Sejak tahun 2017 lalu, Indonesia memasuki tahun pilkada. Dengan sistem pilkada saat ini yang dilakukan secara serentak untuk beberapa daerah. Proses pemilihan pemimpin rakyat ini biasa juga disebut pesta demokrasi, saat rakyat bebas menentukan pemimpin menggunakan hak pilih nya.

Sayang seribu sayang, pesta demokrasi ternyata dicampuri dengan hal paling sensitif di Indonesia: S.A.R.A.

Tak tanggung-tanggung efeknya dari isu S.A.R.A ini. Pada 2017 yang lalu di Jakarta, heboh orang yang meninggal tak akan diurus seperti biasanya jika ketahuan memilih salah satu calon. Mari kesampingkan dulu isu S.A.R.A, apakah tak ada tenggang rasa dan kepedulian lagi sampai berani mengabaikan orang yang meninggal?

Lebih parahnya lagi, melansir dari IDN TIMES, ternyata ada 10.000 pengaduan konten kebencian dan S.A.R.A saat pilkada DKI Jakarta tahun 2017 yang lalu. 10.000 untuk Jakarta saja, bagaimana dengan tahun ini yang ternyata 3 provinsi besar di pulau Jawa akan melangsungkan Pilkada?




Agama tak bisa begitu saja dimasukan ke dalam politik. Harus ada ilmu yang mengaturnya, belum lagi dalam politik kawan bisa menjadi lawan dan sebaliknya. Pun yang benar bisa menjadi salah juga sebaliknya. Politik itu bukan masalah benar atau salah tapi siapa yang paling bisa mempengaruhi orang banyak maka dia yang benar. Politik itu abu-abu.

Oke lah jika ingin membawa agama jika niatnya untuk mengedukasi masyarakat tentang berpolitik sesuai ajaran agamanya, tapi kembali lagi seperti di atas: politik itu abu-abu.

Maaf jika ada politisi yang membaca thread ane, tapi setiap politisi yang berbicara pada masyarakat apalagi melalui media sosial atau media nasional ane selalu berpikir "ada niat lain yang tersembunyi."

Dan tentu saja kebanyakan besar prasangka ane terbukti setelah melihat dan mengikuti perkembangan dunia politik di Indonesia.

Oh ayolah, jangan teruskan membuat gaduh di masyarakat. Indonesia itu kuat jika bersatu, untuk hal seperti rendang crispy kemarin saja sampai heboh di dunia maya. Belum lagi jika ada yang menyinggung nama Indonesia, masyarakat seperti tahu job description nya masing-masing. Mulai dari spamming di media sosial sampai hacking di dunia maya.

Tapi kenapa saat kebebasan bersuara ada di depan mata, masyarakat seakan dicuci otaknya?




Maafkan jika ada salah kata atau penulisan dan juga hal lain nya. Thread ini pada dasarnya hanya curahan hati ane.

Silahkan berkomentar jika agan sista merasa ada yang ingin disampaikan.

Semoga thread ini ada manfaatnya untuk kita semua

Jangan lupa share jika bermanfaat