AKU PULANG DARI RANTAU, BERTAHUN-TAHUN DI NEGRI ORANG, OH MALAYSIA.
DI MANA KAWAN DULU, KAWAN DULU YANG SAMA BERJUANG, OH MALAYSIA KEKASIH HATIPUN TELAH PULA HILANG, HILANG TIADA PESAN, ADUHAI NASIB.
APAKAH DAYA, CINTA HAMBA JIWAKU MERANA, MANA DINDA,
INILAH KISAHKU SEMALAM DI MALAYSIA, DIRI T'RASA SUNYI, ADUHAI NASIB APAKAH DAYA, AKU HANYA SEORANG PENGEMBARA, YANG HINA.
Lagu Semalam di malaysia adalah lagu legend sepanjang masa indonesia dan sudah berderet-deret artis-artis serta group band tenar indonesia pernah menyanyikan lagu ini gan.
Tapi mungkin tidak semua kita tau gan lagu ini hasil karya siapa karna nih lagu sudah terlalu sering ngehitz dibawakan oleh penyanyi dan group band indonesia.
Penasaran kan gan siapa beliau,
Yuk gan kita simak bersama kisah menarik beliau dan prestasinya di dunia seni musik dan film indonesia.:monggo
Spoiler for Saiful Bahri:
Saiful Bahri (1924 – 1976)
Nama Lengkap: Saiful Bahri
Tempat Tanggal Lahir: Payakumbuh Sumatera Barat 19 September 1924
Meninggal Dunia: Tokyo Jepang 5 Desember 1976.
Saiful Bahri dilahirkan di Payakumbuh, Sumatera Barat pada tanggal 19 September 1924, dan mendapat pendidikan di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), Kayutaman, SumateraBarat.
Disinilah bakat musiknya mulai terlihat,
Saiful Bahri kemudian ikut tergabung dalam beberapa kelompok music.
Selanjutnya Saiful Bahri merantau ke Jakarta.
Di tahun 1940 Saiful Bahri terpilih ikut mendukung Orkes Studio Jakarta sebagai pemain biola dan sepuluh tahun kemudian Saiful menanjak karirnya menjadi pemimpin Orkes Studio Jakarta selama satu dekade.
Saiful Bahri adalah seorang dirigen dan penulis lagu berkebangsaan Indonesia.
Sampai akhir tahun 1950-an, ia menjadi pemimpin OSD (Orkes Studio Djakarta) yang dilakukan sebelum dia pergi ke Malaysia.
Ia dituduh orang-orang PKI sebagai penghianat dan tidak revolusioner.
Beliau juga dianggap sebagai musikus dengan bakat yang menonjol.
Sebelum memimpin OSD, dia memimpin sebuah orkes langgam Melayu bernama Puspadelima.
Pada orkes tersebut, dia bermain trombon. Selain itu, dia juga membuat rekaman, baik berupa PH maupun untuk ilustrasi beberapa film keluaran Perfini dan Persari.
mulai dari tahun 1950 hingga 1960. Dalam tahun 1960, Saiful Bahri bersama Titiek Puspa, Bing Slamet,Sam Saimun, S. Effendy dan Mochtar Embut telah melakukan lawatan ke beberapa negeri di Malaysia yang mendapat sambutan hangat.
Saat berada di Malaysia itulah muncul ilham Saiful Bahri menulis lagu “Semalam Di Malaysia” yang dinyanyikan S. Effendy .
Daya pikat Malaysia yang begitu kuat,lalu membuat Saiful Bahri memilih untuk berkarir di Malaysia.
Di negeri jiran ini Saiful tak hanya menulis lagu “Semalam Di Malaya” tapi juga sederet lagu-lagu lainnya seperti “Senjakala”, “Surat Tak Bernama”, “Kenangan Masa” dan “Fajar Harapan”.
Saiful Bahri pernah menyanyi dan berperan dalam film bertajuk “Terimalah Laguku” (1952) serta dibintangi pula oleh Raden Ismail dan Titi Savitri.
Di Studio Merdeka Malaysia,Saiful Bahri juga menulis music score film dengan menggunakan nama Surya Buana pada film “Jauh Di Mata” (1964) yang dibesut sutradara arahan Fred Young dan dibintangi oleh Abdullah Chik dan Sofia Ibrahim, Saiful pun ikut tampil bernyanyi.
Saiful Bahri adalah komponis pada film Tiga Dara, sebuah film musikal yang ditayangkan pada tahun 1956.
Berkat kerja kerasnya, dia pernah mendapat Piala Citra diFestival Film Indonesia kedua pada tahun 1960 untuk kategori Tata Musik
Saiful Bahri meninggal dunia di Tokyo, Jepang pada tanggal 5 Desember 1976.
Salah satu prestasi paling menonjol yang pernah ditorehkan Saiful Bahri adalah saat menggubah lirik lagu “Negaraku” di tahun 1957, yang kelak menjadi lagu kebangsaan Malaysia sampai sekarang.
Malaysia menjadi rumah kedua Saiful Bahri, di mana dia menorehkan berbagai karya seni dalam musik dan lagu, sehingga menjadi musisi legendaris yang juga dianggap sebagai pahlawan seni Malaysia.
Meskipun begitu, Saiful Bahri juga tetap berkarya sebagai composer dan illustrator musik film Indonesia, sampai di akhir hayatnya, ketika sedang menggubah ilustrasi musik film Wulan Di Sarang Penyamun (1976) di Tokyo, di mana dia menghembuskan nafas terakhirnya tanggal 5 Desember 1976.
Dan Aden Bahri,putra bungsu Saiful Bahri, mengaku bangga dengan pencapaian hasil kerja keras ayahnya.