- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Aku : Selembar Kain Penutup Wajah


TS
riani14
Aku : Selembar Kain Penutup Wajah

Quote:
Genre : FIKSI

Quote:
Binar mata bahagiamu tampak begitu jelas, dan tepat mengarah padaku. Senyumanmu turut terbit bersamaan dengan hangatnya tanganmu yang berusaha menggapaiku, yang kebetulan ada di bagian rak paling tinggi.
" Akhirnya...," ucapmu sambil tersenyum senang menatapku.
Tak perlu kau ceritakan. Aku sudah tahu sebab kebahagiaan yang kini tengah kau rasakan. Tapi bolehkah aku bertanya hanya sekedar untuk memastikan kebenaran prasangkaku?
Apa kau sudah mendapatkannya? Satu hal yang terus kau doakan dan kau perjuangkan selama ini? Satu hal yang tak semua wanita bisa mendapatkannya, karena memang tak semua wanita memilih jalan yang sama denganmu? Apa benar kau sudah berhasil mendapatkannya? Ayolah katakan dengan tegas kepadaku.
" Alhamdulillah ya Allah, akhirnya aku mendapatkan restu dari ayah dan ibu. Akhirnya aku bisa menjalankan satu sunnah lagi," lirihmu penuh rasa syukur.
Mendengar itu, jelas aku juga ikut senang. Akhirnya...aku bisa menemanimu, kemanapun kau pergi. Akhirnya...aku bisa membantu menjagamu dari fitnah dan gangguan dari para lelaki hidung belang.
Dan hari ini...hari pertama aku pergi bersamamu. Tapi lucunya kau terlihat masih canggung dan risih dengan pandangan orang - orang yang berpapasan denganmu. Tidak apa - apa, santai saja. Aku maklum karena ini pengalaman pertama dan kau belum terbiasa.
" Sok alim," seseorang mulai mengomentari penampilanmu. Kau memilih diam saja, enggan menanggapi.
" Ninja nyasar," seseorang yang lain juga mulai bersuara. Namun kali ini kau malah tersenyum. Kau juga tidak merasa kaget di panggil seperti itu, seakan kau sudah bisa menebak kalau ini akan terjadi.
" Fanatik. Ajaran sesat," kali ini langkahmu mulai melambat, bahkan terkesan ragu - ragu. Ayolah saudariku, masjidnya ada di depan sana, kajiannya sebentar lagi di mulai. Abaikan saja mereka, mereka berkomentar seperti itu, lantaran mereka tidak tahu. Jadi maklumi sajalah.
Hingga tiba - tiba kau sungguh menghentikan langkahmu. Aku juga bisa merasakan, kau mulai menangis. Tapi...kenapa? Apa yang terjadi?
" Teroris itu...jangan - jangan dia menyembunyikan bom di balik jilbab lebarnya?"
Apa? Ucapan seperti apa itu? Perempuan manapun tentu akan terluka mendengarnya. Maafkan aku...gara - gara kau pergi bersamaku, mereka menghinamu dengan sedemikian rupa. Mencurigai dan melayangkan tuduhan yang tak berdasar sama sekali. Kau yang tidak tahu apa - apa, yang tidak ada sangkut pautnya dengan semua yang terjadi turut di salahkan hanya karena yang engkau kenakan. Turut di salahkan hanya karena kau bercadar.
" Aku hanya seorang muslimah biasa yang ingin menjalankan sunnah. Yang ingin menghindari fitnah. Aku tidak tahu menahu soal teror atau apapun itu namanya," lirihmu pelan hingga tak ada satu orangpun yang bisa mendengarnya.
Kau terlihat semakin frustasi. Kedua matamu mulai sembab lantaran tangisanmu tak kunjung berhenti. Ingin rasanya aku membujukmu. Menenangkanmu dengan kata - kata sederhana yang aku pelajari darimu.
Sabarlah wahai saudariku. Allah sedang mengujimu. Allah ingin kau naik kelas.
" Apa aku lepaskan saja cadar ini? Sungguh...tindakan mereka sangat membuatku takut. Tatapan mengintimidasi, ucapan tak pantas membuatku terluka."
Apa? Tidak...saudariku. Jika kau meninggalkanku, secara tak langsung kau membenarkan dan menyetujui pemikiran mereka, yang menganggap bahwa semua yang bercadar itu teroris.
Padahal kau tahu betul, kenyataannya tidak seperti itu. Tidak semua muslimah bercadar itu teroris. Kau salah satunya, kau seorang muslimah yang baik. Kau tak pernah ingin menyakiti atau melukai siapapun.
Tunjukkan pada mereka bahwa Islam bukan teroris. Dan cadar juga bukan atribut teroris. Jangan biarkan para pelaku teror itu tertawa girang, karena berhasil membuat pertahanan umat Islam yang sesungguhnya tumbang.
Tangisanmu mulai terhenti. Aku tidak yakin engkau bisa mendengarku. Aku juga tidak tahu apa yang ada di pikiranmu sekarang. Tapi...aku harap semoga itu bukan sesuatu yang aku khawatirkan.
" Aku harus kuat. Aku tidak boleh mundur ke belakang lagi. Aku harus bertahan!" ucapmu dengan penuh semangat.
"Aku tak ingin niat baikku runtuh hanya karena cibiran orang - orang. Buat apa aku takut? Toh...aku tidak salah dan aku tidak sendirian. Ada Allah yang akan selalu bersamaku. Allah akan selalu melindungiku."
Aku senang semangatmu telah kembali saudariku. Jika saja aku punya kesempatan untuk bisa memelukmu, aku akan memelukmu erat seraya berkata, "aku, selembar kain penutup wajah sangat senang mengenalmu."
●●●
Diubah oleh riani14 17-05-2018 07:25


anasabila memberi reputasi
1
2.2K
Kutip
18
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan