- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Ujian Nasional, Satu Langkah Depresi Menuju Kehilangan


TS
yavidrahmat
Ujian Nasional, Satu Langkah Depresi Menuju Kehilangan


Main dan meramaikan yuk ke Sub-Forum Reg. Karesidenan Bojonegoro


Quote:


Selamat Pagi agan-sista semua yang sepertinya kangen dengan saya yang akhir-akhir ini gak pernah nulis Thread lagi. Seperti biasa, saya selalu muncul setelah problem nasional yang tentunya menarik perhatian publik. Dan fokus dari tulisan saya kali ini adalah tentang Ujian Nasional yang baru kemarin-kemarin ini dilaksanakan. Banyak Pro dan Kontra muncul dalam menyikapi Ujian Nasional tahun ini.
Cekidot aja ya
Quote:



Ujian Nasional yang saat ini menjadi Polemik dan fokus beberapa netizen. Seiring dengan dinamika kebijakan Pemerintah di sektor Pendidikan yang mendorong terjadinya perubahan sistem Ujian Nasional. Yang mana dari setiap perubahan tersebut merupakan respons Pemerintah dalam memperbaiki kelemahan dari sistem ujian sebelumnya. Dimulai pada tahun 1965 UNAS yang kita kenal saat ini masih bernama Ujian Negara yang dilaksanakan secara Nasional. Sedihnya, tingkat kelulusan siswa saat itu hanya mencapai 50% (Ingat, ini mencapai). Dilema pun dirasakan Pemerintah, kali ini Ujian Negara di rubah menjadi Ujian Sekolah yang pada akhirnya meningkatkan presentase kelulusan siswa menjadi 100%. Hanya saja setelah diterapkan sistem Ujian Sekolah yang berjalan selama 7 tahun di 1972 – 1979, mutu pendidikan di Indonesia malah menurun. Ironi...
Berbagai perubahan sistem Ujian di Indonesia, mulai dari Ujian Negara, Ujian Sekolah, Ebtanas (generasi 80’-90’ pasti tau), Ujian Akhir Nasional, dan saat ini gencar-gencarnya sistem UNBK yang diselenggarakan pemerintah.
Quote:

Nah, menyikapi hal tersebut. Beberapa waktu lalu, jutaan siswa di Indonesia mengeluhkan pelaksanaan Ujian Nasional yang TERLALU SULIT untuk dikerjakan oleh siswa-siswi se-Indonesia. Beberapa hal yang saya bingungkan adalah bukan dari bagaimana mereka mengeluhkan susahnya mengerjakan Ujian Nasional itu, tapi dari bagaimana pihak penyelenggara menciptakan soal-soal yang tidak berperikesoalan itu. Mereka bersekolah tiga tahun lamanya, ngerjain soal yang hanya 40 – 50 butir aja kesusahan, ane sendiri kurang paham betul susahnya mereka ini di tingkat apa. Yang pasti ane ragu, ane sekolah tiga tahun sering bolos, masuk sekolah pun banyakan gak ikut pelajaran karena nongkrong di kantin ala anak SMK, masuk kelas juga banyakan tidur karena datang buat isi absensi doang. Tapi gak pernah tuh ada kata “Susah” di Ujian Nasional ane waktu itu (2015).

Mirisnya, semakin susah standar yang harus dihadapi siswa-siswi se Indonesia ini mungkin harus membuat mereka sering-sering meminum obat anti depresan demi mencegah pendekatan mereka ke kematian dengan cara bunuh diri. Mengapa? Ane merasa aneh aja, 6 tahun sekolah ada Ujian Nasional, 3 tahun lagi sekolah endingnya ketemu Ujian Nasional, 3 tahun terakhir sekolah masih ketemu Ujian Nasional. Tiga kali dari kita pernah merasakan masa-masa paling emosional. TAPI, mengontrol emosi pribadi ini susah! Ga semua orang bisa lo, hampir semua dari kita pernah menjadi korban Ujian Nasional, ada yang nangis setelah Ujian Nasional, ada yang sakit sampe beberapa hari, ada yang besoknya bengong dan susah di ajak omongan, bahkan ada yang mungkin seneng kegirangan sambil hura-hura di jalan setelah melalui masa-masa sulit itu. DAN, dari dampak pelepasan emosi tersebut, beberapa dari teman kita ada yang kesulitan mengatur emosi dalam diri mereka yang mana akhirnya kita harus melepaskan kepergian mereka dengan duka. Padahal, kita sekolah cari ilmu cari pahala atau karma baik. Tapi malah di akhir sementara kita dalam menimba ilmu, harus berakhir dengan bunuh diri. Aneh kan? Cek aja gambar di atas kalo Pendidikan adalah salah satu penyebab bunuh diri? Ironis banget deh rasanya
Quote:

Ya! Itulah yang seharusnya difikirkan oleh pemerintah. Memikirkan kecemasan-kecemasan yang dirasakan oleh pelajar-pelajar Indonesia yang saking ketakutannya mendapat NILAI yang JELEK, sampai-sampai harus mengorbankan uangnya untuk beberapa KUNCI JAWABAN. Sementara yang difikirkan pemerintah di saat yang sama hanya tentang “Bagaimana Cara Menjaga Kerahasiaan Kunci Jawaban Agar Tidak Menyebar Ke Masyarakat”. Apakah pemerintah memikirkan kecemasan kami saat itu?
Quote:

Kita dipaksa untuk menjadi pelajar yang PINTAR, guna menaikkan data yang menunjang naiknya mutu Pendidikan di Negara ini. Kita dipaksa menguasai Logaritma, Integral yang mana ilmu tersebut hanya diterapkan 16-17 tahun setelah menikah (buat ngajarin anaknya doang). Sebuah kekesalan dalam diri ini bertanya-tanya, mengapa mereka mengejar NILAI sebagai acuan kePINTARan seseorang. Bukankah menjadi CERDAS lebih fleksibel untuk kebutuhan pendidikan Indonesia ini? Menjadi CERDAS adalah tentang bagaimana kita memfokuskan diri terhadap minat kita dan menyelesaikan masalah-masalah yang akan datang di hidup kita mendatang. Menggiatkan pengajaran Normatif, yang mana para siswanya di ajarkan untuk lebih menghargai guru karena dengan menghargainya sama arti dengan menghargai Ilmu yang mereka berikan. Dan mungkin dengan cara yang demikian, mutu Pendidikan di Indonesia bisa naik tanpa harus memaksa Pelajar Indonesia dengan kecemasan-kecemasannya.
Quote:
NB: Ane share pengalaman pribadi di post 3, boleh dibaca boleh enggak.


Quote:
Penutup
Terimakasih telah membaca thread ini hingga selesai. Thread ini saya buat sebagai opini pribadi saya tentang Ujian Nasional. Semoga dengan adanya thread ini kita punya cara baru yang lebih efektif dalam menaikkan mutu pendidikan. Tanpa harus ada korban dari proses tersebut.
Namun, dengan kedangkalan wawasan yang saya miliki, dan setiap kesalahan saya dalam penuturan kata yang tidak berkenan di atas. Selaku TS saya ingin mengucapkan



Spoiler for sumber:
Sumber Tulisan!: Ini murni nulis sendiri, dengan bantuan beberapa referensi.
sumber gambar: google seperti biasa
sumber gambar: google seperti biasa
Diubah oleh yavidrahmat 19-04-2018 04:55
0
11.3K
Kutip
139
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan