Kaskus

Story

good200Avatar border
TS
good200
Apa salahnya laki-laki menangis #lombaceritareligi

Apa salahnya laki-laki menangis #lombaceritareligi
"sahur..... sahurrr" anak-anak mulai berkeliling membangunkan seantero pelosok desa. nyanyian sederhana dengan peralatan seadanya, mereka berkeliling. hanya ada canda dan tawa serta nyanyian sederhana untuk membangunkan orang-orang.
" bangun sep" ..
" iya Bu ini udah bangun"
"ya udah ibu ngangetin masakan dulu yah? jangan lupa adikmu bangunin suruh cuci muka" ... "bangunin dulu Bu... biasanya juga di bangunin. ayolah Buu"... rengekku
"udah besar masih aja mau manja sama ibu, hisshh".... ibuku dengan kasih sayangnya mengangkat ku ... aku nyengir kuda. ibu pun bergegas ke dapur.
" adik ayo bangun" ... "bangun yuk"..
" masih pagi kak nanti aja shubuh aja blum"
"heee... adik lupa, ini udah masuk bulan Ramadhan, kita sahurr dulu. "
"gendong kak baru mau adik bangun."
"ehm, ya udah sini kakak gendong ke kamar mandi" dia senyum-senyum sambil matanya masih merem....
ah, ini aroma khas masakan ibu yang gak ada dimana2. aku duduk sambil memainkan gadget. tv mode-on....
"sep..... Asep...."
" iya Bu"
" bantuin sini angkat makanan ke ruang makan" 
" siap Bu"
aku berjalan sambil menjawab permintaan ibu... ketika sampai dapur... eh,,, ladalah si adik udah tidur di pangkuan ibu.
"adik, bangun yok sahur!"
"ibu gendong masuk dong"..... adik merengek minta gendong
"sini kakak gendong aja ya!" tawarku .... "ibu biar masuk duluan" "gak mau deh, hari ini aku mau sama ibu"
"ya udah... nanti Adik puasanya harus full yah"... kata ibu tersenyum. aku pun membawa masakan ibu ke ruang makan. kami berdoa dan makan bersama. ayah kami telah meninggal sejak 5 tahun yg lalu, karena kecelakaan. beruntung ibu terselamatkan. yah saat itu aku masih berumur 16 tahun. sejak saat itu pun ibu menjalankan tugas sebagai ibu rumah tangga dan kepala rumah tangga, sekaligus. mujur ibu punya restoran yang di kelola sejak dulu. jadi kami masih bisa sekolah dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. ibu adalah sosok yang penuh kasih sayang murah senyum. gak pernah membentakku walau sekali. ia adalah mutiara dalam keluarga kami.
"Asep kenapa?"
"gak papa Bu. ibu nanti aku pingin di rumah aja yah males kuliah". "adek juga dong bu"...
"loh2 ini anak2 ibu knapa? kok pada lemes? kurang  yah sahurnya?" 
"gak gitu Bu aku lagi pingin di manjain ibu"
"ibu kan akhir-akhir ini sibuk sama restoran" adik merengek.
"Oalah anak2 ibu cemburu sama restoran...?"
"gak boleh anak2 ibu harus berangkat sekolah,  jangan bandel"
"iya bu". jawab kami serempak. kalau ibu sudah bilang gitu, kami berdua hanya bisa jawab iya. karena setelah puas mendengar jawaban kami ia akan tersenyum. senyuman ibu selalu buat kami tenang dan senang.
"jadi anak2 ibu pingin di manjain ?" dia menggelitik adik lalu mengangkat menggendongnya. aku sudah besar sih, ntah mengapa hari ini aku juga pingin sekali bersama beliau. aku memeluk ibu. ia terkejut. "kamu gak papa sep"
"kakak tumben manja banget?"
Aku hanya tersenyum... kami bercanda bersama bercerita tentang ayah . lalu terdengar adzan berkumandang 
" ayo anak2 ibu berangkat ke masjid doain ayah dan ibumu yah"
" baik Bu" kami pun berangkat ke masjid yang hanya 800 meter-an dari rumah. setelah sholat kami berhenti sejenak di serambi masjid bercengkrama dengan anak-anak kampung lainnya. membicarakan tentang sekolah, ceramah, bercanda sampai membahas wanita. tentu saja saat membahas wanita yang kita sukai. ketika anak-anak kecil lagi bermain di luar jangkauan pendengaran mereka. jam setengah 6 kami berjalan pulang.. ada beberapa orang sedang dirumahku. mereka adalah anak buah kepercayaan ibu di restoran.
"nunggu ibu masih sholat den" kata bi Surti. hah, tumben ibu jam segini masih sholat biasanya udah nyapu. aku pun bergegas ke musholla kecil rumah. "ibu?" apa ibu baik2 saja apa dulu sakit bekas kecelakaan dengan ayah kambuh. pikiranku berkecamuk. ibu baru selesai melakukan sholat. dalam hatiku aku bersyukur ibu tidak apa2. "Ada apa nak?" itu ada bi Surti di depan. Oalah iya2 ... aku pun masuk ke kamar untuk merebahkan badan menunggu saat kuliah nanti.
"sep tolong nanti adikmu antar ke sekolah yah?" ibu ada urusan mendadak di restoran. oke Bu jawabku sambil melanjutkan tidurku.
*********
"kak" .. iya dek ? berangkat sekolah ayok ... aku melirik ke  jam tangan ku 07-15 .
"ya Allah kamu terlambat yah? maaf2 kakak ketiduran udah gak usah nangis nanti kakak bilangin ke bapak ibu guru"...... aku tersentak di luar kamar sangat ramai....
"ini ada apa ?"
" ibu kak!" ia masih menangis
"ibu kenapa?"
aku segera keluar. bi Surti nangis, pegawai nya semua ada disini.
"ini kenapa? bi Surti ?" tanyaku. "saat pagi tadi ibu pingsan den Asep, tapi ibu bilang jangan bilang kalian nanti kalian sedih" dia nangis sambil menghapus air matanya ...
"lalu setelah sholat ibu ngajak bi Surti ke rumah sakit untuk periksa" "baru sampai depan rumah sakit ibu pingsan dan mimisan. kata dokter syaraf otaknya mengalami pendarahan karena kecelakaan yang dulu. ibu masih dalam perjalanan bentar lagi Sampek den yang kuat yah.
adikku hanya memelukku dengan tangisan yang merobek hatiku. aku tersenyum lantas ... adik jangan nangis yah. ... masih ada kakak. aku menghapus air matanya. petugas membawa jenazah ibu ke dalam rumah melihatnya dalam kondisi tersenyum aku sedikit bahagia. adikku kalap.
"ibu.... ibu.... bangun Bu...... bangun.... " aku mencoba menenangkan adikku . ia pingsan. "ibu aku akan jaga adik ibu semoga bahagia di alam sana". bisikku pelan di telinganya.
" sep, kamu masih senyum aja"
" iya sin, aku harus tegar"
" ibu sep yang meninggal!"
" iya aku tau, aku gak harus nangis" sindy mengkhawatirkan kondisiku dia adalah calon istriku. aku meninggalkan ruangan dimana ibu di tidurkan. aku memandang dapur sewaktu ia dengan bahagia memasak makanan. aku bisa melihat nya.
" udah sep, kalau mau nangis nangis aja jangan di tahan. laki-laki juga manusia mereka berhak menangis" mata sindy udah basah. dia menepuk pundak ku akhirnya tangisku pecah disana ... aku terduduk, terisak-isak aku seperti anak kecil kehilangan permennya. menenangkan ku mungkin ia tak mengira aku begitu. aku menenangkan diriku kembali ke tempat. membaca Yaasin untuk beliau. kami pun mensholati dan mengantarkan ke dalam peristirahatan terakhir. ketika dalam liang lahat aku membisikkan janji akan menjaga adik lagi, lalu kututup dengan adzan.
 iya, terkadang kita harus kehilangan orang yang Paling kita sayangi, kita anggap mereka sebagai milik kita, padahal, semua itu hanya titipan dan semua bakal kembali padanya. 

anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
810
2
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan