- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
#CerpenRamadhan "Berbagi Apa?"


TS
madahashi
#CerpenRamadhan "Berbagi Apa?"

Quote:

"mau berbagi apa?"
Wajah seorang anak laki-laku bingung melihat tingkah laku kakaknya yang sedaritadi tersenyum melihat lalu lalang kendaraan bermotor yang lewat di jalan dharmawangsa kota surabaya.
"Memang sedikit memalukan , tapi dalam berbuat kebaikan kita harus mengesampingkan banyak hal, termasuk rasa malu."
Jelas kakaknya.
Mendengar penjelasan dari kakaknya itu si anak laki-laki itu masih kebingungan.
2 hari sebelumnya....
Hari ini adalah awal bulan ramadhan. Aji dan adiknya gilang sedang sibuk membantu ibunya menyiapkan dagangan untuk dijual menjelang berbuka puasa. Rumahnya yang sederhana namun berada di pinggir jalan protokol menjadikannya tempat yang strategis untuk berjualan di bulan ramadhan maupun di bulan bulan lainnya.
"Entah mengapa semakin lama ramadhan selalu terasa lebih sepi ya bu"
Aji termenung melamun sembari memotong pisang untuk diolah menjadi kolak.
"tak usah kau pikirkan itu nak, semua sudah di gariskan oleh tuhan."
Kondisi keluarga aji memang sedang di dalam permasalahan. Ayahnya yang dulu bekerja di sebuag pabrik kini harus menerima kenyataan pahit pabriknya telah bangkrut. Seharinya ayah aji kini hanya bekerja serabutan dan menjadi driver ojek online. Sang ibu mencoba membantunya dengan berjualan nasi bungkus setiap paginya. Di bulan ramadhan setiap tahun keluarga aji selalu berjualan aneka menu berbuka untuk orang orang.
Selalu ada berkah bagi setiap orang di bulan ramadhan.
"Ramadhan kali ini lebih berat bu dari sebelumnya. Ayah sudah tidak bekerja di pabrik, gilang akan masuk smp tahun ini . Dan aku masuk kuliah. Pengeluaran untuk bulan ini saja sudah banyak, ditambah nanti bulan juni ketika gilang masuk smp."
Aji berkeluh kesah pada ibunya.
"Ji... jangan pernah pernah kamu berfikir bahwa cobaan yang kita hadapi ini sangat berat, apalagi sampai berfikir yang paling berat. Lihat di sekitarmu. Berapa banyak anak yang sudah tidak memiliki orang tua dan hidup di jalanan."
Aji terdiam. Tangannya yang sedari tadi bergerak memotong pisang berhenti.
"Ji.. ingat pesen ibuk, kalo kamu sedang di beri ujian oleh tuhan, lihatlah kebawah. Masih ada yang lebih susah darimu. Kalo kamu lagi diberi rezeki , lihat lah juga kebawah. Ingatlah bahwa kita juga dari bawah ,dan sekiranya bisa membantu orang rezeki kita ini. Maka dahulukan."
" kok lihat kebawah terus sih buk. Kapan lihat ke atasnya "
"Ya kan mending lihat kebawah Ji. Kali aja ada uang seratus ribu dijalanan"
Tawa Aji pecah....
......
"Jadi enggak bagi-baginya kak.. kok ngelamun terus"
Jam menunjukkan pukul setengah lima sore. Aji sedang bersiap siap menunggu ayahnya yang sebentar lagi pulang.
"Lang kamu sudah bawa kantong kresek kan. Kita mau bagi takjil"
Gilang hanya mengangguk kepala sambil masih memikirkan mau kemana kah dia dan kakaknya akan ngabuburit.
"Bagi takjil kok bawa kresek doang"
Sesampainya sang ayah datang. Aji dan gilang langsung berpamitan dengan ayah dan ibunya untuk ngabuburit.
"Kak.."
Tanya gilang di belakang Aji yang fokus menjalankan motornya.
"Jadi kita bakal cari takjil lang. Kita bakalan cari yang banyak pokoknya, makanya kakak suruh gilang bawa kantong kresek besar."
"Serius kak.. wah asik dong... Itu kak di sana ada orang bagi-bagi takjil"
Aji langsung menuju tempat yang ditunjuk oleh Gilang. Setelah mengantri maka diperoleh lah takjil berupa kolak dan kurma dua bungkus.
"Makasih pak..."
Satu demi satu bungkus takjil terkumpul, jalan demi jalan di lewati sembari menunggu waktu berbuka. Jalan di kota surabaya mulai menunjukkan kemacetannya, pertanda jam pulang kantor telah tiba. Motor dan mobil mulai memadati setiap jalan surabaya. Di sudut jalan sekitar balai kota, Aji dan Gilang terjebak kemacetan.
"Kak.. sudah ada 10 bungkus nih"
Beberapa orang memandang kedua adik kakak itu yang membawa kantong kresek besar. Aji mengacuhkannya.
"Lang , coba kamu pilih mana takjil favoritmu"
" yang ini kak , gorengan dan teh puncak harum"
Gilang menunjukkan pada Aji.
Aji menghentikan motornya di pinggir jalan.
"Kamu lihat disana lang , ada ibu penyapu jalanan. Kamu kasihkan takjil kesukaanmu"
"Loh..! Males lah kak !"
Gilang menolak.
"Lang ,ibuk pernah bilang. Kalo kita dapat rezeki , dahulukan membantu orang. Kita keliling jalanan ini bukan untuk cari takjil dan dimakan sendiri. Kita cari takjil selanjutnya kita cari orang yang membutuhkan"
Gilang beranjak dari motor dan memberikan pada ibu penyapu jalanan itu dengan muka marah.
Tampak ibu itu dari kejahuan tersenyum dan berterima Kasih. Gilang kembali dengan muka yang berbeda.
"Kita gak punya uang lang buat bagi bagi takjil, tapi kita punya tenaga buat cari takjil. Kakak pingin bantu orang walaupun kakak sendiri juga kesusahan."
Gilang terdiam.
"Kakak kesini juga bukan gak ada tujuan. Banyak orang yang bagi- bagi takjil hanya di jalan jalan utama. Mereka yang ada di sudut-sudut kota terkadang terabaikan. Jarang ada orang yang berbagi kesini. Makanya kakak mau cari-cari takjil trus dibagiin lagi"
Kumandang adzan magrib tak terasa memanggil. Aji dan Gilang bergegas pulang menuju rumah.
"Ibuk kira ngabuburit cari takjil"
Tanya ibu sesampainya Aji dan Gilang di rumah.
"Cari takjil buk.. tapi udah dibagiin hehehe"
Gilang tertawa kecil.
Sang ibu hanya kebingungan.
....
Kegiatan itu Aku dan Kakakku lakukan setiap kali kami libur sekolah dan ketika ayah pulang kerja selama ramadhan.
Tak terasa kumandang takbir mulai menggema di langit-langit kota surabaya. Pawai dan arak-arak mulai terlihat di kampung-kampung. Kembang api dan mercon mulai bersahut-sahutan tanpa henti. Hari kemenangan hampir tiba. Kami sekeluarga bersuka cita dan berduka.
.....
Aku terdiam di depan makam kakakku. Angin sore membuyarkan lamunanku. Al fatihah aku bacakan sebelum meninggalkannya. Aku segera beranjak dari makam dan kembali ke parkiran.
"20 tahun yang lalu kakak yang mengajarkan aku hal ini. Berbagi tanpa harus menunggu. Namun kita yang harus mencari."
Sesampainya di rumah aku disambut oleh anak dan istriku yang sudah siap siap untuk ngabuburit.
"Mau berbagi apa?"
Tanya jagoan kecilku menghampiriku yang baru beranjak dari sepeda motor.
Aku hanya teraenyum kecil dan menahan air mata.

Refrensi gambar : google


anasabila memberi reputasi
1
805
Kutip
2
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan