- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Gerindra Sebut Prabowo Batasi Diri Tak Kritik Jokowi agar Tak Gaduh


TS
aghilfath
Gerindra Sebut Prabowo Batasi Diri Tak Kritik Jokowi agar Tak Gaduh
Spoiler for Gerindra Sebut Prabowo Batasi Diri Tak Kritik Jokowi agar Tak Gaduh:

Quote:
JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad menilai wajar jika hasil sejumlah survei menyebut elektabilitas ketua umumnya, Prabowo Subianto, masih berada jauh di bawah Presiden Joko Widodo.
Sebab, menurut Dasco, saat ini Prabowo memilih untuk tak membuat gaduh dengan melontarkan kritik terhadap pemerintah.
"Karena begini, Pak Prabowo sudah membatasi diri sebenarnya untuk tidak berkontribusi membuat kegaduhan," ujar Dasco saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.
Dasco menilai, elektabilitas Prabowo bisa saja meningkat drastis jika mantan Danjen Kopassus itu kerap mengkritik kinerja pemerintah yang dinilai tak memuaskan.
Di sisi lain, kata Dasco, Prabowo bisa saja memilih untuk lebih sering berbicara di media massa nasional.
Namun, cara seperti itu tak ingin dilakukan oleh Prabowo karena akan menimbulkan kegaduhan.
"Kami bisa minta Pak Prabowo setiap hari ngomong di media soal ketidakpuasan atas kinerja pemerintah dan lain-lain," kata Dasco.
"Kalau elektabilitas naik harus begitu, ya nanti kami juga bisa sampaikan, ya sudah Pak Prabowo ngomong saja tiap hari. Tapi nanti jatuhnya gaduh terus," ucap dia.
(Baca juga: Survei "Kompas": JK dan Prabowo Teratas Jadi Cawapres Jokowi)
Sebelumnya survei Litbang Kompas menunjukkan elektabilitas Presiden Joko Widodo mengalami kenaikan. Sementara elektabilitas Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang menjadi penantang terkuat petahana justru mengalami penurunan.
Dikutip dari Kompas, Senin (23/4/2018), responden yang memilih Jokowi apabila pilpres digelar saat ini mencapai 55,9 persen. Angka itu meningkat dibandingkan dengan enam bulan sebelumnya, elektabilitas Jokowi masih 46,3 persen.
Sementara itu, potensi keterpilihan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto 14,1 persen. Angka ini turun dari hasil survei enam bulan lalu yang merekam angka 18,2 persen.
Survei ini dilakukan pada 21 Maret-1 April 2018 sebelum Prabowo menyatakan kesiapannya maju sebagai calon presiden dalam Rakornas Partai Gerindra, 11 April lalu.
(Baca juga: Fadli Zon: Ada Upaya Penggiringan Opini agar Prabowo Tak Jadi Capres 2019)
Penurunan elektabilitas tidak hanya terjadi pada Prabowo, tetapi juga pada calon potensial lainnya. Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo yang sebelumnya dipilih 3,3 persen kini jadi 1,8 persen. Calon lainnya semakin susut keterpilihannya menjadi kurang dari 1 persen.
Naiknya elektabilitas Jokowi dan turunnya potensi keterpilihan tokoh-tokoh penantangnya bisa dijelaskan dari dua sisi. Pertama, naiknya kepuasan terhadap kinerja pemerintahan Jokowi. Kedua, masih kaburnya kepastian calon penantangnya untuk maju dalam Pemilu 2019.
Survei tatap muka ini dilakukan kepada 1.200 responden secara periodik oleh Litbang Kompas pada 21 Maret-1 April 2018.
Populasi survei warga Indonesia berusia di atas 17 tahun. Reponden dipilih secara acak bertingkat di 32 provinsi Indonesia dan jumlahnya ditentukan secara proporsional.
Tingkat kepercayaan survei ini 95 persen, margin of error plus minus 2,8 persen dalam kondisi penarikan sampel acak sederhana.
Sebab, menurut Dasco, saat ini Prabowo memilih untuk tak membuat gaduh dengan melontarkan kritik terhadap pemerintah.
"Karena begini, Pak Prabowo sudah membatasi diri sebenarnya untuk tidak berkontribusi membuat kegaduhan," ujar Dasco saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.
Dasco menilai, elektabilitas Prabowo bisa saja meningkat drastis jika mantan Danjen Kopassus itu kerap mengkritik kinerja pemerintah yang dinilai tak memuaskan.
Di sisi lain, kata Dasco, Prabowo bisa saja memilih untuk lebih sering berbicara di media massa nasional.
Namun, cara seperti itu tak ingin dilakukan oleh Prabowo karena akan menimbulkan kegaduhan.
"Kami bisa minta Pak Prabowo setiap hari ngomong di media soal ketidakpuasan atas kinerja pemerintah dan lain-lain," kata Dasco.
"Kalau elektabilitas naik harus begitu, ya nanti kami juga bisa sampaikan, ya sudah Pak Prabowo ngomong saja tiap hari. Tapi nanti jatuhnya gaduh terus," ucap dia.
(Baca juga: Survei "Kompas": JK dan Prabowo Teratas Jadi Cawapres Jokowi)
Sebelumnya survei Litbang Kompas menunjukkan elektabilitas Presiden Joko Widodo mengalami kenaikan. Sementara elektabilitas Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang menjadi penantang terkuat petahana justru mengalami penurunan.
Dikutip dari Kompas, Senin (23/4/2018), responden yang memilih Jokowi apabila pilpres digelar saat ini mencapai 55,9 persen. Angka itu meningkat dibandingkan dengan enam bulan sebelumnya, elektabilitas Jokowi masih 46,3 persen.
Sementara itu, potensi keterpilihan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto 14,1 persen. Angka ini turun dari hasil survei enam bulan lalu yang merekam angka 18,2 persen.
Survei ini dilakukan pada 21 Maret-1 April 2018 sebelum Prabowo menyatakan kesiapannya maju sebagai calon presiden dalam Rakornas Partai Gerindra, 11 April lalu.
(Baca juga: Fadli Zon: Ada Upaya Penggiringan Opini agar Prabowo Tak Jadi Capres 2019)
Penurunan elektabilitas tidak hanya terjadi pada Prabowo, tetapi juga pada calon potensial lainnya. Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo yang sebelumnya dipilih 3,3 persen kini jadi 1,8 persen. Calon lainnya semakin susut keterpilihannya menjadi kurang dari 1 persen.
Naiknya elektabilitas Jokowi dan turunnya potensi keterpilihan tokoh-tokoh penantangnya bisa dijelaskan dari dua sisi. Pertama, naiknya kepuasan terhadap kinerja pemerintahan Jokowi. Kedua, masih kaburnya kepastian calon penantangnya untuk maju dalam Pemilu 2019.
Survei tatap muka ini dilakukan kepada 1.200 responden secara periodik oleh Litbang Kompas pada 21 Maret-1 April 2018.
Populasi survei warga Indonesia berusia di atas 17 tahun. Reponden dipilih secara acak bertingkat di 32 provinsi Indonesia dan jumlahnya ditentukan secara proporsional.
Tingkat kepercayaan survei ini 95 persen, margin of error plus minus 2,8 persen dalam kondisi penarikan sampel acak sederhana.
kompas
Emang mo kritik paan wo, sekalinya buat pernyataan juga blunder, tuh 2030 indonesia bubar

0
1.9K
Kutip
17
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan