
Solo - Pengajian yang disisipi politik menjadi pro dan kontra di masyarakat. Menurut Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi, politik perlu disisipkan dalam pengajian asalkan untuk membentuk kebijakan yang baik.
"Kalau politik didefinisikan sebagai policy making, membangun kebijakan yang baik, saya pikir itu dalam pengajian-pengajian disampaikan tentang pesan keadilan," kata TGB di sela-sela acara silaturahmi akbar alumni Al-Azhar di Solo, Selasa (1/5/2018).
Melalui pengajian, ulama diharapkan mampu memberikan pencerahan mengenai politik yang bermoral. Dengan demikian, pengajian mampu membangun kesadaran masyarakat akan terwujudnya pemerintahan yang adil.
Misal sektor ekonomi, pendidikan, kemudian membangun kehidupan sosial yang baik, membangun masyarakat yang saling menghormati satu sama lain, itu bagian dari membangun kesadaran," ujar Gubernur NTB itu.
Sementara, TGB tak sependapat jika pengajian digunakan untuk politik praktis dukung mendukung peserta pemilu. Terlebih jika pesan yang disampaikan memicu perpecahan.
"kalau di masjid itu sudah pilih si A, pilih si B, pilih partai A, jangan pilih partai B. Sudah menyebut nama, menyebut atribut tertentu, itu sangat tidak tepat," katanya.
"Tetapi pesan-pesan kebaikan, membangun masyarakat yang, kalau dalam Alquran 'baldatun thayyibatun', menurut saya harus disuarakan, bagian dari membangun Indonesia yang baik," pungkasnya. (bgs/bgs)
Sumber