Rusia dan Cina sepakat untuk menggunakan mata uangnya masing-masing dalam perdagangan bilateral kedua negara. Hal ini dilakukan untuk mematahkan dominasi Euro dan Dolar dalam perdagangan internasional.
Menurut Zhoi Liqun, pebisnis asal Cina, pembayaran menggunakan yuan ataupun rubel akan memudahkan kedua negara untuk berbisnis, penggunaan euro dan dolar dinilai hanya mempersulit perdagangan.

"Para pemimpin kedua negara harus berpikir untuk meningkatkan hubungan, terutama dalam kerjasama keuangan. Mengapa melakukan pembayaran dengan mata uang asing? Mengapa dolar? Mengapa euro? Padahal kita dapat secara langsung membayar dalam yuan dan rubel,” katanya kepada Russian Today di sela-sela konferensi Valdai Discussion Club di Shanghai.
Menurut Zhou Liqun, sanksi Amerika dan Eropa memberi Rusia dan China kesempatan untuk membangun perdagangan dan kerjasama ekonomi.
"Tentu saja, ada sanksi, ada masalah, tetapi ada harapan dan peluang," tambahnya.
Dilansir dari Russian Today (26/4), Cina adalah mitra dagang terbesar Rusia, terhitung 15 persen dari perdagangan internasional Rusia tahun lalu. Pada Januari 2018, pertumbuhannya menjadi 17,2 persen. Jerman, yang memegang tempat kedua di antara mitra dagang Rusia, memiliki pangsa sekitar delapan persen.
Kedua negara saat ini secara bertahap telah meninggalkan dolar dan euro dalam perdagangan bilateral, di tahun 2017, 9% pembayaran impor Rusia ke Cina dibayar dengan rubel, sedangkan 15% impor Cina ke Rusia dibayar dengan yuan.[]


[url]http://ekonomi.akuraS E N S O Rid-208616-read-tinggalkan-dollar-cinarusia-gunakan-mata-uang-lokal-dalam-hubungan-perdagangan[/url]