Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

bencitimitalyAvatar border
TS
bencitimitaly
Sentuh Rp 14.210/US$, Rupiah di Posisi Terlemah Sejak 2015
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka menguat pada perdagangan hari ini. Namun seiring perjalanan, rupiah justru melemah.

Pada Kamis (24/5/2018), US$ 1 di pasar spot kala pembukaan pasar dibanderol Rp 14.175. Rupiah menguat 0,19% dibandingkan penutupan hari sebelumnya yaitu Rp 14.202/US$.

Namun kemudian apresiasi rupiah berangsur-angsur berkurang dan bahkan berbalik melemah. Pada pukul 08:40 WIB, dolar AS diperdagangkan di Rp 14.210 atau menguat 0,06%. Posisi rupiah tersebut merupakan yang terlemah sejak Oktober 2015.


Sementara mata uang Asia cenderung melemah terhadap dolar AS. Bahkan won Korea Selatan melemah cukup dalam. Namun yen Jepang masih melanjutkan penguatannya, akibat status mata uang ini sebagai aset aman (safe haven).

Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang utama Asia terhadap greenback:

Mata Uang Bid Terakhir Perubahan (%)
Yen Jepang 109,57 +0,45
Yuan China 6,38 +0,05
Won Korsel 1.080,80 -0,42
Dolar Taiwan 29,98 -0,06
Rupee India 68,31 +0,07
Dolar Singapura 1,34 -0,01
Ringgit Malaysia 3,98 -0,13
Peso Filipina 52,54 -0,16
Baht Thailand 32,10 -0,03
Dolar AS masih melanjutkan penguatannya. Dollar Index, yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama, masih menguat 0,1%.

Setelah rilis risalah rapat (minutes of meeting) Federal Open Market Committee/FOMC, dolar AS seolah mendapatkan doping dan kembali menguat. Dalam rapat tersebut, terungkap para pejabat bank sentral AS menilai belum ada potensi overheating dalam perekonomian. Masih belum ada cukup bukti bahwa pasar tenaga kerja sudah pulih sepenuhnya sehingga bisa menimbulkan tekanan inflasi.

Namun, The Federal Reserve/The Fed tetap menegaskan bahwa apabila pemulihan ekonomi AS terus berlangsung maka sudah saatnya untuk menghapus kata 'akomodatif' dalam kebijakan moneter. Artinya, kenaikan suku bunga secara gradual tetap akan ditempuh.

"Dalam waktu dekat, sudah saatnya untuk menaikkan suku bunga apabila data dan informasi mendukung ke arah pemulihan ekonomi," sebut ikhtisar rapat The Fed.

Pernyataan para petinggi The Fed yang akan menghapus kata 'akomodatif' dalam kebijakan moneter membuat pasar semakin yakin akan ada kenaikan suku bunga pada pertemuan Juni mendatang. Menurut Federal Funds Futures, probabilitas kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin mencapai 90%.

Sikap (stance) The Fed yang cenderung hawkish ini membuat dolar AS kembali diburu investor. Memegang dolar AS akan menguntungkan dalam situasi kenaikan suku bunga di negara tersebut, karena nilainya akan naik.

Faktor domestik juga bisa menjadi pemberat rupiah. Biasanya sebulan sebelum Idul Fitri aktivitas perdagangan akan mencapai puncaknya. Jadi, kebutuhan dolar AS memang sedang tinggi-tingginya pada bulan ini sehingga depresiasi rupiah menjadi semakin sulit untuk diredam.

https://bit.ly/2s4arYn

Pilih guyur cadangan devisa atau naikin suku bunga acuan.
Pilih tongpes cadangan devisa atau makin jauh target 7% pertumbuhan ekonomi. Ndase mumet toh. Padanol saja
0
1K
14
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan