azizm795Avatar border
TS
azizm795
Erros Djarot: Tak Ada yang Salah Jika Prabowo Jatuh Cinta dengan Ajaran Bung Karno
Budayawan sekaligus politikus Erros Djarot menilai tanggapan sinis terhadap pengakuan Prabowo Subianto yang jatuh cinta pada ajaran Bung Karno berlebihan. Apalagi menurut Erros, tanggapan tersebut dihubungkan dengan latar belakang dan masa lalu keluarga.
Baca juga : Kunci Pencapresan Gatot di Tangan SBY dan Prabowo
"Apa salahnya bila Gerindra kemudian bertekad menjadikan Marhaenisme sebagai ideologi partainya. Toh tak satu pun partai di Indonesia yang sekarang memiliki wakil di parlemen menempatkan Marhaenisme sebagai ideologi partai mereka," jelas Erros Djarot seperti dikutip dari watyutink.
Erros menyatakan Bung Karno adalah milik seluruh warga bangsa Indonesia. Sehingga akan mengecilkan kedudukannya sebagai bapak bangsa dan sang proklamator, ketika Bung Karno hanya dimiliki dan diklaim milik hanya sekelompok orang, salah satu institusi, salah satu partai dan bahkan hanya milik keluarga.
Baca juga : Pengamat : Prabowo Jiplak Strategi Kampanye Donald Trump
Bahwasanya secara biologis Bung Karno memiliki garis keturunan yang dalam dunia politik dikenal sebagai ‘trah Bung Karno’, tidak berarti Bung Karno hanya menjadi miliknya keluarga dalam lingkaran garis genetika BK semata. Apalagi dikembangkan selanjutnya menjadi hanya boleh diidolakan, diteladani, dipuja dan diikuti ajarannya oleh mereka yang menyatakan diri sebagai warga komunitas kaum Banteng. Sehingga Bung Karno dan ajarannya, Marhaenisme, hanya diperuntukkan dan hanya sah bila dianut oleh mereka yang tergabung dalam komunitas Banteng semata.
Pandangan inilah, menurut Eros yang kemudian terus berkembang hingga membentuk lingkaran komunitas politik dengan label komunitas kaum banteng. Dari kesejarahannya komunitas ini dalam garis politik berawal dari sumber yang bermuara pada Partai Nasional Indonesia (PNI) yang didirikan Bung Karno pada tahun 1927. PNI sebagai partai merupakan kendaraan politik perjuangan seorang pemuda Soekarno yang menawarkan gagasan Nasionalisme Indonesia dalam kerangka perjuangan memerdekakan Indonesia dari cengkraman kolonialis Belanda.
Baca juga : Jangan Mudah Terbuai Janji Manis Pemimpin
Jadi, pada dasarnya seluruh ajaran yang diturunkan Bung Karno sepenuhnya berawal dan bersumber pada tekad memerdekakan rakyat dan bangsa Indonesia dari segala bentuk penjajahan dan penindasan. Sehingga pada hakekatnya Marhaenisme adalah sebuah struggle theory, teori perjuangan rakyat bangsa Indonesia dalam memerdekakan dirinya dari segala bentuk penjajahan, penindasan dan pembodohan. 
Selanjutnya mengisi kemerdekaan dengan berbagai kerja membangun bangsa yang sepenuhnya berdaulat dalam politik; berdikari dalam ekonomi; dan berkepribadian dalam kebudayaan (Trisakti). Sehingga pada gilirannya terbentuklah bangsa-kaum Marhaenis, sebuah komunitas-bangsa yang berkemampuan memerdekakan kaum dan bangsa yang masih terjajah.
Semangat Konferensi Asia-Afrika merupakan perwujudan dari tekad dan semangat Marhaenisme ajaran bung Karno. Perjuangan kesetaraan antara negara-negara utara-selatan. Dilahirkannya gagasan the New Emerging Forces, Conefo, Ganefo, semua dalam kerangka menempatkan Indonesia sebagai sebuah komunitas bangsa yang secara konsekuen menjalankan Trisakti! Sehingga bangsa lain pun dipersilahkan untuk menerapkan ajaran Bung Karno dalam perjuangan bangsanya mencapai kemerdakaan sejati.
Dalam kaitan ini, sekadar contoh bagaimana Bung Karno merupakan figur yang mempengaruhi langkah perjuangan pemimpin bangsa lain, bisa kita ajukan dua nama yang popular dikalangan rakyat kita. Pertama, Mahatir yang dijuluki sebagai Sukarno dari semenanjung Malaya dan Ahmadinejat seorang pejuang dan pemimpin rakyat Iran yang tangguh melawan Imperialisme Amerika. 
Dengan demikian, melakukan klaim bahwa ajaran Bung Karno baru sah dan hanya pas bagi mereka yang tergabung dalam komunitas kaum Banteng, justru merupakan pemikiran yang menghambat pertumbuhan dan perkembangan Marhaenisme sebagai struggle theory-nya rakyat Indonesia.
Karena itu, kembali kepada soal Prabowo, menurut Eross Djarot, warga Indonesia dan murid Bung Karno harus bersyukur dan membantu jika Prabowo berkeinginan menempatkan Marhaenisme sebagai platform perjuangan dan bahkan ideologi partainya. Kendati demikian, masih menjadi pertanyaan apakah kecintaan Prabowo kepada Bung Karno ini hanya terjadi jelang pilpres 2019 atau tidak.
"Permasalahannya, apakah kekaguman dan kejatuhcintaan Prabowo pada Bung Karno terjadi jelang Pemilu 2019 semata, inilah yang menjadi persoalan dan ruang cemooh yang terbuka lebar. Apalagi bila hanya ingin berpenampilan dan bergaya bak seorang Bung Karno yang orator dan tahu bagaimana cara berdandan! Akan hal ini, hanya Prabowo sendiri, seorang elite Indonesia yang sudah bertobat, yang bisa menjawab," imbuhnya.
Erros meyakini bukan tidak mungkin Indonesia memiliki presiden yang baru pada tahun 2019 bila Prabowo berani menempatkan Marhaenisme sebagai pijakan dan garis perjuangan-ideologi partai Gerindra.

Sumber: www.law-justice.co
0
1K
10
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan