- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Tangisan Bidadari


TS
good200
Tangisan Bidadari

Hembusan semilir angin menerpa wajah dan membelai halus rambutku yang pirang tak tertata. Berantakan. Lama aku termenung di depan rumahku, memandang kejalan yang tak jarang orang melewati depan rumahku. Ingatanku memutar kembali masa indah 9 bulan yang lalu namun masih hangat dalam fikiranku.
“ sayang”
“iya, sayang”
“terima kasih ya”
“untuk apa ?”
“telah mewarnai hariku!” katanya tersenyum. Manis.
“aduh, bidadariku jangan senyum”
“kenapa”
“aku lagi minum kopi”
“terus hubunganya sama senyumku?”
“ini kopi udah enak kalau di tambah senyum kamu ini kopi jadinya terlalu manis”
“gombal!”
“iya udah aku pulang dulu dinda sayang”
“hati-hati sayang”
Mengingat hari-hari indah itu membuatku menjadi orang terbodoh didunia. Aku melihat sepasang kekasih melewati depan rumahku, berboncengan mesra. Sepertinya aku mengenalinya. Aku menghela nafas panjang mengingat kembali kisahku. Hari pengumuman kelulusan sekolahku, hari yang menegangkan bagiku dan teman-temanku. Bbm mesenggerku bordering. “semoga mendapat kabar baik dan lulus 100% sayang”
“amin, doain aja”
“iya, pasti kutunggu di kantin”
“oke, dinda”
Seperti dugaanku semua berjalan dengan lancer dan lulus 100% meski ada sedikit drama ketika pengumuman berlangsung. Begitu pengumuman selesai, aku berlari dengan kecepatan tercepatku menuju kantin.
“lulus?”
“iya sayang”
Dia langsung memeluku erat seakan tak mau aku pergi.
“besok aku mau pergi”
“kemana ?”
“hatimu”
“basi” katanya tersenyum
“oke ayo kita pulang bersama”
Dia mengangguk dan berjalan pulang bersamaku aku mengantarnya kerumahnya. Tawa anak kecil bersama ibunya membuatku terbangun dari lamunan panjangku. Mereka terlihat tertawa bersama. Bahagia. Hal itu telah lama hilang dalam hidupku, entah mengapa kebahagiaan lenyap dalam kehidupanku. Pengumuman SNMPTN berlangsung aku memilih PTN ternama di Indonesia. Aku sangat berharap bisa masuk di salah satu PTN yang aku pilih.
“ikut aku sayang”
“kemana?”
“warnet, lihat pengumuman SNMPTN”
“iya jemput aku dirumah setelah itu kita berangkat”
“oke”
Aku menghampiri dirumahnya dia sudah menungguku dengan senyuman terbaiknya.
“ayo berangkat”
Dia mengangguk kami pun berjalan bersama dia menggenggam erat tanganku.
Matahari bergerak dari timur ke barat dengan baik namun tidak dengan apa yang aku harapkan seakan dunia runtuh seketika harapanku melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi hancur lebur. Nihil. Tak ada yang tersisa kecuali hanya kehancuran.
“ sabar sayang pasti akan ada hikmah dibalik semua ini”
Guratan wajah sedihnya terlihat jelas, aku hanya mengangguk lemah. Kejadian itu membuatku terpukul semangatku redup seketika. Bukan hanya semangatku badanku melemah dan akupun jatuh sakit. Tapi bidadariku selalu disampingku menemani hari-hari kelamku. Sampai akhirnya sisi lain diriku menyalahkan bidadari yang baik dari kegagalanku. Entah mengapa tiba-tiba saja aku ingin menjauhinya.
“sayang”
Aku hanya diam tanpa memandangnya aku pura-pura tidur. “sayang” dia memanggilku lagi. Akhirnya dia duduk di sebelah ranjangku. Fikiranku berkecamuk tak menentu aku sangat kebingungan saat ada dirinya karena diriku menyalahkan dirinya karena kegagalanku meski dia selalu ada untukku.
“maaf Put bisakah kamu menjauhiku”
“kenapa?”
“aku sudah tidak mencintaimu lagi”
“maksudmu?”
“aku tidak mencintaimu lagi”
“tapi kenapa sayang? Aku tidak melakukan apapun”
“maaf tapi aku tidak bisa melanjutkan hubungan ini”
Air mata mengucur perlahan namun pasti mengalir dari kedua mata indahnya mata yang denganya aku bisa melihat ketulusan dan keindahan cintanya namun kali ini aku gagal menjaga dirinya. aku ingin menghapus air matanya namun.
“dasar laki-laki gila, bodoh..” segala umpatan caci makian dan sumpah serapah keluar dari bibir mungilnya, aku memandang itu adalah sifat yang dia sembunyikan selama ini dariku. Bidadari yang dulu kupuja dan ingin kujaga dengan sepenuh hati dia menangis. Tangis kekecewaan. Tangis sedih bercampur marah. Bahkan ketika melihat tangisnya aku tidak bisa melakukan apapun. Rasa sesal, rasa bersalah, rasa bingung, semuanya bercampur menjadi satu membuatku benar-benar bingung dengan keadaan yang ku alami saat ini.
Kebisuanku membuatku terlihat menjadi laki-laki lemah dan tak bertanggung jawab, aku hanya bisa diam sampai akhirnya aku yang pergi meninggalkanya. Bahkan aku menjadi lebih pengecut dari seorang yang pengecut. Semuanya lebih berantakan dari sebelumnya
Sepasang kekasih tadi kembali kali ini mereka berhenti tepat di hadapanku.
“ apa benar ini rumah Roni?”
“iya dengan sayaa….” Aku tak mampu melanjutkan kataku dia adalah bidadari yang gagal aku jaga, bidadari yang tersakiti oleh kesalahan seorang manusia gila. Dia menyodorkan surat undangan kepadaku bahkan mataku tak bisa di ajak kompromi, mataku tak kuat lagi membendung air mata. Tumpah.
“maaf” kata terakhir yang bisa aku katakan di iringi air mataku yang meleleh.
THE END






anasabila memberi reputasi
1
1.7K
2


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan