markomenAvatar border
TS
markomen
Kalender Sunda Jadi Bahasan Konvensi Nasional di Bandung
BANDUNG - Peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA) ke-63 di Kota Bandung akan diwarnai kegiatan Konvensi Nasional yang fokus membahas sejarah dan budaya bangsa. Sistem penanggalan (kalender) Sunda akan menjadi salah satu topik yang dibahas dalam Konvensi Nasional tersebut.

Konvensi Nasional yang akan menghadirkan sejumlah narasumber dari berbagai disiplin ilmu tersebut, diharapkan menghasilkan rekomendasi bagi pemerintah pusat demi kemajuan bangsa. Kegiatan yang diselenggarakan di Hotel Bidakara Savoy Homann, Selasa (17/4/2018) ini akan membahas revitalisasi nilai-nilai sejarah dan budaya dalam makna kebangsaan.

"Kita ambil momen 63 tahun KAA untuk menjadikan kehidupan bernegara dan berbangsa yang lebih cerdas dan berbudaya," kata Ketua Panitia Konvensi Nasional Setiajaya Satria Rassidy dalam konferensi pers di Hotel Bidakara Savoy Homann, Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, Senin (16/4/2018).

Konvensi Nasional yang dibagi dalam tiga bagian ini akan dihadiri oleh 25 narasumber, yang terdiri atas sejumlah guru besar perguruan tinggi, akademisi, budayawan, ahli sejarah, sampai ahli astronomi. Dalam kegiatan tersebut, kata Setiajaya, berbagai bahasan budaya dan sejarah diarahkan kepada semangat kebangsaan. 

"Akan dibahas juga peran Kalender Saka Sunda dalam perhitungan astronomi dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari," sebutnya.

Budayawan Sunda Miranda H Wihardja yang merupakan salah satu narasumber Konvensi Nasional mengatakan, budaya yang merupakan jati diri bangsa menjadi hal yang sangat penting untuk meningkatkan kekuatan negara, salah satunya ditunjukkan melalui penggunaan kalender Saka Sunda.

"Kita jangan amnesia kalau menyangkut sejarah, kita ini punya budaya yang hebat. Kalau melupakan bisa bingung, makanya jadi galau dengan jati diri sendiri," katanya.

Karena itu, dia mengajak seluruh lapisan masyarakat agar tidak berhenti melestarikan budaya. Salah satunya dengan tidak melupakan sistem penanggalan Sunda yang menurutnya tidak lekang oleh waktu. 

"Sistem penanggalan Sunda justru edukatif dan berbasis teknologi. Sesepuh kita sudah tinggi kalau menyangkut teknologi. Bisa digunakan untuk melihat masa lalu dan memprediksi masa depan, bukan ramalan, tapi ada teknologinya," paparnya.

Dia mencontohkan, prediksi yang menyatakan bahwa Indonesia akan bubar pada 2030 diragukan sejumlah budayawan Sunda. Sebab, berdasarkan kalender Sunda, mereka menilai, pada tahun tersebut, Indonesia justru akan menuju pada masa keemasan.

Miranda meyakinkan, Indonesia akan memasuki masa emas pada 2030. Selain melihat kondisi saat ini, menurut dia, prediksi kejayaan ini pun sesuai dengan sistem penanggalan Saka Sunda.

"2030 Masehi atau 1952 Saka Sunda, adalah waktunya untuk terjadi perubahan sistem dengan yang baru, tapi tidak bubar. Itu tahunnya rakyat," kata Miranda seraya berjanji akan menjelaskan hal tersebut lebih dalam Konvensi Nasional itu.(SINDOnews)
0
587
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan