- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
3 Cerita Luar Biasa Mereka yang Selamat dari Neraka Holocaust


TS
mongkiefun
3 Cerita Luar Biasa Mereka yang Selamat dari Neraka Holocaust


Cerita 3 Babak Mereka yang Selamat dari Neraka Holocaust

Berikut adalah tiga cerita dari sebuah tragedi
Cerita tentang mereka yang telah mengalami neraka dunia
Dan mereka yang selamat dari neraka tersebut menceritakan hidup mereka
Agar kita di sini bisa melihat, mengerti dan tidak mengulanginya
Cerita tentang mereka yang telah mengalami neraka dunia
Dan mereka yang selamat dari neraka tersebut menceritakan hidup mereka
Agar kita di sini bisa melihat, mengerti dan tidak mengulanginya
Spoiler for 1:
Hari Pembebasan


Cerita pertama dari seorang kakek yang pernah menjadi tawanan di kamp konsentrasi Nazi ketika masih remaja. Inilah cerita ketika hari di mana dia bebas dari kamp neraka tersebut.

Aku masih bermimpi buruk tentunya setelah berbulan - bulan bebas dari kamp tersebut.
Terbangun dan mengira bahwa aku masih di dalam kamp, lalu sadar bahwa aku berada di atas ranjang yang empuk aku sungguh bahagia.

Pada waktu di kamp tersebut, aku berteman dengan dua anak Polandia. Kami bertiga selalu bangun saat subuh. Kami tidak terbiasa untuk tidur di barack. Hampir semua orang di barack juga jarang untuk tidur nyenyak, yang terdengar di barack hanyalah suara tangisan, jeritan, dan berdoa. Tidak jarang juga ketika kami bangun, orang di sebelah kita sudah tidak bernyawa…
Setiap hari hanyalah rutinitas yang menguras peluh. Jika ada kejadian yang tidak biasa, kami mencari tahu apakah itu kabar baik atau buruk bagi kita.

Suatu pagi, kami bertiga berjalan - jalan dan melihat menara pengawas kosong, tidak terlihat satupun penjaga berdiri di sana. Kami penasaran dan mengendap - endap memeriksa gerbang. Tidak ada seorangpun penjaga terlihat. Rantai dan gembok masih terpasang, saat itu pagi dengan kabut yang sangat tebal dan suasana yang sepi sunyi. Kami hanya berdiri kebingungan dan tiba - tiba terlihatlah bayangan dua ekor kuda di kejauhan.
Temanku berkata ada seseorang yang menaiki kudanya. Dan dia melihat bahwa orang itu mengenakan topi dengan simbol bintang merah. Dan itu simbol tentara rusia. Bayangan itu semakin mendekat dan melihat kami bertiga.

Tentara itu berkata,”Saya yang bertugas menjaga kalian di sini. Kalian jangan keluar dulu karena kalian mungkin memiliki penyakit menular. Kalian penuh dengan kutu dan kalian belum mandi selama berbulan - bulan.” Dia menembak gembok dan melepaskan rantai dari gerbang. “Dokter akan datang. Obat dan makanan juga akan datang dengan cepat.”
Kami bertiga langsung secepatnya berlari melewati semua barack dan berteriak, ”Kita Bebas!! Kita Bebas!!” dalam berbagai bahasa
Suara itu masih menggema di ingatan saya. Semua orang yang mendengar kami, yang bisa berdiri keluar dari barak, yang tidak bisa, mereka merangkak pelan - pelan.
Lalu aku melewati sebuah area di mana ada pondok. Pondok itu digunakan sebagai tempat tinggal keluarga tentara SS Nazi. Aku masuk dan tidak ada seorang pun terlihat, semua barang mereka tinggalkan. Aku membuka lemari dan melihat pakaian, membuka lemari dapur dan menemukan makanan.

Aku menuju kamar mandi dan memutar keran.. air hangat pun mengucur, aku mengambil handuk yang begitu lembut dan juga sampo serta sabun yang tidak pernah aku
lihat bertahun - tahun. Aku sedikit menari dan aku melempar…

(di sini si kakek tertahan dan matanya berkaca - kaca)

… Dan aku melempar baju tahananku.
Lalu mandi dengan air hangat yang tidak pernah kurasakan begitu lama…
Dan saat itu aku merasa luar biasa bahagia..
Terbangun dan mengira bahwa aku masih di dalam kamp, lalu sadar bahwa aku berada di atas ranjang yang empuk aku sungguh bahagia.

Pada waktu di kamp tersebut, aku berteman dengan dua anak Polandia. Kami bertiga selalu bangun saat subuh. Kami tidak terbiasa untuk tidur di barack. Hampir semua orang di barack juga jarang untuk tidur nyenyak, yang terdengar di barack hanyalah suara tangisan, jeritan, dan berdoa. Tidak jarang juga ketika kami bangun, orang di sebelah kita sudah tidak bernyawa…
Setiap hari hanyalah rutinitas yang menguras peluh. Jika ada kejadian yang tidak biasa, kami mencari tahu apakah itu kabar baik atau buruk bagi kita.

Suatu pagi, kami bertiga berjalan - jalan dan melihat menara pengawas kosong, tidak terlihat satupun penjaga berdiri di sana. Kami penasaran dan mengendap - endap memeriksa gerbang. Tidak ada seorangpun penjaga terlihat. Rantai dan gembok masih terpasang, saat itu pagi dengan kabut yang sangat tebal dan suasana yang sepi sunyi. Kami hanya berdiri kebingungan dan tiba - tiba terlihatlah bayangan dua ekor kuda di kejauhan.
Temanku berkata ada seseorang yang menaiki kudanya. Dan dia melihat bahwa orang itu mengenakan topi dengan simbol bintang merah. Dan itu simbol tentara rusia. Bayangan itu semakin mendekat dan melihat kami bertiga.

Tentara itu berkata,”Saya yang bertugas menjaga kalian di sini. Kalian jangan keluar dulu karena kalian mungkin memiliki penyakit menular. Kalian penuh dengan kutu dan kalian belum mandi selama berbulan - bulan.” Dia menembak gembok dan melepaskan rantai dari gerbang. “Dokter akan datang. Obat dan makanan juga akan datang dengan cepat.”
Kami bertiga langsung secepatnya berlari melewati semua barack dan berteriak, ”Kita Bebas!! Kita Bebas!!” dalam berbagai bahasa
Szabadok vagyunk!Wir sind frei!
Siamo liberi! Wolność! Mamy wolnosc!

Siamo liberi! Wolność! Mamy wolnosc!

Suara itu masih menggema di ingatan saya. Semua orang yang mendengar kami, yang bisa berdiri keluar dari barak, yang tidak bisa, mereka merangkak pelan - pelan.
Lalu aku melewati sebuah area di mana ada pondok. Pondok itu digunakan sebagai tempat tinggal keluarga tentara SS Nazi. Aku masuk dan tidak ada seorang pun terlihat, semua barang mereka tinggalkan. Aku membuka lemari dan melihat pakaian, membuka lemari dapur dan menemukan makanan.

Aku menuju kamar mandi dan memutar keran.. air hangat pun mengucur, aku mengambil handuk yang begitu lembut dan juga sampo serta sabun yang tidak pernah aku
lihat bertahun - tahun. Aku sedikit menari dan aku melempar…

(di sini si kakek tertahan dan matanya berkaca - kaca)

… Dan aku melempar baju tahananku.
Lalu mandi dengan air hangat yang tidak pernah kurasakan begitu lama…
Dan saat itu aku merasa luar biasa bahagia..
Spoiler for 2:
Jangan Pernah Melupakan Sejarah

Cerita kedua dari kakek Henry Oster. Menceritakan ketika dia masih anak - anak dan dipaksa bekerja di sebuah ghetto (pemukiman kumuh yang dibuat Nazi untuk mengurung orang - orang yang dianggap ras rendahan) hingga dia kehilangan semua orang tuanya baik di ghetto dan kamp konsentrasi.

Tentara Jerman memegang erat tanganku. Aku mengepalkan tangan menahan sakit jarum suntik yang mereka tancapkan menuliskan B-7648 pada tanganku.

1941. Sekumpulan tentara Nazi menggedor - gedor pintu rumah semua orang pada malam itu. Aku berdiri di belakang ayah dan ibuku yang melindungi dari anjing German sheperd yang dibawa oleh tentara Nazi itu. Kami sekeluarga dan banyak orang dipindahkan sebuah ghetto di Lodz. Di ghetto, aku disambut banyak orang dengan mata yang begitu kosong, layaknya semangat hidup mereka sudah tidak ada dan berjalan mondar - mandir seperti mayat hidup.

Ayahku dipaksa bekerja memperbaiki pagar listrik berduri yang mengelilingi pemukiman kami. Ibuku bekerja membuat plat besi yang dipasang pada sepatu bot tentara Jerman. Dan aku bekerja di ladang.

Makanan yang mereka berikan kepada kami hanyalah sepotong roti dan semangkuk sup kubis yang encer. Dan itulah jatah makananmu selama seminggu
Aku bisa selamat karena aku memiliki cara menyembunyikan makanan yang diam - diam aku curi. Apabila saat itu tentara Nazi menemukan makanan yang kucuri, mungkin aku akan menjadi ‘hiburan hari Minggu’, di mana banyak orang digantung diiringi suara tawa para tentara Nazi itu..

Suatu hari ayahku pulang setelah bekerja, dia begitu lemah dan kurus. Berbaring di lantai dan dia pun pergi selama - lamanya. Sudah biasa jalanan di ghetto dipenuhi dengan mayat - mayat mereka yang meninggal di hari sebelumnya. Setiap pagi akan ada truk akan mengangkut mayat - mayat yang bertebaran di jalan tersebut. Pagi itu, aku melihat mayat ayah yang sudah telanjang dan akan ditumpuk bersama mayat - mayat lain. Dan mayat itu semua akan dilempar begitu saja dalam satu kuburan. Melihat itu, hatiku benar - benar sakit…

1944. Aku dan ibuku dibawa ke kamp Auschwitz. Seorang tentara Nazi menyeret ibuku dan berkata,”Kamu berdiri di grup sana.” Dan saat itulah aku merasa bahwa aku tidak akan pernah melihat ibuku lagi.. Aku bahkan tidak sempat mengucapkan selamat tinggal kepada ibuku..
Mereka mencukur rambut semua orang. Membersihkan badan kami dengan cairan kimia yang begitu perih di kulit. Aku melihat sebuah bangunan dengan asap tebal yang membumbung tinggi serta dengan baunya yang begitu menyengat..



Satu tahun kemudian, aku dinaikkan ke kereta menuju kamp Buchenwald. Kami berdiri berdesak - desakan dalam kereta yang seharusnya diperuntukkan mengangkut barang. Dan suara pesawat terdengar di atas. Dari celah kami melihat itu pesawat tempur tentara Perancis dan Inggris. Bukan untuk menyelamatkan kami, mereka menembaki kereta kami mengira kami adalah tentara Jerman. Sekitar 30 hingga 40 persen penumpang kehilangan nyawa di kereta barang itu.

Di kamp ini hampir sama seperti sebelumnya, mereka yang bisa bertahan dengan sepotong roti dan semangkuk sup lebih memilih untuk bunuh diri. Tidak jarang mereka melompat ke arah pagar listrik dan mencari cara agar tentara Jerman menembak mereka untuk mengakhiri neraka mimpi buruk yang tidak pernah berakhir..
Tanggal 1 April hingga 9 April 1945, makanan tidak dibagikan sama sekali. Dan pada tanggal 11 April 1945, aku mendengar suara tank yang tidak biasa. Suaranya itu bukanlah suara tank milik tentara Jerman. Aku melihat simbol bintang david putih yang merupakan seragam dari komandan Pasukan III Amerika yang dikomandoi Jendral George Patton.


Setelah itu, Henry tinggal di panti asuhan di Perancis. 1946, dia tiba di Los Angeles dan tinggal bersama paman dan bibinya. Henry mengambil kuliah untuk menjadi optometrist(Dokter spesialis mata). Dia telah praktek selama 60 tahun sebagai dokter mata di Beverly Hills dan pensiun sejak 2014.


Sangat susah telah memasuki umur 88 tahun dan melihat dunia ini tidak berhenti berkonflik. Aku telah melihat Kosovo, Somalia, Darfur, Rwanda, dan dua puluh peristiwa genosida yang masih terjadi setelah Perang Dunia II. Dan suatu Minggu pagi, melihat Donald Trump menyuruh para pendukungnya mengangkat tangan untuk bersumpah mendukungnya dalam Pemilu, membuat kami, para penyintas Holocaust begitu geram dan sakit hati.

Aku melihat demokrasi di negara ini semakin mengalami
kemunduran dengan tindakan dan aksi seperti itu.
Apakah kita akan memilih untuk membangun pagar - pagar tinggi lagi
dan mengurung orang di dalamnya.
Apakah kita akan memilih untuk membangun kamp konsentrasi
untuk mereka yang digolongkan sebagai minoritas.
Aku tidak bisa membayangkan bahwa Amerika akan mengambil jalan yang sama yang dilakukan oleh Jerman pada Perang Dunia II.

Apakah kita tidak pernah belajar dari Perang Dunia II, Perang Korea, Perang Vietnam, Perang Iraq. Manusia lebih memilih untuk hidup dalam kebencian berdasarkan agenda politiknya atau agama.Jadi kita harus belajar tidak hanya melalui kisah Holocaust, karena memang faktanya manusia sering memilih untuk hidup dalam dunia yang penuh kebencian daripada dunia yang damai bagi kehidupan semua orang.

1941. Sekumpulan tentara Nazi menggedor - gedor pintu rumah semua orang pada malam itu. Aku berdiri di belakang ayah dan ibuku yang melindungi dari anjing German sheperd yang dibawa oleh tentara Nazi itu. Kami sekeluarga dan banyak orang dipindahkan sebuah ghetto di Lodz. Di ghetto, aku disambut banyak orang dengan mata yang begitu kosong, layaknya semangat hidup mereka sudah tidak ada dan berjalan mondar - mandir seperti mayat hidup.

Ayahku dipaksa bekerja memperbaiki pagar listrik berduri yang mengelilingi pemukiman kami. Ibuku bekerja membuat plat besi yang dipasang pada sepatu bot tentara Jerman. Dan aku bekerja di ladang.

Makanan yang mereka berikan kepada kami hanyalah sepotong roti dan semangkuk sup kubis yang encer. Dan itulah jatah makananmu selama seminggu


Suatu hari ayahku pulang setelah bekerja, dia begitu lemah dan kurus. Berbaring di lantai dan dia pun pergi selama - lamanya. Sudah biasa jalanan di ghetto dipenuhi dengan mayat - mayat mereka yang meninggal di hari sebelumnya. Setiap pagi akan ada truk akan mengangkut mayat - mayat yang bertebaran di jalan tersebut. Pagi itu, aku melihat mayat ayah yang sudah telanjang dan akan ditumpuk bersama mayat - mayat lain. Dan mayat itu semua akan dilempar begitu saja dalam satu kuburan. Melihat itu, hatiku benar - benar sakit…

1944. Aku dan ibuku dibawa ke kamp Auschwitz. Seorang tentara Nazi menyeret ibuku dan berkata,”Kamu berdiri di grup sana.” Dan saat itulah aku merasa bahwa aku tidak akan pernah melihat ibuku lagi.. Aku bahkan tidak sempat mengucapkan selamat tinggal kepada ibuku..
Mereka mencukur rambut semua orang. Membersihkan badan kami dengan cairan kimia yang begitu perih di kulit. Aku melihat sebuah bangunan dengan asap tebal yang membumbung tinggi serta dengan baunya yang begitu menyengat..



Satu tahun kemudian, aku dinaikkan ke kereta menuju kamp Buchenwald. Kami berdiri berdesak - desakan dalam kereta yang seharusnya diperuntukkan mengangkut barang. Dan suara pesawat terdengar di atas. Dari celah kami melihat itu pesawat tempur tentara Perancis dan Inggris. Bukan untuk menyelamatkan kami, mereka menembaki kereta kami mengira kami adalah tentara Jerman. Sekitar 30 hingga 40 persen penumpang kehilangan nyawa di kereta barang itu.

Di kamp ini hampir sama seperti sebelumnya, mereka yang bisa bertahan dengan sepotong roti dan semangkuk sup lebih memilih untuk bunuh diri. Tidak jarang mereka melompat ke arah pagar listrik dan mencari cara agar tentara Jerman menembak mereka untuk mengakhiri neraka mimpi buruk yang tidak pernah berakhir..
Tanggal 1 April hingga 9 April 1945, makanan tidak dibagikan sama sekali. Dan pada tanggal 11 April 1945, aku mendengar suara tank yang tidak biasa. Suaranya itu bukanlah suara tank milik tentara Jerman. Aku melihat simbol bintang david putih yang merupakan seragam dari komandan Pasukan III Amerika yang dikomandoi Jendral George Patton.


Setelah itu, Henry tinggal di panti asuhan di Perancis. 1946, dia tiba di Los Angeles dan tinggal bersama paman dan bibinya. Henry mengambil kuliah untuk menjadi optometrist(Dokter spesialis mata). Dia telah praktek selama 60 tahun sebagai dokter mata di Beverly Hills dan pensiun sejak 2014.


Sangat susah telah memasuki umur 88 tahun dan melihat dunia ini tidak berhenti berkonflik. Aku telah melihat Kosovo, Somalia, Darfur, Rwanda, dan dua puluh peristiwa genosida yang masih terjadi setelah Perang Dunia II. Dan suatu Minggu pagi, melihat Donald Trump menyuruh para pendukungnya mengangkat tangan untuk bersumpah mendukungnya dalam Pemilu, membuat kami, para penyintas Holocaust begitu geram dan sakit hati.

Aku melihat demokrasi di negara ini semakin mengalami
kemunduran dengan tindakan dan aksi seperti itu.
Apakah kita akan memilih untuk membangun pagar - pagar tinggi lagi
dan mengurung orang di dalamnya.
Apakah kita akan memilih untuk membangun kamp konsentrasi
untuk mereka yang digolongkan sebagai minoritas.
Aku tidak bisa membayangkan bahwa Amerika akan mengambil jalan yang sama yang dilakukan oleh Jerman pada Perang Dunia II.

Apakah kita tidak pernah belajar dari Perang Dunia II, Perang Korea, Perang Vietnam, Perang Iraq. Manusia lebih memilih untuk hidup dalam kebencian berdasarkan agenda politiknya atau agama.Jadi kita harus belajar tidak hanya melalui kisah Holocaust, karena memang faktanya manusia sering memilih untuk hidup dalam dunia yang penuh kebencian daripada dunia yang damai bagi kehidupan semua orang.
0
25.5K
Kutip
120
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan