- Beranda
- Komunitas
- News
- Beritagar.id
Mendikbud berkelit lantaran soal UN terlalu sulit


TS
BeritagarID
Mendikbud berkelit lantaran soal UN terlalu sulit

Siswa mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer Tahun 2018 di Sekolah Menengah Atas (SMA) Santo Tarcisius di Dumai, Dumai, Riau, Senin (9/4/2018)
Pekan Ujian Nasional (UN) tingkat SMA/MA yang digelar pada 9 April hingga 12 April 2018, diwarnai protes lewat media sosial. Umumnya siswa mengeluhkan soal matematika yang dianggap terlalu sulit, dan tak sesuai kisi-kisi.
Sebanyak 1.812.565 siswa Siswa Sekolah Menegah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah (MA) mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) tahun ini, atau 91 persen dari total siswa jenjang pendidikan SMA/MA di 18.353 sekolah di Indonesia.
Tiga mata pelajaran utama diujikan, yaitu Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris, ditambah dengan mata pelajaran sesuai pilihan jurusan siswa.
Akun Instagram Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy, (@muhadjir_effendy), akun Twitter Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (@Kemdikbud_RI), atau Akun Instagram Pustekkom Kemendikbud, jadi sasaran keluhan.
Misalnya yang dikicaukan lewat Twitter oleh akun @LaksitaRevan pada 12 April lalu. Akun yang menggunakan nama "Revan Ady Laksita" dan mengaku asal Pangandaran, Jawa Barat itu, menulis kicauan satire untuk Kemendikbud.
Ekspresi satire lainnya juga muncul dari akun @alstjssla__ yang mengeluh, "Masuk kuliah bisa botak saya," untuk menggambarkan sulitnya soal UN yang dihadapinya.
Terimakasih pak UNBK 2018 tak akan terlupakan, php in kisi kisi, belajar mati matian ga ada yg keluar, apalagi mapel Matematika sama peminatan khusus nya fisika Soal nya luar biasa, lebih sulit dari tahun sebelumnya, tingkatkan sistem pendidikan bukannya menaikan kualitas UN.
— Revan Ady Laksita (@LaksitaRevan) April 12, 2018 Pak, terimakasih ya. Rambut saya rontok di akhir UN. Belum SBMPTN. Masuk kuliah bisa botak saya :"
— dalbitkkot (@alstjssla__) April 11, 2018
Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), turut mendapatkan keluhan dari siswa dalam menghadapi UNBK hari kedua, saat mengujikan mata pelajaran matematika. Keluhan dan laporan siswa, soal yang dibuat pemerintah (BSNP) tidak sesuai kisi-kisi.
"Soal matematika di UNBK 2018 jauh berbeda dari try out yang selama ini dipelajari siswa. Para siswa tak hanya yang di daerah, bahkan juga di Jakarta mengeluhkannya," ujar Ketua FSGI, Retno Lystianti, Kamis (12/4/2018), dalam laporan Tribunnews.
Laporan itu juga menguraikan jenis-jenis keluhan soal matematika, terutama matematika untuk jurusan IPS. Seperti diuraikan guru matematika di sebuah sekolah di Jakarta, Slamet Maryanto, keluhan itu di antaranya tentang jumlah dan cakupan materi tidak sesuai kisi-kisi. Lalu ada soal Trigonometri yang terdiri dari 6 soal, padahal dalam kisi-kisi hanya 2.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy menanggapi keluhan-keluhan tersebut. Menurutnya, pemberian bobot pada soal ujian nasional berbasis komputer (UNBK) khususnya untuk mata pelajaran matematika memang berbeda dengan penilaian biasanya.
"Memang yang akan dipetakan lewat UN antara lain adalah aspek tingkat kesulitan tertinggi yang bisa dicapai oleh siswa. Tetapi pemberian bobotnya juga beda," ujar Muhadjir di Jakarta, Sabtu, seperti dikutip Antaranews.
Pembobotan dimaksud, mirip dengan sistem penilaian Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) yang mulai berlaku pada tahun ini, yakni berdasarkan tingkat kesulitan soal. Soal-soal tertentu dibuat lebih sulit, membutuhkan daya nalar tinggi atau "high order thinking skills" (HOTS).
Konsep HOTS yang dipopulerkan Anderson & Krathwohl (2001), membutuhkan tingkat pemikiran yang lebih kompleks--bukan sekadar menyebutkan kembali sebagai hasil menghafal, atau menggunakan pengetahuan yang sudah diberikan. HOTS di antaranya menuntut siswa membuat keputusan, mengkreasikan sesuatu, hingga mengevaluasinya.
"Saya justru kecewa, kalau banyak siswa yang bilang soalnya gampang. Tidak belajar sungguh-sungguh pun bisa mengerjakannya," kelit Menteri Muhajir. Mendikbud menyatakan, soal-soal berkategori HOTS itu demi meningkatkan kualitas UN.
Meski begitu, Muhadjir minta maaf kepada siswa karena soal yang terlalu sulit. "Saya minta maaf kalau ada beberapa kalangan yang merasa mengalami kesulitan, yang sulit, yang tidak bisa ditoleransi," ujar Muhadjir, di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Jumat (13/4/2018), dikutip Kompas.com.
Menanggapi penerapan HOTS pada soal UN tahu 2018, pemerhati pendidikan dari Universitas Paramadina, Mohammad Abduhzen, mengatakan soal ujian HOTS tak bisa dipraktikkan sekonyong-konyong tanpa memperhatikan proses pembelajarannya.
"Konsep dan praktik pembelajaran harus dibenahi, seperti apa yang diinginkan. Dibahas atau dikaji dulu baru dirumuskan, dibuat kebijakan, baru kemudian melakukan sosialisasi," kata Abduhzen dalam Okezone.
Menurut hematnya, konsep HOTS sedianya bukanlah mata pelajaran atau soal ujian. HOTS adalah tujuan akhir yang dicapai setelah siswa melalui pendekatan, proses, dan metode pembelajaran tertentu.
Kekeliruan memahami konsep HOTS bisa berdampak pada kesalahan model pembelajaran yang makin tak efektif dan tak produktif. Misalnya, membuat soal yang susah padahal maksudnya menyasar tingkat HOTS dalam mata pelajaran tertentu.
"Kesukaran yang dikeluhkan murid kemungkinan muncul dari kekeliruan seperti itu, atau tidak sesuai antara pemahaman pembuat soal terhadap konten kurikulum dan silabus pembelajaran," jelasnya.

Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...-terlalu-sulit
---
Baca juga dari kategori BERITA :
-

-

-



anasabila memberi reputasi
1
1.2K
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan