- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
PDIP Disindir Dahulu Berani Demo Kenaikan Harga BBM, Tapi Sekarang Diam


TS
hantupuskom
PDIP Disindir Dahulu Berani Demo Kenaikan Harga BBM, Tapi Sekarang Diam
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Kadiv Advokasi dan Hukum DPP Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean menuliskan sindirannya kepada sejumlah politisi PDIP.
Dilansir TribunWow.com, melalui akun Twitter pribadinya@LawanPoLitikJKW, yang ia tuliskan pada Minggu (925/3/2018).
Diketahui, pada Sabtu (24/3/2018) Pertamina menaikan harga pertalite dan solar non-subsidi. Untuk wilayah DKI Jakarta, harga solar non subsidi pada 24 Maret 2018 naik Rp 200/liter menjadi Rp 7.700/liter.
Harga solar non subsidi sebelumnya sebesar Rp 7.500/liter.
Vice President Corporate Communication Pertamina Adiatma Sardjito membantah kenaikan harga Pertalite dilakukan demi menutup potensi kerugian yang didapat Pertamina akibat menanggung selisih harga solar subsidi dan premium.
Dia menegaskan kenaikan harga tersebut didasari adanya kenaikan harga minyak dunia.
"Iya, karena harga minyak dunia," kata Adiatma, Minggu (25/3/2018) yang dilansir dari Kontan.id.
Menurutnya, perhitungan BBM penugasan seperti premium ataupun BBM tertentu seperti solar subsidi berbeda dengan perhitungan BBM umum seperti pertamax series dan pertalite. "Menghitungnya tidak menyilang begitu," ujarnya.
Meski demikian, Adiatma tidak mau merinci perhitungan tersebut.
Pastinya hingga Januari-Februari 2018 Pertamina telah mengakui adanya potensi kerugian sebesar Rp 3,9 triliun akibat menanggung selisih harga solar subsidi, premium di Jawa Madura Bali (Jamali) dan premium penugasan luar Jamali.
Hingga akhir tahun, Pertamina memproyeksi ada potensi kerugian sebesar Rp 24 triliun.
Menanggapi adanya kenaikan harga BBM Partalite itu, Ferdinand Hutahaean memberikan sindirian kepada PDIP yang tampak diam menanggapi kenaikan BBM.
Ferdinand membandingkan, aksi Puan Maharani ketika pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menaikkan BBM dan saat itu Puan membuat puisi hingga berurai air mata.
Hal itu bermula dari cuitan netizen "Akhirnya PDIP turun ke jalan tolak kenaikan BBM Bhkn puan sampai nangis2 dg berpuisi & bikin buku(Itu Doeloe)#hey2"
buku(Itu Doeloe)#hey2"
Melihat cuitan itu, Ferdinand menanggapi jika saat ini PDIP lebih memilih diam.
"Luar biasa pdip berani demo kenaikan harga bbm itu dulu
Tapi sekarang mingkem dan menjadi pendukung kenaikan harga bbm".
Netizen yang melihat cuitan tersebut sontak meninggalkan komentar:
@zy_zzzz: Dl demo kan hanya utk pencitraan atas nama partai wong cilik.
@Linden_Dollar: iya krn yg naik skrg BBM MON SUBSIDI. dulu PDIP demo krn yg naek bbm subsidi.
@ekosnrd: Lah..Demokrat ayo dong demo..Oposisinya siapa sih? (TribunWow.com/Woro Seto)
sumur:
http://pontianak.tribunnews.com/amp/...-sekarang-diam
buku putih mana buku putih
SEKEDAR CATATAN : Yang disubsidi cuman SOLAR doang
Dilansir TribunWow.com, melalui akun Twitter pribadinya@LawanPoLitikJKW, yang ia tuliskan pada Minggu (925/3/2018).
Diketahui, pada Sabtu (24/3/2018) Pertamina menaikan harga pertalite dan solar non-subsidi. Untuk wilayah DKI Jakarta, harga solar non subsidi pada 24 Maret 2018 naik Rp 200/liter menjadi Rp 7.700/liter.
Harga solar non subsidi sebelumnya sebesar Rp 7.500/liter.
Vice President Corporate Communication Pertamina Adiatma Sardjito membantah kenaikan harga Pertalite dilakukan demi menutup potensi kerugian yang didapat Pertamina akibat menanggung selisih harga solar subsidi dan premium.
Dia menegaskan kenaikan harga tersebut didasari adanya kenaikan harga minyak dunia.
"Iya, karena harga minyak dunia," kata Adiatma, Minggu (25/3/2018) yang dilansir dari Kontan.id.
Menurutnya, perhitungan BBM penugasan seperti premium ataupun BBM tertentu seperti solar subsidi berbeda dengan perhitungan BBM umum seperti pertamax series dan pertalite. "Menghitungnya tidak menyilang begitu," ujarnya.
Meski demikian, Adiatma tidak mau merinci perhitungan tersebut.
Pastinya hingga Januari-Februari 2018 Pertamina telah mengakui adanya potensi kerugian sebesar Rp 3,9 triliun akibat menanggung selisih harga solar subsidi, premium di Jawa Madura Bali (Jamali) dan premium penugasan luar Jamali.
Hingga akhir tahun, Pertamina memproyeksi ada potensi kerugian sebesar Rp 24 triliun.
Menanggapi adanya kenaikan harga BBM Partalite itu, Ferdinand Hutahaean memberikan sindirian kepada PDIP yang tampak diam menanggapi kenaikan BBM.
Ferdinand membandingkan, aksi Puan Maharani ketika pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menaikkan BBM dan saat itu Puan membuat puisi hingga berurai air mata.
Hal itu bermula dari cuitan netizen "Akhirnya PDIP turun ke jalan tolak kenaikan BBM Bhkn puan sampai nangis2 dg berpuisi & bikin buku(Itu Doeloe)#hey2"
buku(Itu Doeloe)#hey2"
Melihat cuitan itu, Ferdinand menanggapi jika saat ini PDIP lebih memilih diam.
"Luar biasa pdip berani demo kenaikan harga bbm itu dulu
Tapi sekarang mingkem dan menjadi pendukung kenaikan harga bbm".
Netizen yang melihat cuitan tersebut sontak meninggalkan komentar:
@zy_zzzz: Dl demo kan hanya utk pencitraan atas nama partai wong cilik.
@Linden_Dollar: iya krn yg naik skrg BBM MON SUBSIDI. dulu PDIP demo krn yg naek bbm subsidi.
@ekosnrd: Lah..Demokrat ayo dong demo..Oposisinya siapa sih? (TribunWow.com/Woro Seto)
sumur:
http://pontianak.tribunnews.com/amp/...-sekarang-diam
buku putih mana buku putih

SEKEDAR CATATAN : Yang disubsidi cuman SOLAR doang
Diubah oleh hantupuskom 27-03-2018 11:12


nona212 memberi reputasi
1
4.6K
23


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan