- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Maafkan Kami, Pak Haji Aceng...


TS
davinof
Maafkan Kami, Pak Haji Aceng...

Quote:

Quote:
"Dia pikir kampung ini punya Haji Aceng, apa?!"
"Memangnya jalan ini punya bapak moyangnya?!"
"Memangnya jalan ini punya bapak moyangnya?!"
Sebagaimana umumnya tradisi membangunkan sahur di daerah lain. Di kampung kami juga tradisi itu senantiasa ada dan terpelihara hingga saat ini.
Sebagai sebuah kebiasaan turun temurun. Tradisi membangunkan sahur di kampung kami boleh dibilang cukup meriah. Anak anak muda dengan berbagai "alat tempurnya" selalu siap meramaikan acara bangun sahur.
Kegiatan rutin "Ngahudangkeun Sahur" ini biasanya dimulai dari pukul 2.30 sampai dengan pukul 3.30 pagi (1 jam sebelum waktu imsyak).
Ada 2 hingga 3 kelompok yang akan berputar keliling kampung. 1 kelompok biasanya terdiri dari 5 hingga 10 orang.
Masing masing kelompok membawa berbagai alat untuk membangunkan warga. Dari mulai bedug, drum oli, rebana, gitar, botol, panci bekas, hingga kaleng rombeng pun ada......
Untuk memeriahkan bulan ramadhan, setiap seminggu sekali. Di kampung kami juga biasanya diadakan "Festival Sahur".
Acara ini sebetulnya sekedar buat seru seruan saja. Tak ada hadiah apapun apalagi dapat uang atau piala.
Quote:
Gang Haji Aceng

Gang Haji Aceng
Di kampung kami, ada sebuah jalan kecil seperti gang. Jalan tersebut biasa disebut oleh warga sekitar dengan nama 'gang Haji Aceng'.
Haji Aceng adalah nama salah satu warga di kampung kami. Meski beliau dan keluarganya dianggap kurang bermasyarakat. Namun sebetulnya beliau adalah orang yang baik.......
Tapi di mata "pasukan tukang ngahudangkeun sahur". Pak haji Aceng ini dikenal sebagai "musuh bebuyutan" abadi.
Karena dari sejak dulu, setiap datang bulan Ramadhan. Haji Aceng dianggap sebagai momok yang menakutkan bagi anak anak dan remaja di kampung kami.
Bagaimana tidak? Setiap kali kami lewat rumahnya untuk membangunkan sahur. Pak haji selalu marah marah gak jelas.
Bahkan dia juga tak segan untuk melempar batu atau sandal.
Menyiram air comberan, hingga mengejar ngejar kami mirip orang kesetanan......
Kami tukang membangunkan sahur dianggap sebagai biang kerok. Suara kentongan dan beragam alat musik lainnya dianggap mengganggu acara tidurnya.....
Awalnya kami cuek cuek saja.....kami pikir toh ini bulan puasa. Lagipula acara membangunkan sahur ini adalah tradisi yang sudah ada sejak lama. Tak ada yang merasa terganggu kecuali cuma pak haji saja......
Tapi lama lama prilaku pak haji ini dirasa semakin menjengkelkan. Karena setiap kami lewat gang rumahnya, kami selalu dimarahi bahkan disiram air comberan....
"Woi sia baik! Teu ngarti aing keur molor hah?"
"Peuting peuting gararandeng...Di baledogan sia ku aing!"
"Malabur sia kabeh!". Ancam haji Aceng kepada kami.


Gang Haji Aceng
Di kampung kami, ada sebuah jalan kecil seperti gang. Jalan tersebut biasa disebut oleh warga sekitar dengan nama 'gang Haji Aceng'.
Haji Aceng adalah nama salah satu warga di kampung kami. Meski beliau dan keluarganya dianggap kurang bermasyarakat. Namun sebetulnya beliau adalah orang yang baik.......
Tapi di mata "pasukan tukang ngahudangkeun sahur". Pak haji Aceng ini dikenal sebagai "musuh bebuyutan" abadi.
Karena dari sejak dulu, setiap datang bulan Ramadhan. Haji Aceng dianggap sebagai momok yang menakutkan bagi anak anak dan remaja di kampung kami.
Bagaimana tidak? Setiap kali kami lewat rumahnya untuk membangunkan sahur. Pak haji selalu marah marah gak jelas.
Bahkan dia juga tak segan untuk melempar batu atau sandal.
Menyiram air comberan, hingga mengejar ngejar kami mirip orang kesetanan......
Kami tukang membangunkan sahur dianggap sebagai biang kerok. Suara kentongan dan beragam alat musik lainnya dianggap mengganggu acara tidurnya.....
Awalnya kami cuek cuek saja.....kami pikir toh ini bulan puasa. Lagipula acara membangunkan sahur ini adalah tradisi yang sudah ada sejak lama. Tak ada yang merasa terganggu kecuali cuma pak haji saja......
Tapi lama lama prilaku pak haji ini dirasa semakin menjengkelkan. Karena setiap kami lewat gang rumahnya, kami selalu dimarahi bahkan disiram air comberan....
"Woi sia baik! Teu ngarti aing keur molor hah?"
"Peuting peuting gararandeng...Di baledogan sia ku aing!"
"Malabur sia kabeh!". Ancam haji Aceng kepada kami.

Quote:
Genderang Perang Kaleng Rombeng

Di kampung kami, rasanya cuma Haji Aceng satu satunya orang yang tidak suka dibangunkan sahur oleh anak anak muda kampung. Malah tetangga di sekitar rumahnya turut tak habis pikir. Kenapa haji Aceng selalu sewot dan marah marah....
Hingga pada satu ketika, seluruh anak muda di kampung kami pun mulai merasa jengkel. Mereka sepakat untuk iseng menganggu pak haji Aceng.
"Dia pikir kampung ini punya haji Aceng, apa?!"
"Memangnya jalan ini punya bapak moyangnya?!"
"Ini bulan Ramadhan! Ini tradisi 7 turunan setiap bulan puasa! Masa bangunin sahur aja gak boleh. Pokoknya besok malam kita serang rumahnya rame rame!" Seru mereka.
Hingga akhirnya di setiap malam bulan ramadhan. belasan anak anak tukang bangunin sahur akan lewat dan berkumpul di jalan haji Aceng. Mereka dengan sengaja memukul sekeras kerasnya benda apapun. Dari bedug, botol, panci, hingga kaleng rombeng.
Tak cuma itu, beberapa anak anak lainnya ada yang melempari tembok dan pintu rumah pak Haji dengan telur dan tomat busuk.
Dan hasilnya? Pak Haji Aceng muncul sambil marah marah. Tapi mereka malah sengaja terus menabuh sambil nyanyi dan joget joget.....:goyang
Haji Aceng semakin murka, dia mulai melempar kami dengan sandal lalu mengejar kami.
Melihat beliau ngamuk, kami semua lari pontang panting menyelamatkan diri. Dan setelah dianggap aman, kami kembali ke rumahnya untuk mengganggunya lagi......Begitu terus hingga waktu Imsyak tiba.
Lagi lagi Haji Aceng mengejar kami sambil membawa seember air comberan. Hingga salah satu teman kami ada yang terjatuh lalu disiramnya dengan air comberan. Byuuuur....
Kondisi tersebut akhirnya dijadikan semacam permainan mirip seperti film kartun Tom and Jerry. Anak anak kecil dan remaja di kampung kami malah semakin suka untuk terus mengganggu beliau.
Kejadian tersebut terus berlangsung hingga beberapa tahun di setiap malam bulan ramadhan. Sampai satu ketika di malam takbiran tahun 2007.
Salah satu tetangga Haji Aceng menemui kami. Saat itu ia memberikan sebuah amplop. Dan ketika kami buka ternyata isinya adalah uang sebesar 2.5 juta dan selembar surat.
Berikut isi surat tersebut :
"Kanggo barudak kampung sadayana. Sim kuring nuhunkeun dihapunten lahir bathin.
Bilih aya kalepatan atanapi prilaku anu kirang sae. Rumaos sim kuring sok nyarekan ka barudak. Oge sok maledog tur ngabanjur ku cikomberan.
Teu aya maksad hewa atanapi kumaha, mung wae sim kuring sok rada lieur upami ngadangu suara nu gararandeng. Maklum tos sepuh......
Ieu aya sakedik artos kanggo barudak nu sok ngagugahkeun sahur. Mugia katampi kanggo ngopi atanapi meser naon wae".
Translate :
"Kepada anak anak kampung semuanya, saya mohon maaf lahir dan bathin.
Jika ada kesalahan atau prilaku saya yang kurang baik. Saya merasa suka marah marah, juga suka melempar atau menyiram air comberan.
Tidak ada maksud benci atau apapun, cuma saja saya suka merasa pusing jika mendengar suara suara berisik. Maklum sudah tua....
Ini ada sedikit uang untuk anak anak yang suka membangunkan sahur. Semoga bisa diterima untuk sekedar beli kopi atau apapun".
Setelah membaca surat dari Haji Aceng tersebut. Kami semua terdiam tak bicara apa apa......
Tiba tiba salah satu teman kami bertanya :
"Bu, memangnya pak Haji kemana?"
"Kenapa bukan pak Haji sendiri yang memberikan surat dan uang ini?"tanya teman kami kepada ibu tetangga Haji Aceng tersebut.
"Saya kurang tahu, tadi sore pak Haji cuma menitipkan amplop ini untuk diberikan kepada kalian. Cuma itu saja...." Jawab tetangga pak Haji.

Di kampung kami, rasanya cuma Haji Aceng satu satunya orang yang tidak suka dibangunkan sahur oleh anak anak muda kampung. Malah tetangga di sekitar rumahnya turut tak habis pikir. Kenapa haji Aceng selalu sewot dan marah marah....
Hingga pada satu ketika, seluruh anak muda di kampung kami pun mulai merasa jengkel. Mereka sepakat untuk iseng menganggu pak haji Aceng.
"Dia pikir kampung ini punya haji Aceng, apa?!"
"Memangnya jalan ini punya bapak moyangnya?!"
"Ini bulan Ramadhan! Ini tradisi 7 turunan setiap bulan puasa! Masa bangunin sahur aja gak boleh. Pokoknya besok malam kita serang rumahnya rame rame!" Seru mereka.

Hingga akhirnya di setiap malam bulan ramadhan. belasan anak anak tukang bangunin sahur akan lewat dan berkumpul di jalan haji Aceng. Mereka dengan sengaja memukul sekeras kerasnya benda apapun. Dari bedug, botol, panci, hingga kaleng rombeng.
Tak cuma itu, beberapa anak anak lainnya ada yang melempari tembok dan pintu rumah pak Haji dengan telur dan tomat busuk.
Dan hasilnya? Pak Haji Aceng muncul sambil marah marah. Tapi mereka malah sengaja terus menabuh sambil nyanyi dan joget joget.....:goyang
Haji Aceng semakin murka, dia mulai melempar kami dengan sandal lalu mengejar kami.
Melihat beliau ngamuk, kami semua lari pontang panting menyelamatkan diri. Dan setelah dianggap aman, kami kembali ke rumahnya untuk mengganggunya lagi......Begitu terus hingga waktu Imsyak tiba.
Lagi lagi Haji Aceng mengejar kami sambil membawa seember air comberan. Hingga salah satu teman kami ada yang terjatuh lalu disiramnya dengan air comberan. Byuuuur....

Kondisi tersebut akhirnya dijadikan semacam permainan mirip seperti film kartun Tom and Jerry. Anak anak kecil dan remaja di kampung kami malah semakin suka untuk terus mengganggu beliau.
Kejadian tersebut terus berlangsung hingga beberapa tahun di setiap malam bulan ramadhan. Sampai satu ketika di malam takbiran tahun 2007.
Salah satu tetangga Haji Aceng menemui kami. Saat itu ia memberikan sebuah amplop. Dan ketika kami buka ternyata isinya adalah uang sebesar 2.5 juta dan selembar surat.
Berikut isi surat tersebut :
"Kanggo barudak kampung sadayana. Sim kuring nuhunkeun dihapunten lahir bathin.
Bilih aya kalepatan atanapi prilaku anu kirang sae. Rumaos sim kuring sok nyarekan ka barudak. Oge sok maledog tur ngabanjur ku cikomberan.
Teu aya maksad hewa atanapi kumaha, mung wae sim kuring sok rada lieur upami ngadangu suara nu gararandeng. Maklum tos sepuh......
Ieu aya sakedik artos kanggo barudak nu sok ngagugahkeun sahur. Mugia katampi kanggo ngopi atanapi meser naon wae".
Translate :
"Kepada anak anak kampung semuanya, saya mohon maaf lahir dan bathin.
Jika ada kesalahan atau prilaku saya yang kurang baik. Saya merasa suka marah marah, juga suka melempar atau menyiram air comberan.
Tidak ada maksud benci atau apapun, cuma saja saya suka merasa pusing jika mendengar suara suara berisik. Maklum sudah tua....
Ini ada sedikit uang untuk anak anak yang suka membangunkan sahur. Semoga bisa diterima untuk sekedar beli kopi atau apapun".
Setelah membaca surat dari Haji Aceng tersebut. Kami semua terdiam tak bicara apa apa......
Tiba tiba salah satu teman kami bertanya :
"Bu, memangnya pak Haji kemana?"
"Kenapa bukan pak Haji sendiri yang memberikan surat dan uang ini?"tanya teman kami kepada ibu tetangga Haji Aceng tersebut.
"Saya kurang tahu, tadi sore pak Haji cuma menitipkan amplop ini untuk diberikan kepada kalian. Cuma itu saja...." Jawab tetangga pak Haji.
Quote:
3 Bulan Kemudian.....
3 bulan kemudian kami mendengar pengumuman dari speaker masjid bahwa pak Haji Aceng meninggal dunia karena sakit.
Awalnya kami benci sama pak haji Aceng. Karena suka marah marah dan melempari kami dengan batu dan air comberan. Tapi akhirnya kami juga sadar mungkin kami juga tidak peka bahwa pak Haji sesungguhnya merasa terganggu.
Harusnya setiap kali kami lewat rumah beliau. Kami tidak membunyikan suara apapun dulu.

Dan sekarang setiap malam bulan ramadhan tiba. Kami kehilangan suasana itu....Suasana dimana kami sering di maki maki, di lempar sendal, dikejar kejar hingga disiram air comberan.
Kini tak ada lagi orang yang bisa kami jahili.....
"Kami rindu suasana itu..... Kami kangen sama pak Haji. Maafkan kami pak haji Aceng. Maafkan kami yang sudah keterlaluan!"
3 bulan kemudian kami mendengar pengumuman dari speaker masjid bahwa pak Haji Aceng meninggal dunia karena sakit.
Awalnya kami benci sama pak haji Aceng. Karena suka marah marah dan melempari kami dengan batu dan air comberan. Tapi akhirnya kami juga sadar mungkin kami juga tidak peka bahwa pak Haji sesungguhnya merasa terganggu.
Harusnya setiap kali kami lewat rumah beliau. Kami tidak membunyikan suara apapun dulu.
Quote:
Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, janganlah ia mengganggu tetangganya."(HR Bukhari).
"Jibril terus-menerus berwasiat kepadaku agar berbuat baik kepada tetangga hingga aku mengira dia akan mewariskannya." (HR Bukhari dan Muslim).
"Tetangga yang baik bukan hanya menahan tangannya untuk tidak mengganggu tetangganya. Akan tetapi, ia juga bersabar terhadap gangguannya," Syekh Sayyid Nada.
"Jibril terus-menerus berwasiat kepadaku agar berbuat baik kepada tetangga hingga aku mengira dia akan mewariskannya." (HR Bukhari dan Muslim).
"Tetangga yang baik bukan hanya menahan tangannya untuk tidak mengganggu tetangganya. Akan tetapi, ia juga bersabar terhadap gangguannya," Syekh Sayyid Nada.

Dan sekarang setiap malam bulan ramadhan tiba. Kami kehilangan suasana itu....Suasana dimana kami sering di maki maki, di lempar sendal, dikejar kejar hingga disiram air comberan.
Kini tak ada lagi orang yang bisa kami jahili.....
"Kami rindu suasana itu..... Kami kangen sama pak Haji. Maafkan kami pak haji Aceng. Maafkan kami yang sudah keterlaluan!"
Oleh : davinof 2018 @kaskus
Source of Pictures : Google image
Source of Video : YouTube
Diubah oleh davinof 18-05-2018 04:49


anasabila memberi reputasi
1
2.7K
Kutip
29
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan