Masih ingat betul dalam ingatan, ketika pulang sekolah saya selalu melakukan safari games. Mulai dari rental game sampai rumah seorang kawan. Maklum saja dulu masih sangat jarang yang memiliki game console. Ketika ada seorang kawan yang memiliki game console maka dapat dipastikan rumahnya menjadi ramai.

Saya bersafari game console tidak sendiri. Saya ditemani dua sampai tiga kawan. Games yang paling sering dimainkan adalah winning eleven. Karena game ini dinilai paling rame kalo dimainkan bareng. Tinggal dibuat format cup/kompetisi, maka dengan menunggu 10 menit semua akan kebagian giliran. Dan yang jago akan main terus hingga babak final. Cukup adil.

Yang menarik dari winning eleven bukan hanya sengitnya pertandingan, atau saling balas gol. Tapi ragam ekpresi kawan saya ketika bermain. Mulai dari menyalahkan pemainnya yang tidak bener mainnya, padahal mereka sendiri yang menggerakannya. Atau pun menganggap gangguan kawan yang duduk di sebelahnya membuat dia kebobolan. Dan yang alibi yang paling sering keluar ketika timnya mengalami kekalahan adalah mengkambing hitamkan stick game console yang dianggap rusak.

Jika sudah begini kami harus mengganti stick tersebut, itu pun jika ada. Kalau tidak ada kami harus menghabiskan sisa pertandingan dengan stick yang entah dianggap rusak atau memang benar-benar rusak. Namun yang pasti dibalik alibi stick rusak terdapat skill bermain game yang kurang mentereng.

Soal stick memang jadi sangat vital. Kadang ada seorang kawan yang membawa stick khusus dari rumahnya untuk menjaga kehormatannya. Ini sah-sah saja. Dan bagi kami yang tidak punya stick harus menerima kenyataan mendapatkan stick kurang bagus atau jika sedang mujur mendapat stick mumpuni.

Stick mungkin saja penting, tapi kebersamaan saat bermain game console itu yang utama. Dari game console saya dan kawan-kawan merekatkan pertemanan. Tawa, canda dan bahagia kami ukir bersama di game console.

Bahkan kami hingga kini terus menjaga pertemanan dengan kopdar tiap sebulan sekali untuk bermain game console. Sebab kami bermula dari game console hingga pertemuan tanpa game console rasanya akan terasa hampa.

Maka jika ditanya apa positifnya game console? saya akan bilang ada, karena saya merasakannya sendiri mendapatkan teman dan mengakrabkan diri teman melalu game console, tapi dengan catatan semua harus sesuai porsinya: waktu, biaya.