azizm795Avatar border
TS
azizm795
Menguak Formula "Rating Share" ala Nielsen Indonesia (2)
 Sekitar tahun 80an, anak sekolah dasar rata-rata tahu siapa itu Margaret Thatcher, Muammar Gaddafi, Ronald Reagan hingga Yasser Arafat. Nama-nama itu sering disebut-sebut dalam program Dunia Dalam Berita pukul sembilan malam di TVRI. Satu-satunya siaran visual yang mengudara di tanah air.
Baca juga : Menguak Formula "Rating Share" ala Nielsen Indonesia (3)
Di kala tontonan tidak ada pilihan, Dunia Dalam Berita adalah suguhan yang sangat menarik. Sambil duduk manis di depan televisi, serasa sedang berkelana keliling dunia, menyaksikan tokoh-tokoh tersebut menjadi bahan berita. Tanpa disadari, penonton menjadi pintar dan wawasannya bertambah luas.
Tidak terasa waktu terus bergulir. Dari cuma satu stasiun televisi milik negara, muncullah satu stasiun keluaran swasta, RCTI pertama kali mengudara tahun 1989. Menyusul SCTV (1990), TPI (1991), Indosiar (1992) dan ANTV (1992)
Industri penyiaran Indonesia makin berkembang pesat pasca runtuhnya rezim Orde Baru tahun 1998. Pada tahun 2008, Indonesia telah memiliki enam stasiun televisi dan tahun 2012 memiliki 62 stasiun (Data Ditjen PPI, 2012).
Seiring makin banyaknya jumlah televisi yang hadir di tanah air, persaingan menjaring penonton pun tidak bisa dihindari. Jumlah individu yang rajin nonton satu program di televisi, erat kaitannya dengan kue iklan sebagai pemasukan terbesar untuk biaya produksi lembaga hiburan tersebut.
“Industri televisi sangat identik dengan hiburan, karena sejak awal ditemukan, media ini lebih berperan sebagai alat penghibur masyarakat, bukan sarana penyebarluasan informasi. Semakin banyak penonton sebuah program hiburan, semakin besar minat perusahaan memasang iklan di acara tersebut.
Ini adalah cermin dari bekerjanya prinsip demand and supply dalam hukum ekonomi. Karena alasan inilah, pelaku bisnis televisi berargumen, hanya untuk memenuhi selera masyarakat dan kemudian memroduksinya berulang-ulang.
Fakta ini menunjukkan bahwa sebenarnya tidak ada kreativitas yang dinamis dalam industri televisi yang sering diklaim sebagai industri kreatif” (Iswandi Syahputra, Gramedia Pustaka Utama 2013).
Maka untuk mengetahui program mana yang paling banyak ditonton, industri televisi membutuhkan data, yang tentunya diperoleh dari hasil penelitian dan survei. Di Indonesia ada beberapa lembaga riset yang menyediakan layanan tersebut, diantaranya PT Mars Indonesia, Matari Advertising dan The Nielsen Company Indonesia (Nielsen).
Sudah jadi rahasia umum bahwa ‘pegangannya’ stasiun-stasiun televisi besar di negara ini adalah Nielsen. Dikutip dari nielsen.com informasi mengenai pemirsa televisi diambil dari  data Televisi Audience Measurement (TAM) yang mencakup monitoring pemirsa atas semua televisi nasional terhadap penonton berusia lima tahun keatas.
Data tersebut diperoleh dari alat people meter yang dipasang di tiap televisi rumah tangga yang menjadi panel Nielsen di 11 kota di Indonesia (Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surakarta, Surabaya, Denpasar, Medan, Palembang, Makassar dan Banjarmasin).
Di dalam lamannya tersebut, Nielsen menegaskan survei yang mencakup 11 kota itu tidak mewakili populasi di Indonesia.
Indonesia terdiri dari 34 provinsi yang terdiri dari banyak kecamatan, kabupaten, kelurahan hingga yang terkecil lingkupnya yaitu rukun warga/rukun tetangga. Kenapa pengambilan sampel hanya di 11 kota? (Bersambung)

Sumber: www.law-justice.co
0
1.5K
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan