- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Kepala Stasiun Klimatologi Dramaga Klaim Potensi Tsunami di Bogor Kecil


TS
InRealLife
Kepala Stasiun Klimatologi Dramaga Klaim Potensi Tsunami di Bogor Kecil
https://bogor.pojoksatu.id/baca/kepa...di-bogor-kecil

Saya bayangin sih si bapak dari BMKG itu ketawa-ketawa pas wartawan Pojoksatu bertanya "bagaimana potensi tsunami di Bogor".
Buat teman-teman yang berkecimpung di bidang geografi, kalian mesti berusaha lebih keras nih, masih ada orang-orang yang nggak tau Bogor ada di mana, laut ada di mana...

Quote:
Kepala Stasiun Klimatologi Dramaga Klaim Potensi Tsunami di Bogor Kecil
Jumat, 6 April 2018 pukul 05.34
Maryam
POJOKJABAR.com, BOGOR– Perhatian publik tersita pada peringatan dini tsunami setinggi 57 meter di Pandeglang. Potensi ini ancam sejumlah wilayah seperti Sukabumi, Tangerang, Bekasi, dan Jakarta yang berbatasan dengan Bogor.
Lalu, akankah potensi itu juga berimbas ke tanah Pajajaran?
Dilansir dari Metropolitan.id, ancaman gempa yang berpotensi tsunami wajib diwaspadai. Ini pula yang dibahas dalam diskusi potensi tsunami dengan sejumlah pakar di gedung Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Jalan Angkasa Raya, Kemayoran, Jakarta Pusat.
Berdasarkan kajian ilmiah yang dilakukan Balai Pengkajian Dinamika Pantai Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jawa Barat termasuk wilayah yang memiliki potensi besar terjadinya tsunami.
Peneliti tsunami pada BPPT Widjo Kongko mengatakan, tsunami bisa terjadi karena di Jawa Barat tengah diprediksi adanya gempa megathrust di daerah subduksi di Selatan Jawa dan Selat Sunda. Salah satu contoh dampak gempa megathrust ini adalah adanya gempa di Banten pada akhir Januari 2018. Apabila kekuatan gempa mencapai 9 skala richter di kedalaman laut yang dangkal, tsunami besar akan terjadi.
“Di Jawa Barat itu sumber gempa besar. Di situ bisa dikatakan di Selatan bisa mencapai 8,8 Magnitudo atau 9 sehingga kaidah umum kalau di atas 7 Magnitudo dan terjadi di lautan dangkal sumbernya, maka potensi tsunami besar akan terjadi di daerah sana,” kata Widjo.
Menurutnya, tsunami tertinggi diprediksi bisa terjadi di Pandeglang hingga setinggi 57 meter karena merupakan kabupaten paling dekat dengan Laut Selatan. Apabila gempa megathrust terjadi, dalam hitungan setengah jam, tsunami diperkirakan akan mencapai daratan Kabupaten Pandeglang.
“Daerah Pandeglang dan Jawa Barat dan di daerah Selatan karena paling dekat dengan sumber gempa bumi dan tsunami. Tetapi di sana cukup besar, bisa di atas 57 meter dan jangka waktunya cuma kurang dari setengah jam. Jadi pendek tsunami sampai ke daratan,” ujarnya.
Angka 57 meter tersebut muncul dari salah satu skenario pada simulasi yang dilakukan secara ilmiah oleh Widjo. Pemodelan dalam simulasi ini dilakukan menggunakan data yang bersumber dari kajian ilmiah.
Selain di Pandeglang, tsunami itu diprediksi akan mencapai beberapa wilayah di Jawa Barat, Banten dan Jakarta. Beberapa wilayah itu di antaranya Sukabumi dengan ketinggian 41,5 meter, Ciamis 39,8 meter, Lebak 39,4 meter, Cianjur 3,2 meter, Garut 30,1 meter, Tasikmalaya 28,2 meter, Serang-Banten 5,5 meter, Tangerang 4,2 meter, Jakarta Utara 2,4 meter dan Bekasi Utara 2,8 meter. “Untuk di Jakarta sekitar 2,5-3 meter tsunami masuk dan waktu 3-5 jam,” ucap Widjo.
Munculnya prediksi daerah yang berpotensi terjadi tsunami, jadi bahan perbincangan warga. Tak terkecuali di Bogor. Beruntung, wilayah Bogor tidak masuk daerah berpotensi tsunami.
Kepala Stasiun Klimatologi Dramaga Budi Suhardi mengatakan, meski berdekatan dengan daerah berpotensi tsunami, dilihat dari jaraknya, potensi itu kemungkinan kecil berimbas ke Bogor. “Kalau dilihat dari jaraknya itu tidak mungkin karena Bogor itu dataran tinggi,” kata Budi.
Meski begitu, langkah antisipasi perlu dilakukan, termasuk menyusun jalur evakuasi ke tempat terbuka yang aman. “Langkah antisipasi harus segera dilakukan jika memang kita akan mengacu kepada kemungkinan terburuk yang telah dipaparkan dalam rilis BMKG Bandung dan BPBD Jawa Barat,” jelasnya.
Sementara jika mengacu pada hasil kajian ilmiah, Peneliti BPPT Widjo memprediksi potensi tsunami kemungkinan akan lebih besar dibandingkan tsunami di Aceh pada 2004. Sebab, kedalaman laut di Jawa bagian Barat lebih dalam dibandingkan Aceh.
“Ya (tsunami akan lebih besar, red) terutama di Aceh. Ya kalau di Aceh katakan skalanya 9 lebih skala ritcher begitu. Kalau di sana juga terjadi segitu bisa besar seperti Aceh, bahkan dari segi model bisa lebih besar karena kedalaman air di sana lebih dalam secara umum dibandingkan Aceh. Kalau semakin dalam, volume air yang dipindahkan semakin dalam dari gempa bumi kemudian tsunaminya menyebabkan besar,” kata Widyo.
Namun, Sekretaris Utama BMKG Untung Merdijanto mengaku belum bisa memastikan kapan tsunami ini terjadi. Ia berharap seluruh pejabat pemerintah DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat dapat memuat mitigasi bencana untuk antisipasi.
“Kapan? Tentu kami tidak bisa memastikan karena belum ada alat yang bisa mendeteksi. Tetapi tentunya kami selalu mengadakan kajian ilmiah untuk melihat potensi yang ada. Tentu yang paling penting adalah kita telah mengetahui secara umum, meskipun belum detail kajiannya. Intinya, migitasi perlu kita siapkan sejak awal,” ucapnya.
Sementara itu, Sekdis Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor Budi Pranowo menuturkan, berdasarkan data BMKG Bandung dan BPBD Jawa Barat, hingga kini belum ada ilmu dan teknologi yang dapat memprediksi gempa bumi secara akurat.
“Info tersebut merupakan kemungkinan terburuk berdasarkan model teoritis saja, sedangkan waktu dan kejadiannya belum dapat dipastikan,” tuturnya seperti yang tertulis dalam rilis BMKG Bandung dan BPBD Jawa Barat.
(ogi/b /de/feb/run/pojokjabar)
Jumat, 6 April 2018 pukul 05.34
Maryam
POJOKJABAR.com, BOGOR– Perhatian publik tersita pada peringatan dini tsunami setinggi 57 meter di Pandeglang. Potensi ini ancam sejumlah wilayah seperti Sukabumi, Tangerang, Bekasi, dan Jakarta yang berbatasan dengan Bogor.
Lalu, akankah potensi itu juga berimbas ke tanah Pajajaran?
Dilansir dari Metropolitan.id, ancaman gempa yang berpotensi tsunami wajib diwaspadai. Ini pula yang dibahas dalam diskusi potensi tsunami dengan sejumlah pakar di gedung Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Jalan Angkasa Raya, Kemayoran, Jakarta Pusat.
Berdasarkan kajian ilmiah yang dilakukan Balai Pengkajian Dinamika Pantai Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jawa Barat termasuk wilayah yang memiliki potensi besar terjadinya tsunami.
Peneliti tsunami pada BPPT Widjo Kongko mengatakan, tsunami bisa terjadi karena di Jawa Barat tengah diprediksi adanya gempa megathrust di daerah subduksi di Selatan Jawa dan Selat Sunda. Salah satu contoh dampak gempa megathrust ini adalah adanya gempa di Banten pada akhir Januari 2018. Apabila kekuatan gempa mencapai 9 skala richter di kedalaman laut yang dangkal, tsunami besar akan terjadi.
“Di Jawa Barat itu sumber gempa besar. Di situ bisa dikatakan di Selatan bisa mencapai 8,8 Magnitudo atau 9 sehingga kaidah umum kalau di atas 7 Magnitudo dan terjadi di lautan dangkal sumbernya, maka potensi tsunami besar akan terjadi di daerah sana,” kata Widjo.
Menurutnya, tsunami tertinggi diprediksi bisa terjadi di Pandeglang hingga setinggi 57 meter karena merupakan kabupaten paling dekat dengan Laut Selatan. Apabila gempa megathrust terjadi, dalam hitungan setengah jam, tsunami diperkirakan akan mencapai daratan Kabupaten Pandeglang.
“Daerah Pandeglang dan Jawa Barat dan di daerah Selatan karena paling dekat dengan sumber gempa bumi dan tsunami. Tetapi di sana cukup besar, bisa di atas 57 meter dan jangka waktunya cuma kurang dari setengah jam. Jadi pendek tsunami sampai ke daratan,” ujarnya.
Angka 57 meter tersebut muncul dari salah satu skenario pada simulasi yang dilakukan secara ilmiah oleh Widjo. Pemodelan dalam simulasi ini dilakukan menggunakan data yang bersumber dari kajian ilmiah.
Selain di Pandeglang, tsunami itu diprediksi akan mencapai beberapa wilayah di Jawa Barat, Banten dan Jakarta. Beberapa wilayah itu di antaranya Sukabumi dengan ketinggian 41,5 meter, Ciamis 39,8 meter, Lebak 39,4 meter, Cianjur 3,2 meter, Garut 30,1 meter, Tasikmalaya 28,2 meter, Serang-Banten 5,5 meter, Tangerang 4,2 meter, Jakarta Utara 2,4 meter dan Bekasi Utara 2,8 meter. “Untuk di Jakarta sekitar 2,5-3 meter tsunami masuk dan waktu 3-5 jam,” ucap Widjo.
Munculnya prediksi daerah yang berpotensi terjadi tsunami, jadi bahan perbincangan warga. Tak terkecuali di Bogor. Beruntung, wilayah Bogor tidak masuk daerah berpotensi tsunami.
Kepala Stasiun Klimatologi Dramaga Budi Suhardi mengatakan, meski berdekatan dengan daerah berpotensi tsunami, dilihat dari jaraknya, potensi itu kemungkinan kecil berimbas ke Bogor. “Kalau dilihat dari jaraknya itu tidak mungkin karena Bogor itu dataran tinggi,” kata Budi.
Meski begitu, langkah antisipasi perlu dilakukan, termasuk menyusun jalur evakuasi ke tempat terbuka yang aman. “Langkah antisipasi harus segera dilakukan jika memang kita akan mengacu kepada kemungkinan terburuk yang telah dipaparkan dalam rilis BMKG Bandung dan BPBD Jawa Barat,” jelasnya.
Sementara jika mengacu pada hasil kajian ilmiah, Peneliti BPPT Widjo memprediksi potensi tsunami kemungkinan akan lebih besar dibandingkan tsunami di Aceh pada 2004. Sebab, kedalaman laut di Jawa bagian Barat lebih dalam dibandingkan Aceh.
“Ya (tsunami akan lebih besar, red) terutama di Aceh. Ya kalau di Aceh katakan skalanya 9 lebih skala ritcher begitu. Kalau di sana juga terjadi segitu bisa besar seperti Aceh, bahkan dari segi model bisa lebih besar karena kedalaman air di sana lebih dalam secara umum dibandingkan Aceh. Kalau semakin dalam, volume air yang dipindahkan semakin dalam dari gempa bumi kemudian tsunaminya menyebabkan besar,” kata Widyo.
Namun, Sekretaris Utama BMKG Untung Merdijanto mengaku belum bisa memastikan kapan tsunami ini terjadi. Ia berharap seluruh pejabat pemerintah DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat dapat memuat mitigasi bencana untuk antisipasi.
“Kapan? Tentu kami tidak bisa memastikan karena belum ada alat yang bisa mendeteksi. Tetapi tentunya kami selalu mengadakan kajian ilmiah untuk melihat potensi yang ada. Tentu yang paling penting adalah kita telah mengetahui secara umum, meskipun belum detail kajiannya. Intinya, migitasi perlu kita siapkan sejak awal,” ucapnya.
Sementara itu, Sekdis Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor Budi Pranowo menuturkan, berdasarkan data BMKG Bandung dan BPBD Jawa Barat, hingga kini belum ada ilmu dan teknologi yang dapat memprediksi gempa bumi secara akurat.
“Info tersebut merupakan kemungkinan terburuk berdasarkan model teoritis saja, sedangkan waktu dan kejadiannya belum dapat dipastikan,” tuturnya seperti yang tertulis dalam rilis BMKG Bandung dan BPBD Jawa Barat.
(ogi/b /de/feb/run/pojokjabar)
Saya bayangin sih si bapak dari BMKG itu ketawa-ketawa pas wartawan Pojoksatu bertanya "bagaimana potensi tsunami di Bogor".
Buat teman-teman yang berkecimpung di bidang geografi, kalian mesti berusaha lebih keras nih, masih ada orang-orang yang nggak tau Bogor ada di mana, laut ada di mana...
0
1.1K
Kutip
8
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan