Dome of Rock (Kubah AsSakhrakh)
Adalah bangunan berbentuk oktagon berkubah emas yang menaungi batu berongga (sakhrah). Batu berongga (sakhrah) ini pada awalnya merupakan situs atau tempat suci bagi kaum yahudi karena dianggap sebagai tempat Yahweh menciptakan alam semesta dan tempat Abraham mengorbankan Isaac. Dome of Rock terletak tepat ditengah-tengah komplek masjidil Aqsa dimana awal mulanya merupakan komplek bait suci Solomo



Menurut sejarah pada pra islam, area komplek bait suci Solomo awal mulanya merupakan proyek perluasan pembangunan pemotongan bukit pada era Raja Herodus Agung (20SM). Komplek ini berulangkali mengalami pembangunan dan penghancuran akibat peperangan dan perebutan wilayah. Yang pada akhirnya komplek bait suci Solomo kembali dihancurkan oleh kerajaan Bizantin setelah mereka mengalahkan kerajaan Sasanid (Persia) yang sempat menguasai Yerussalem. Padahal di era kerajaan Sasanid, pembangunan ulang komplek bait suci sedang dilakukan dan pengelolaan Yerussalem diserahkan kepada kaum Yahudi. Namun dibawah kekuasaan Bizantin pengelolaan Yerussalem diserahkan oleh kaum Kristen dan reruntuhan komplek bait suci yang belum selesai dibangun justru dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah



Pada masa Islam, komplek bait suci Solomo masih berupa reruntuhan dan hanya menyisakan batu berongga (sakhrah) saja. Batu inilah yang dikatakan sebagai tempat berpijak Nabi Muhammad melakukan Miraj kelangit tujuh sehingga sakhrah tersebut menjadi salah satu situs suci umat islam.

Pada masa kekhalifahan Umar, pasukan Bizantin berhasil diusir dari Yerussalem sehingga pengelolaan Yerussalem diambil alih oleh kaum muslimin. Ketika Khalifah Umar datang untuk pertama kalinya, Patriach Gereja Makam Kudus menawari Khalifah Umar untuk solat di Gereja Makam Kudus. Namun Khalifah Umar menolak karena khawatir jika kelak hal tersebut dapat menjadi pembenaran bagi umat islam untuk mengubah gereja tersebut menjadi masjid. Khalifah Umar justru bertanya dimanakah letak Nabi Muhammad melakukan Miraj, agar Khalifah Umar dapat solat ditempat tersebut. (ada yang berpendapat tempat pijakan adalah pada batu sakhrah dan pendapat lain pijakan ada pada tempat masjid Qibli saat ini). Singkat cerita, Patriach Gereja tersebut menunjukan lokasi komplek reruntuhan bait suci Solomo, kemudian Khalifah Umar memerintahkan untuk membersihkan area tersebut dan mendirikan masjid (Masjid Qibli) untuk sholat.

Salah satu sahabat nabi, ex pemeluk agama Yahudi, sempat menyarankan kepada Khalifah Umar agar masjid dibangun di sisi utara batu Sakhrah dengan tujuan agar ketika sholat dapat menghadap kiblat sekaligus menghadap batu tersebut. Namun usulan tersebut ditolak. Khalifah Umar justru memerintahkan masjid dibangun disisi selatan batu Sakhrah dengan tujuan untuk membelakangi batu tersebut ketika sholat. Bahkan posisi masjid digeser agar masjid, batu Sakhrah, dan Kiblat (Kakbah) tidak berada pada satu garis lurus. Pada masa itu kondisi batu Sakhrah dibiarkan terbuka dan apa adanya. Dan kaum Yahudi diberikan akses untuk memasuki seluruh komplek bait suci Solomo



Pada era Kekhalifahan Umayyah dilakukan pembangunan dan pemugaran besar-besaran terhadap seluruh komplek bait suci Solomo (komplek Masjidil Aqso). Masjid Qibli yang dulu dibangun oleh Khalifah Umar dibangun ulang (dipugar) dan mihrab Masjid digeser sejauh 40 meter kebarat, sehingga antara batu Sakhrah, Masjid Qibli, dan Kiblat (Kakbah) berada pada satu garis lurus. Sedangkan pada batu Sakhrah dibangun sebuah kubah emas yang kini dikenal sebagai Dome of Rock.

Arsitektur dan mozaix Dome of Rock mengadaptasi dari pola gereja dan Bizantin (Romawi). Proyek pengerjaannya sendiri dipercayakan kepada ahli arsitektur asli penduduk Yerussalem yang beragama islam. Sedangkan proyek ini menghabiskan dana sebanyak 7 kali pemasukan pajak dari Mesir. Kemudian pada era Kekhalifahan Abbasiyah, Dome of Rock kembali dipugar dengan membangun dinding pada tiap sisi bangunan (pada awalnya hanya berupa kubah dengan tiang terbuka)



Pada era perang salib, wilayah Yerussalem berhasil diambil alih oleh pasukan Kristen. Kemudian pasukan salib mendirikan kerajaan Kristen Yerussalem dan menjadikan Masjid Qibli sebagai istananya (markas pasukan salib). Selain itu mereka juga mengubah nama Masjid Qibli dengan nama Istana Kuil Sulaiman dan menjadikan Dome of Rock sebagai gereja yang diberi nama Kuil atau Bait Tuhan. Pasukan Salib percaya bahwa batu Sakhrah adalah tempat Nabi Sulaiman menyembunyikan kitab atau gulungan sihir.

Pada era Kekhalifahan Ayyubiyah, wilayah Yerussalem berhasil direbut kembali oleh Saladin. Seluruh komplek masjidil Aqsa dikembalikan status dan fungsinya seperti semula. Simbol salib pada kubah Dome Of Rock yang dipasang oleh pasukan salib ketika mereka berkuasa diganti menjadi simbol bulan sabit. Selain itu dilakukan berbagai perbaikan dan pembangunan pada komplek masjidil Aqsa, terutama penambahan bangunan pada serambi muka Masjid Qibli.

Pada era Kekhalifahan Usmaniyah, bangunan Dome of Rock kembali disempurnakan. Bagian luar kubah dilapisi ubin sedangkan bagian dalam dilapisi dengan mozaik, tembikar, dan marmer. Proses pengerjaannya sendiri membutuhkan waktu 7 tahun (renovasi bagian luar kubah) dan beberapa abad (renovasi bagian dalam kubah). Selain itu, bagian dalam kubah juga dihiasi dengan kaligrafi Al Quran. Yaitu surah Yasin dan Surat Al Isra yang mengkisahkan peristiwa israj miraj yang dipasang pada sisi atas dinding kubah. Pada era ini juga dibangun monument bernama kubah Nabi, yang merupakan bangunan mandiri yang dibangun disamping Dome of Rock. Pada awal abad 19 Dome of Rock kembali dilakukan renovasi ulang secara massif dibawah pimpinan sultan Mahmud II