujuan ingin dicapai Trump dengan mengendurkan bahkan menghilangkan perang dagang khususnya pada beberapa mata dagang impor ke masing-masing negara.

Jika Reunifikasi Korea tidak akan terjadi setidaknya Trump berharap kedua negara akan menjalin persahabatan dengan baik dan saling menguntungkan bagi peningkatan kemakmuran ke dua negara. Trump tahu persis bahwa reunifikasi pasti tidak akan terjadi selain kerjasama antara Korea semakin baik dan kondusif dan saling membangun.

Trump/AS memilih Singapore bukan sekadar alasan disebutkan di atas. Kawasan ASEAN tempat Singapore berada akan mebuat Singapore benar-benar the real Lion in Asia. Singapore akan dijadikan seperti Israel sangat strategis bagi AS menjadi negara kuat dalam berbagai hal di kawasan timur tengah maka Singapore akan menjadi paling kuat di Asia. Wajar Presiden Jokowi menawarkan jasa Indonesia meski ternyata tidak digubris sama Mister Trump.emoticon-Nohope

Keterlibatan beberapa pejabat sejumlah negara dan berpengaruh disebut di atas memperlihatkan bahwa pertemuan tersebut tidak semata-mata alasan nuklir Korea Utara melainkan motif ingin dicapai Trump "Multiple Target" yaitu Meraih Nobel Perdamaian;  Meningkatkan Popularitas dalam dan luar negeri;  Menjauhkan Korut dan RRC dari Rusia; Terciptanya Hubungan kerjasama ekonomi antara Korea; Warning buat ASEAN.

Tampaknya Trump dan team suksesnya mampu mengemas isue demi isue untuk meningkatkan popularitasnya sesuai tema kampanye "Makes US Great Again" termasuk mengemas kasus pertemuan yang disebut bersejarah ini. Motof apalagi selain disebut di atas silahkan rekan pembaca budiman kembangkan sendiri di sini..

Intinya Trump memang presiden AS paling luar biasa dengan gaya dan caranya memimpin negara super power itu.  Mungkin motif lain yang tercecer adalah membuat Putin dibuat tidak berdaya, hehehehe..he..

abanggeutanyo

 



sebelahblogAvatar border
anasabilaAvatar border
anasabila dan sebelahblog memberi reputasi
2
524
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan