Kaskus

Entertainment

pog94Avatar border
TS
pog94
High Cost Politic Versi Udin Dan Ujang
High Cost Politic Versi Udin Dan Ujang

High Cost Politic Versi Udin Dan Ujang
source: merdeka.com


Warung Kopi Berkah Dunia Akhirat yang terletak di pinggir jalan ramai menjadi tempat ngopi favorit udin dan Ujang. Biasalah pengangguran mah bebas mau nongkrong di mana aja. Sambil minum kopi hitam Udin menceritakan mimpinya kepada Ujang.

"Jang, saya punya mimpi mau maju jadi calon bupati ah"
"Tapi, dari temen saya yang udah pengalaman di dunia per-politikan katanya kalau mau nyalonharus punya duit banyak" lanjut Udin

"Kan emang begitu dari dulu juga Din" Jawab Ujang

Udin mengutarakan pendapatnya ongkos politik yang besar. Inti nya Udin menyalahkan kenapa ongkos politik bisa begitu besar.

"Kenapa kamu bisa mikir kalau ongkos politik yang besar itu suatu kesalahan?" Tanya Ujang disela-sela ocehan Udin

"Ya jelas salah! Kerja 5 tahun dengan gaji yang cukup, tentu belum bisa mengembalikan kerugian yang dikeluarkan"

"Eladalah, sampeyan nyalon niat awalnya apa? Memperkaya diri atau mensejahterakan masyarakat?"
"Lagian sebelum nyalon harusnya liat-liat dulu kondisi keuangan sampeyan seperti apa. Kalau sudah minus ya jangan maksain, nanti tambah minus. Ujungnya Rumah Sakit Jiwa nambah penghuninya, bahkan tiang-tiang listrik dan pohon-pohon tinggi bisa menjadi pembunuh." Jelas Ujang mencoba membuat Udin mengerti

"Ya...." Udin mencoba menjawab pendapat Ujang tapi Ujang kembali melanjutkan omongan nya

"Yang kaya saja masih minta ganti rugi, sampeyan yang makan aja asal kenyang ngapain pake ikut-ikutan segala?"

"Ya kamu liat aja Jang, orang-orang politik mah banyak duitnya" Jawab Udin kesal

"Ongkos besar yang dikeluarkan seorang politikus demi kursi yang sampeyan inginkan merupakan hal yang wajar karena yang sampeyan kejar ini kursi milik rakyat. Misal sampeyan ingin jadi Bupati atau walikota, tapi protes karena biayanya terlalu besar. Ingat yang sampeyan kejar itu posisi pemimpin rakyat. Coba hitung ada berapa jumlah penduduk di kabupaten ini?"
"Sampeyan mau memperkenalkan diri bagaimana? Gak semua orang tahu sampeyan itu siapa. Tiba-tiba sampeyan maju jadi calon pemimpin mereka. Silahkan aja sih toh negara juga gak melarang, cumaaa yang mau milih sampeyan siapa? Cik Mikil"

Akhirnya Udin menghentikan mimpinya untuk menjadi Bupati, biarlah dia menjadi pengangguran seperti ini.

Sebelum mereka berdua pulang, Ujang menunjukan satu artikel dari media daring lewat ponselnya pada Ujang.

Di artikel itu, Direktur Eksekutif Perludem Titi Anggraini mengkritik wacana yang diajukan Tommy Soeharto soal pemilihan Presiden dikembalikan menjadi lewat MPR seperti dulu.

"Nih Din dengerin ya"
"Kalau argumen itu (supaya tidak keluar banyak biaya), jangan-jangan ujung-ujungnya tidak perlu ada pemilu di Indonesia. Kalau ditanya lagi soal uang banyak, jangan-jangan kemudian tidak perlu ada pergantian kekuasaan karena memerlukan dana"

"legitimasi antara pemilihan langsung (dipilih) rakyat dengan pemilihan oleh MPR kan berbeda kualitasnya. Jadi pilpres langsung membuat legitimasi presiden sangat kuat. Dan lebih dari itu, di sanalah kedaulatan rakyat menemukan esensi sejatinya, di mana rakyat bisa menentukan siapa yang akan jadi presiden dan akan memimpin dirinya sebagai kepala negara maupun kepala pemerintahannya"

Udin pun pergi begitu saja meninggalkan Ujang sendirian yang berteriak memanggil namanya karena dia belum membayar kopi miliknya.

Quote:


Spoiler for sumber:
0
791
2
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan