Toko Kelontong

Nama yang sudah tidak asing terdengar, mungkin beberapa langsung merujuk ke kata Grosir, Murah, Suatu yang banya, hinggal hal - hal Ras seperti orang - orang Tionghoa disana.

Tak bisa dipungkiri memang TS pun berfikiran demikian, tapi disisi lain disini muncul beberapa ide dan obrolan kelas kusir, mulai dari bisnis, hidup, wanita, uang, dan masih banyak lagi.

Disisi lain kadang TS berfikir bagaimana sebuah toko kelontong tetap eksis di mata masyarakat dengan harga yang murah? Sedangkan bisa dibilang tak semua orang membeli barang disini dengan jumlah yang banyak?

TS tidak ingin memihak ke salah satu sisi, tapu jika dilihat misalkan secara umum, pemilik toko kelontong ini adalah orang Tionghoa, dan itu memang kenyataannya, melihat dari situ TS mencoba belajar dari kegigihan dan tekad nekat mereka yang fokus dalam suatu hal, bayangkan saja, bisa dilihat jarang ada toko kelontong yang terlihat rapih, bahkan barangnya ditaruh dimana saja, hebatnya sang pemilik toko bisa tau dimana barang itu, stocknya berapa, dan disana sangan minim 'addresing' rak.

Dari hal ini bisa dilihat berapa lama dan berpengalamannya mereka, dan juga gigih, karna tak mungkin menghafal itu hanya dengan waktu 1 tahun atau 2 tahun, dan itu kemungkinan turun menurun, juga kedekatan mereka kepada pekerja toko yang umumnya pribumi.

Dengan tulisan ini TS tidak berniat untuk meninggikan salah satu pihak, atau merendahkan pihak lainnya, tapi mencoba untuk belajar dari pemilik toko, entah itu pribumi atau bukan, dengan fokus pada sesuatu itu memang sulit, dan tidak instan, tapi jika dibarengin dengan niat dan ketulusan semua bisa berjalan dan berhasil, syukur syukur bisa berguna untuk keluarga hingga anak cucu.

Positive Thinking

#kuple