- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
[#CerpenReligi] Semangkuk Kolak dan Manisnya Kenangan


TS
kaniarf
[#CerpenReligi] Semangkuk Kolak dan Manisnya Kenangan
![[#CerpenReligi] Semangkuk Kolak dan Manisnya Kenangan](https://s.kaskus.id/images/2018/05/14/4176847_20180514101915.jpg)
Spoiler for Backsong:

Quote:
TIIN !!! TIIIIIN !!!
Suara klakson yang bersumber dari berbagai kendaraan saling bersautan seakan memecahkan gendang telinga. Aku tau semua orang ingin cepat sampai ke rumah masing-masing. Bagaimana tidak, saat ini waktu menunjukkan pukul 17.05, yang artinya sekitar 40 menit lagi adalah waktu berbuka wilayah DKI Jakarta. Namun sepertinya manusia-manusia ini harus menelan rasa kecewa karena mustahil di tengah kemacetan seperti ini mereka akan tiba di rumah tepat waktu.
Bagaimana denganku? Ah aku tak peduli, aku masih duduk santai dalam metromini. Berbuka dimana pun tak masalah, toh aku tinggal di kos-kosan seorang diri sementara keluargaku ada di kota lain. Saat ini yang ada dalam pikiranku bukanlah bagaimana cara untuk sampai pulang ke rumah secepatnya, namun aku memikirkan akan membeli takjil apa karena dapat dipastikan aku akan berbuka di kendaraan umum ini.
![[#CerpenReligi] Semangkuk Kolak dan Manisnya Kenangan](https://dl.kaskus.id/infonawacita.com/wp-content/uploads/2017/02/macet-696x465.jpg)
“Woi macet nih! Mau lu klakson keras-keras juga kaga bakal jalan.” Sopir metromini yang kutumpangi mengeluarkan kepalanya dari jendela dan memaki kendaraan pribadi yang terus menerus membunyikan klakson.
“Sabar bang, puasa. Biasa orang kaya gitu mah.”Kondektur mencoba menenangkan.
“Iye, bikin puyeng pala orang laen. Kaga pada mikir ape ye? Dah tau macet gini, terbang aje gitu kek kalo mau cepet.” Si sopir menggaruk-garuk kepalanya.
Aku masih mendengar percakapan kondektur dan sang sopir berlanjut tapi tak aku pedulikan, kupasang earphone di telinga dan menyetel koleksi lagu di MP3 smarthphone-ku, berharap dengan cara ini pekikan klakson dapat sedikit teredam dengan musik. Aku menatap keluar jendela, sepertinya aku tau penyebab kemacetan ini. Banyak sekali penjual takjil dadakan di pinggir jalan dan banyak pula pembeli yang mengerubungi para penjual takjil itu. Ya, pasar tumpah takjil dadakan memang biasa ke luar di sore hari seperti saat ini.
Suara klakson yang bersumber dari berbagai kendaraan saling bersautan seakan memecahkan gendang telinga. Aku tau semua orang ingin cepat sampai ke rumah masing-masing. Bagaimana tidak, saat ini waktu menunjukkan pukul 17.05, yang artinya sekitar 40 menit lagi adalah waktu berbuka wilayah DKI Jakarta. Namun sepertinya manusia-manusia ini harus menelan rasa kecewa karena mustahil di tengah kemacetan seperti ini mereka akan tiba di rumah tepat waktu.
Bagaimana denganku? Ah aku tak peduli, aku masih duduk santai dalam metromini. Berbuka dimana pun tak masalah, toh aku tinggal di kos-kosan seorang diri sementara keluargaku ada di kota lain. Saat ini yang ada dalam pikiranku bukanlah bagaimana cara untuk sampai pulang ke rumah secepatnya, namun aku memikirkan akan membeli takjil apa karena dapat dipastikan aku akan berbuka di kendaraan umum ini.
![[#CerpenReligi] Semangkuk Kolak dan Manisnya Kenangan](https://dl.kaskus.id/infonawacita.com/wp-content/uploads/2017/02/macet-696x465.jpg)
“Woi macet nih! Mau lu klakson keras-keras juga kaga bakal jalan.” Sopir metromini yang kutumpangi mengeluarkan kepalanya dari jendela dan memaki kendaraan pribadi yang terus menerus membunyikan klakson.
“Sabar bang, puasa. Biasa orang kaya gitu mah.”Kondektur mencoba menenangkan.
“Iye, bikin puyeng pala orang laen. Kaga pada mikir ape ye? Dah tau macet gini, terbang aje gitu kek kalo mau cepet.” Si sopir menggaruk-garuk kepalanya.
Aku masih mendengar percakapan kondektur dan sang sopir berlanjut tapi tak aku pedulikan, kupasang earphone di telinga dan menyetel koleksi lagu di MP3 smarthphone-ku, berharap dengan cara ini pekikan klakson dapat sedikit teredam dengan musik. Aku menatap keluar jendela, sepertinya aku tau penyebab kemacetan ini. Banyak sekali penjual takjil dadakan di pinggir jalan dan banyak pula pembeli yang mengerubungi para penjual takjil itu. Ya, pasar tumpah takjil dadakan memang biasa ke luar di sore hari seperti saat ini.
Quote:
Sambil mendengar alunan lagu dari smarthphone, diam-diam aku mengamati setiap dagangan takjil yang ada di pinggir jalan. Kebetulan metromini yang aku tumpangi mengambil jalur paling kiri, sehingga posisiku lebih dekat dengan para pedagang itu. Mereka sepertinya juga tahu bahwa kami, penumpang di metromini butuh takjil untuk berbuka di perjalanan. Beberapa dari mereka menghampiri sambil menawarkan dagangannya dari jendela metromini yang berjalan sangat amat pelan.
![[#CerpenReligi] Semangkuk Kolak dan Manisnya Kenangan](https://dl.kaskus.id/img.okezone.com/content/2017/06/14/481/1715657/ramadan-fit-berburu-takjil-hati-hati-beli-gorengan-di-pinggir-jalan-2ZoI35iMDN.jpg)
“Mbak gorengan mbak.”Seorang bapak paruh baya menawarkan gorengan yang telah dibungkus padaku.
“Apa aja itu pak isinya?” Aku tertarik ingin membeli
“Ada lontong, bakwan sama tahu mbak. Lima ribu aja nih mbak, mau?” Si bapak sudah menyodorkan bungkusan itu padaku.
“Boleh pak, satu aja.” Aku memberikan selembar uang lima ribuan dan mengambil bungkusan gorengan itu dari tangan si bapak.
![[#CerpenReligi] Semangkuk Kolak dan Manisnya Kenangan](https://dl.kaskus.id/img.okezone.com/content/2017/06/14/481/1715657/ramadan-fit-berburu-takjil-hati-hati-beli-gorengan-di-pinggir-jalan-2ZoI35iMDN.jpg)
“Mbak gorengan mbak.”Seorang bapak paruh baya menawarkan gorengan yang telah dibungkus padaku.
“Apa aja itu pak isinya?” Aku tertarik ingin membeli
“Ada lontong, bakwan sama tahu mbak. Lima ribu aja nih mbak, mau?” Si bapak sudah menyodorkan bungkusan itu padaku.
“Boleh pak, satu aja.” Aku memberikan selembar uang lima ribuan dan mengambil bungkusan gorengan itu dari tangan si bapak.
Quote:
Kemudian metromini berjalan sedikit lagi. Aku masih mencari penjual minuman. Sebenarnya ada banyak penjual takjil minuman manis, tapi berhubung aku tak terlalu suka yang manis-manis, jadi kuputuskan untuk membeli air mineral saja. Tepat ketika aku memikirkannya, seorang pedagang minuman masuk ke metromini. Banyak penumpang membeli macam-macam minuman teh dingin, aku yang duduk agak di tengah menanti pedagang itu menghampiri dan berharap masih tersisa sebotol air mineral untukku beli.
![[#CerpenReligi] Semangkuk Kolak dan Manisnya Kenangan](https://dl.kaskus.id/3.bp.blogspot.com/-8TnalYDrY1Y/T5--193vKII/AAAAAAAABBo/v6jrbeI3wy0/s1600/IMG02943-20120215-1648.jpg)
“Bang air mineralnya masih ada?” Aku bertanya padanya karena kulihat ember dagangannya mulai kosong.
“Wah ada nih mbak tinggal dua. Tapi tehnya abis.”Si abang memperlihatkan ember dagangannya
“Gak apa-apa bang, saya gak suka teh. Beli satu aja ya bang, berapa?” Aku mengambil sebotol air mineral sambil bertanya harganya.
“Empat ribuan mbak.” Aku pun mengambil uang pas dan memberikannya pada pedagang minuman itu.
![[#CerpenReligi] Semangkuk Kolak dan Manisnya Kenangan](https://dl.kaskus.id/3.bp.blogspot.com/-8TnalYDrY1Y/T5--193vKII/AAAAAAAABBo/v6jrbeI3wy0/s1600/IMG02943-20120215-1648.jpg)
“Bang air mineralnya masih ada?” Aku bertanya padanya karena kulihat ember dagangannya mulai kosong.
“Wah ada nih mbak tinggal dua. Tapi tehnya abis.”Si abang memperlihatkan ember dagangannya
“Gak apa-apa bang, saya gak suka teh. Beli satu aja ya bang, berapa?” Aku mengambil sebotol air mineral sambil bertanya harganya.
“Empat ribuan mbak.” Aku pun mengambil uang pas dan memberikannya pada pedagang minuman itu.
Quote:
Lengkap sudah bukaanku. Ah ya, aku memang tak suka makanan manis tapi bukankah berbuka harus ada sesuatu yang manis? Tenang, aku sudah mengantongi beberapa bungkus permen. Bagiku permen-permen ini sudah cukup. Aku merapikan semua makanan yang telah kubeli dan kembali menatap ke luar jendela.
“Mbak, kolaknya mbak buat bukaan.”Seorang nenek menjajakan dagangan kolaknya padaku.
“Wah saya sudah beli gorengan nek.” Aku menolaknya dengan sopan.
“Yang manisnya kan belum. Enak loh kolak biji salak buatan nenek.” Sang nenek masih berusaha menawarkan dagangannya.
![[#CerpenReligi] Semangkuk Kolak dan Manisnya Kenangan](https://s.kaskus.id/images/2018/05/21/9941673_20180521104729.jpg)
Mendengar kalimat nenek itu aku merasakan sesuatu yang aneh dalam hatiku. Bukan, aku tidak kesal. Toh nenek itu hanya berusaha menarik minat pembeli, bukannya memaksaku. Hanya saja aku merasa seperti dejavu dengan kalimatnya. Seketika anganku kembali ke Ramadhan beberapa tahun silam, tepatnya 6 tahun lalu. Ingatan itulah yang menggerakkan hatiku membeli dagangan sang nenek.
“Boleh deh nek satu aja. Berapa?” Aku bertanya sambil tanganku sibuk merogoh saku blazerku.
“Lima ribu aja nak.”Nenek itu menyodorkan segelas plastik kolak dan kutukarkan dengan selembar uang sepuluh ribuan.
“Gak usah kembali nek, buat nenek aja.” Kataku sambil tersenyum.
“Wah terimakasih nak, semoga rezekinya dilipatgandakan.” Sang nenek tampak sangat senang dengan uang yang tak seberapa untukku itu.
“Aamiin, sehat terus ya nek.”
Setelah pertemuanku dengan nenek, adzan magrib kemudian berkumandang. Aku hanya berbuka dengan gorengan dan air mineral saja, kemudian mengemut permen mint yang kusimpan dalam saku. Sementara kolak dari nenek penjual tadi belum kumakan. Aku berencana memakannya saat tiba di kosan nanti.
“Mbak, kolaknya mbak buat bukaan.”Seorang nenek menjajakan dagangan kolaknya padaku.
“Wah saya sudah beli gorengan nek.” Aku menolaknya dengan sopan.
“Yang manisnya kan belum. Enak loh kolak biji salak buatan nenek.” Sang nenek masih berusaha menawarkan dagangannya.
![[#CerpenReligi] Semangkuk Kolak dan Manisnya Kenangan](https://s.kaskus.id/images/2018/05/21/9941673_20180521104729.jpg)
Mendengar kalimat nenek itu aku merasakan sesuatu yang aneh dalam hatiku. Bukan, aku tidak kesal. Toh nenek itu hanya berusaha menarik minat pembeli, bukannya memaksaku. Hanya saja aku merasa seperti dejavu dengan kalimatnya. Seketika anganku kembali ke Ramadhan beberapa tahun silam, tepatnya 6 tahun lalu. Ingatan itulah yang menggerakkan hatiku membeli dagangan sang nenek.
“Boleh deh nek satu aja. Berapa?” Aku bertanya sambil tanganku sibuk merogoh saku blazerku.
“Lima ribu aja nak.”Nenek itu menyodorkan segelas plastik kolak dan kutukarkan dengan selembar uang sepuluh ribuan.
“Gak usah kembali nek, buat nenek aja.” Kataku sambil tersenyum.
“Wah terimakasih nak, semoga rezekinya dilipatgandakan.” Sang nenek tampak sangat senang dengan uang yang tak seberapa untukku itu.
“Aamiin, sehat terus ya nek.”
Setelah pertemuanku dengan nenek, adzan magrib kemudian berkumandang. Aku hanya berbuka dengan gorengan dan air mineral saja, kemudian mengemut permen mint yang kusimpan dalam saku. Sementara kolak dari nenek penjual tadi belum kumakan. Aku berencana memakannya saat tiba di kosan nanti.
*****
Quote:
Quote:
“Nduk, sudah buka puasa?”Nenek bertanya padaku yang saat itu baru saja pulang kuliah
“Sudah nek, makan gorengan, beli di jalan.” Aku menjawab seraya mencium tangan nenek.
“Cuma gorengan? Itu nenek masak kolak biji salak. Sudah nenek siapkan di mangkuk.”
“Iya nek, nanti. Aku mau sholat maghrib dulu.”
“Iya, nanti habis sholat di makan kolaknya ya. Kolak biji salak buatan nenek enak loh.”
“Sudah nek, makan gorengan, beli di jalan.” Aku menjawab seraya mencium tangan nenek.
“Cuma gorengan? Itu nenek masak kolak biji salak. Sudah nenek siapkan di mangkuk.”
“Iya nek, nanti. Aku mau sholat maghrib dulu.”
“Iya, nanti habis sholat di makan kolaknya ya. Kolak biji salak buatan nenek enak loh.”
Saat itu aku hanya tersenyum kemudian meninggalkan nenek untuk segera sholat maghrib. Tapi setelah sholat aku tak memakan kolak buatannya karena aku sibuk mengerjakan tugas kuliah dan kemudian jatuh tertidur karena kelelahan. Sejujurnya saat itu aku memang menghindari kolak buatan nenek karena aku tak suka makanan manis. Aku malah bersyukur tak jadi memakannya.
Namun saat ini aku menyesal, aku tak tahu kalau itu adalah kesempatan terakhirku untuk mencicipi kolak buatan nenekku. Beberapa hari kemudian nenek jatuh sakit dan kemudian koma beberapa saat lamanya sebelum akhirnya beliau meninggal dunia di rumah sakit. Aku amat sangat menyesal telah banyak mengecewakan nenek, terutama soal kolak itu.
Quote:
Pertemuan antara aku dan nenek penjual kolak di pinggir jalan tadi seolah Allah sedang menyuruhku untuk mengingat kembali nenek yang sudah pergi mendahului. Sesampainya di kosan aku segera mengambil air wudhu, sholat maghrib dan mengirim do’a untuk nenek. Aku harap nenek mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah.
Selepas sholat dan berdo'a aku memutuskan untuk memakan kolak yang kubeli tadi. Kutuangkan dengan hati-hati ke dalam mangkuk. Beberapa saat aku tak menyentuh kolak itu, hanya kupandangi dan tanpa terasa air mata mengalir di pipiku. Seketika aku teringat dengan senyum nenek yang menyambutku sepulang kuliah dahulu dan menawarkanku makan kolak buatannya.
![[#CerpenReligi] Semangkuk Kolak dan Manisnya Kenangan](https://s.kaskus.id/images/2018/05/21/9941673_20180521105334.jpg)
“Nek maafkan cucumu yang satu ini. Anggaplah saat ini aku tengah menebus kesalahanku dahulu yang tak pernah menyentuh kolak buatanmu.”Kataku dalam hati dan memakan semangkuk kolak itu dengan lahap seraya membayangkan nenek tersenyum melihatku memakan kolak ini sambil mengelus kepalaku.
Selepas sholat dan berdo'a aku memutuskan untuk memakan kolak yang kubeli tadi. Kutuangkan dengan hati-hati ke dalam mangkuk. Beberapa saat aku tak menyentuh kolak itu, hanya kupandangi dan tanpa terasa air mata mengalir di pipiku. Seketika aku teringat dengan senyum nenek yang menyambutku sepulang kuliah dahulu dan menawarkanku makan kolak buatannya.
![[#CerpenReligi] Semangkuk Kolak dan Manisnya Kenangan](https://s.kaskus.id/images/2018/05/21/9941673_20180521105334.jpg)
“Nek maafkan cucumu yang satu ini. Anggaplah saat ini aku tengah menebus kesalahanku dahulu yang tak pernah menyentuh kolak buatanmu.”Kataku dalam hati dan memakan semangkuk kolak itu dengan lahap seraya membayangkan nenek tersenyum melihatku memakan kolak ini sambil mengelus kepalaku.
“Kita tak akan pernah tau berapa lama kehidupan seseorang akan berlangsung. Jadi, sebelum salah satu diantara kita pergi mendahului, berusahalah menjadi yang terbaik baginya dan buat kenangan manis sebanyak-banyaknya.”
Created by kaniarf
Sumber video: Youtube.com/ YirumaVEVO
Diubah oleh kaniarf 27-05-2018 08:15


anasabila memberi reputasi
1
2.4K
Kutip
23
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan