- Amerika Serikat (AS) merasa dirugikan akibat kebijakan Pemerintah Tiongkok yang tidak ingin menjadikan mata Uang Yuan sebagai mata uang internasional. Padahal, sebagai kekuatan ekonomi nomor dua di dunia, mata uang tersebut seharusnya menjadi primadona bagi investor.
Hal itu diungkapkan oleh Pengamat Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM) Tony Prasetiantono dalam Laporan Perekonomian Indonesia (LPI) 2017 di Gedung BI, Semarang, Rabu (25/4).
"Yang bikin marah Amerika itu mata Uang Yuan tidak mengambang di dunia. Sebagai kekuatan nomor dua di dunia mestinya jadi favorit. Orang ngumpulin aset karena favorit," terang Tony.
"Pertama itu pasti Dollar. Kalau tidak bisa Yuan berarti Euro. Nah mestinya kekuatan berikutnya Tiongkok. Berarti banyak seluruh investor yang ingin mengoleksi Yuan sebagai portofolionya," tambahnya.
Tony menjelaskan, alasan Pemerintah Tiongkok enggan melepas Yuan sebagai mata uang internasional dilatar belakangi oleh alasan penurunan daya saing. Hal itu akan menyebabkan upaya Negeri Tirai Bambu  menjadi kekuatan ekonomi nomor satu dunia justru terhambat. 
"Kalau Yuan menguat maka daya saing di Cina menurun. Mereka sengaja tidak mau melepas Mata Uang Yuan di internasional," tandasnya.

https://www.jawapos.com/read/2018/04...mor-satu-dunia