Kaskus

News

mendoan76Avatar border
TS
mendoan76
Waspadai Krisis Moneter akibat Pelemahan Rupiah
Rabu 14/3/2018 | 00:01

Antisipasi Krisis - S&P: Awasi Pelemahan Rupiah ke Rp15.000 per Dollar AS

JAKARTA - Pemerintah mesti mewaspadai dan mengantisipasi potensi krisis moneter akibat tren pelemahan nilai tukar rupiah belakangan ini. Sebab, apabila kurs mata uang RI itu terus terdepresiasi hingga mencapai level psikologis 15.000 rupiah per dollar AS maka akan berdampak buruk bagi perekonomian nasional.

“Nanti efeknya credit rating kita akan di-downgrade, defisit anggaran melebar, asumsi makro akan berubah dan kepercayaan investor menjadi berkurang, ya bisa mengarah ke tanda-tanda krisis moneter,” papar peneliti Indef, Bhima Yudhistira, di Jakarta, Selasa (13/3). Dia menjelaskan dalam dua bulan terakhir, nilai tukar rupiah memang mengalami tekanan yang cukup berat karena ekspektasi pasar tentang kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) yang lebih cepat, hingga empat kali dalam tahun ini.

Ini mendorong investor asing keluar dari pasar Indonesia, beralih ke instrumen berbasis dollar AS yang dinilai lebih aman. Selain itu, imbuh Bhima, pergerakan rupiah juga dipengaruhi oleh permintaan terhadap dollar. Dengan defisit perdagangan beberapa bulan terakhir, mengindikasikan permintaan mata uang AS itu meningkat untuk kebutuhan impor.

Jadi, tekanan pada neraca perdagangan itu semakin menggencet posisi rupiah. Sejak awal tahun, dana asing yang keluar dari pasar saham mencapai 14,4 triliun rupiah. Pada awal Januari, rupiah berada di level 13.300 rupiah, kemudian terus terdepresiasi hingga 13.800 rupiah per dollar AS pada awal Maret 2018.

Sementara itu, pada Selasa, kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat penguatan rupiah 0,07 persen menjadi 13.757 rupiah per dollar AS. Bhima menambahkan capital outflow yang semakin deras secara tidak langsung juga mengikis cadangan devisa. Sepanjang bulan lalu, BI telah menggunakan cadangan devisanya sebesar empat miliar dollar AS.

“Bisa dibayangkan, kalau terjadi empat kali kenaikan bunga The Fed. Untuk intervensi kemarin, sebelum kenaikan Fed rate, sudah terkuras empat miliar dollar. Jadi tinggal kalikan saja, empat kali empat, ada 16 miliar dollar AS devisa yang akan terpakai untuk stabilisasi rupiah sepanjang 2018,” kata dia.

Dia pun mengingatkan bahaya terkurasnya devisa yang begitu besar, sebab rasio cadangan devisa terhadap produk domestik bruto (PDB) hanya 14 persen. Rasio itu terendah dibandingkan negara Asia lainnya, seperti Filipina yang mempunyai cadangan devisa 28 persen terhadap PDB, sedangkan Thailand 58 persen.

“Nah, ini kan menentukan seberapa kuat sebenarnya pertahanan moneter kita menghadapi guncangan eksternal. Rasionya semakin kecil, semakin cepat terkuras. Kalau sudah begini, risikonya sangat besar. Krisis moneter! Bisa mengarah ke sana,” kata dia. Bhima merujuk pada krisis keuangan 1998 yang karena cadangan devisa yang jumlahnya relatif kecil terkuras untuk stabilisasi nilai tukar rupiah. “Akhirnya nggak kuat menahan gejolak tadi.”

Perlu Diawasi

Sementara itu, lembaga pemeringkat Standard and Poor’s (S&P) mengingatkan pelemahan rupiah ke level 15.000 rupiah per dollar AS perlu diwaspadai. Senior Director Corporate Ratings S&P, Xavier Jean, mengatakan rupiah perlu diawasi bila mencapai level ini. Menurut dia, depresiasi bisa berlangsung cepat.

Dia mencontohkan pelemahan rupiah pada 2015. Saat itu, rupiah melemah dari 12.000 rupiah ke 15.000 rupiah hanya dalam hitungan beberapa bulan. “Kami melihat, level ini akan menimbulkan tekanan finansial bagi banyak perusahaan,” kata dia, Selasa. Menurut Jean, level 15.000 rupiah per dollar AS menjadi level psikologis bagi korporasi, karena korporasi tidak bisa melanjutkan operasional dengan nilai tukar tinggi.

Mereka pun akhirnya perlu proaktif dan merestrukturisasi utang dengan kreditur. Meski begitu, S&P belum melihat level tersebut saat ini. “Masalah lebih besar terkait depresiasi adalah kecepatannya. Kepercayaan investor akan terpengaruh jika depresiasi terjadi terlalu cepat,” kata Jean.

Oleh karena itu, akan ada perbedaan antara pelemahan ke 15.000 rupiah per dollar dalam hitungan bulan atau hitungan tahun. “Jadi, level 15.000 rupiah adalah level yang perlu diwaspadai, dan laju pelemahan ke 15.000 rupiah itulah turbulensi sebenarnya,” imbuh Jean.

ahm/SB/WP

http://www.koran-jakarta.com/waspadai-krisis-moneter-akibat-pelemahan-rupiah/
+++++
Gimana koment agan2...
Sementara menkeu bilang jangan dirisaukan..dollar tinggi..
Disaat skrg dollar meroket 14rebong...
Selamat tuk mukid..sukses meroketz...

Money Changer Sudah Jual Dolar Rp 14.000 http://detik.id/6eh24O

Senin, 23 Apr 2018 11:09 WIB
Money Changer Sudah Jual Dolar Rp 14.000
Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Foto: Selfie Miftahul/detikFinance

https://m.detik.com/finance/bursa-dan-valas/d-3985489/money-changer-sudah-jual-dolar-rp-14000

Jakarta - Harga dolar Amerika Serikat (AS) mencapai Rp 14.000 di tempat penukaran uang (money changer) Emerald di Kawasan Sabang Jakarta Pusat, pagi ini. Sementara, dolar yang dipegang masyarakat dihargai Rp 13.700.

Salah seorang kasir yang enggan disebut namanya mengatakan, harga tersebut berlaku mulai hari ini.

"Jual per dolar Rp 13.700, belinya Rp 14.000. Jual itu, bapak punya dolar ditukar dengan rupiah," kata dia kepada detikFinance di Money Changer Emerald Jakarta, Senin (23/4/2018).

Dia mengatakan, Jumat pekan lalu harga dolar sempat mencapai Rp 14.050. Harga tersebut bertahan hingga hari Minggu atau penghujung pekan. Kemudian, pihak money changer membeli dolar dari masyarakat seharga Rp 13.600.

"Hari minggu itu (masyarakat) jual Rp 13.600. Beli Rp 14.050," ungkapnya.

Dia mengaku, harga dolar naik pada hari Jumat pekan lalu. Di awal pekan lalu, dolar masih bertahan di kisaran rata-rata Rp 13.950.

Sementara, UDA Metro Exchange melepas dolar seharga Rp 13.920. Kemudian, membeli dolar dari masyarakat seharga Rp 13.750.

"Itu yang terbaru hari ini," kata Asep kasir tersebut.

Pekan lalu, Asep mengaku harga dolar Rp 13.890. Kemudian, harga yang beli ke masyarakat Rp 13.650. "Jadi dolarnya naik," tutupnya.
+++++
Faktor yang Menyebabkan Rupiah Melemah Dekati Rp 14 Ribu Dolar AS Menurut Rizal Ramli
Selasa, 24 April 2018 03:55 WIB

ISTIMEWA
Rizal Ramli
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rizal Bomantama

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi Keuangan dan Industri Indonesia, Rizal Ramli mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan mata uang Rupiah melemah hari ini, Senin (23/4/2018) mendekati Rp 14 ribu yaitu tepatnya Rp 13.900

Menurut Rizal Ramli pemerintah terlalu mudah menyalahkan faktor dari luar negeri atau faktor eksternal sebagai penyebab melemahnya rupiah.

Padahal menurutnya ada beberapa faktor dari dalam negeri yang justru lebih berperan dalam menurunnya nilai mata uang Rupiah dibandingkan Dollar AS dibandingkan faktor eksternal.

“Yang lebih penting justru faktor dalam negeri yang jarang diungkapkan pemerintah. Yaitu ‘current account defisit’; ekspor dalam tiga bulan terakhir negatif kecuali bulan ini naik sedikit; ‘service payment’ serta ‘trade sector’ yang negatif; dan primary balance dari anggaran yang negatif,” ungkapnya ketika ditemui di kediamannya di Jalan Bangka IX, Mampang, Jakarta Selatan, Senin (23/4/2018).
Oleh sebab itu, Rizal mengaku tidak kaget bila Rupiah jeblok hingga angka Rp 13.900 per Dollar AS.

Ia juga mengungkapkan bahwa seharusnya Rupiah tembus angka Rp 15 ribu sejak dua bulan lalu namun diintervensi oleh Bank Indonesia dengan menggelontorkan Rp 6 miliar Dollar AS untuk mencegah hal tersebut.

“Ditambah faktor eksternal memang menyebabkan Rupiah melemah tapi yang harus jadi perhatian adalah aspek fiskal yang harus dibenahi agar posisi Rupiah kembali menguat,” pungkasnya.

Waspadai Krisis Moneter akibat Pelemahan Rupiah
Waspadai Krisis Moneter akibat Pelemahan Rupiah
Diubah oleh mendoan76 24-04-2018 23:44
0
2.3K
26
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan