- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Total Setop Proyek Gas Rp 28 Triliun di Iran


TS
tai.lencong
Total Setop Proyek Gas Rp 28 Triliun di Iran
Jakarta- Raksasa migas Prancis, Total, menghentikan proyek gas di Iran senilai US$ 2 miliar (Rp 28 triliun).
Proyek di lapangan South Pars tersebut dihentikan supaya tidak terkena sanksi dari Amerika Serikat (AS)."Kami harus menutup semua operasi di sana sebelum 4 November tahun ini," kata Total dalam keterangan tertulis yang dikutip CNN, Kamis (17/5/2018).
Proyek tersebut disepakati akhir 2016 lalu. Total akan menjadi operator Blok South Pars dengan kepemilikan 50,1%. Sisanya dipegang oleh BUMN China, CNPC, dan Petropars dari Iran.
Langkah yang diambil Total ini menyusul kebijakan Presiden AS Donald Trump yang menarik diri dari kesepakatan soal nuklir di 2015 lalu menyiapkan sejumlah sanksi.
Kesepakatan nuklir itu disepakati oleh Presiden AS sebelumnya, Barack Obama , yang meminta Iran membatasi program nuklirnya supaya bisa mengurangi sanksi negara-negara Barat.
Atas kesepakatan itu juga Iran akhirnya bisa menggenjot ekspor minyak, dan negara-negara Barat bisa kembali berdagang dengan negara di Timur Tengah itu.
Jerman, Prancis, dan Inggris saat ini masih menghormati kesepakatan nuklir 2015 tersebut. Mereka masih menjaga kerja sama ekonomi di berbagai sektor dengan Iran.
Sayangnya, tidak semua perusahaan Eropa berani mengambil risiko ini dengan terus beroperasi di Iran.
Contoh lain, CEO Siemens Joe Kaeser pekan lalu mengatakan perusahaannya mungkin tidak bisa berdagang lagi di Iran setelah adanya keputusan Trump.Perusahaan yang terkena sanksi Trump nanti bisa diputus hubungannya dengan sistem finansial AS, ditambah beberapa denda.
Sebanyak 90% pendanaan untuk proyek-proyek Total didapat dari pinjaman bank-bank AS. Sehingga Total tidak mau mengambil risiko.
https://m.detik.com/finance/energi/d...0%2C7032691055
haha. poor France..
Airbus nunggu giliran
trump emang anti mainstream ..
Proyek di lapangan South Pars tersebut dihentikan supaya tidak terkena sanksi dari Amerika Serikat (AS)."Kami harus menutup semua operasi di sana sebelum 4 November tahun ini," kata Total dalam keterangan tertulis yang dikutip CNN, Kamis (17/5/2018).
Proyek tersebut disepakati akhir 2016 lalu. Total akan menjadi operator Blok South Pars dengan kepemilikan 50,1%. Sisanya dipegang oleh BUMN China, CNPC, dan Petropars dari Iran.
Langkah yang diambil Total ini menyusul kebijakan Presiden AS Donald Trump yang menarik diri dari kesepakatan soal nuklir di 2015 lalu menyiapkan sejumlah sanksi.
Kesepakatan nuklir itu disepakati oleh Presiden AS sebelumnya, Barack Obama , yang meminta Iran membatasi program nuklirnya supaya bisa mengurangi sanksi negara-negara Barat.
Atas kesepakatan itu juga Iran akhirnya bisa menggenjot ekspor minyak, dan negara-negara Barat bisa kembali berdagang dengan negara di Timur Tengah itu.
Jerman, Prancis, dan Inggris saat ini masih menghormati kesepakatan nuklir 2015 tersebut. Mereka masih menjaga kerja sama ekonomi di berbagai sektor dengan Iran.
Sayangnya, tidak semua perusahaan Eropa berani mengambil risiko ini dengan terus beroperasi di Iran.
Contoh lain, CEO Siemens Joe Kaeser pekan lalu mengatakan perusahaannya mungkin tidak bisa berdagang lagi di Iran setelah adanya keputusan Trump.Perusahaan yang terkena sanksi Trump nanti bisa diputus hubungannya dengan sistem finansial AS, ditambah beberapa denda.
Sebanyak 90% pendanaan untuk proyek-proyek Total didapat dari pinjaman bank-bank AS. Sehingga Total tidak mau mengambil risiko.
https://m.detik.com/finance/energi/d...0%2C7032691055
haha. poor France..
Airbus nunggu giliran
trump emang anti mainstream ..
Diubah oleh tai.lencong 18-05-2018 00:16




anasabila dan sebelahblog memberi reputasi
2
1.1K
11


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan